Warga Malang dan Batu Bergembira Rayakan Kemerdekaan Indonesia
Setelah dua tahun terkekang akibat pandemi Covid-19, antusiasme masyarakat merayakan HUT Ke-77 Kemerdekaan RI terasa menggelora.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Warga Malang dan Batu, Jawa Timur, bergembira merayakan Hari Ulang Tahun Ke-77 Kemerdekaan Indonesia setelah dua tahun terkekang akibat pandemi Covid-19. Sejumlah kegiatan terkait perayaan kemerdekaan itu diselenggarakan, mulai dari pinggiran desa sampai tengah kota.
Di dasar Kali Lanang, Desa Pandanrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Rabu (17/8/2022), puluhan orang, sebagian besar pemuda pencinta alam, menggelar upacara bendera.
Mereka membentangkan bendera berukuran 12 meter x 9 meter dari atas jembatan setinggi 18 meter. Kegiatan ini kembali dilakukan setelah pada Agustus 2020 dan 2021 terhenti akibat tingginya angka Covid-19.
”Kami sudah dua tahun vakum mengibarkan bendera. Sekarang, mengibarkan bendera lagi. Bedanya, ukuran bendera kali ini lebih besar,” ujar Qurrotaayun (20), koordinator pengibar dari Pencinta Alam dan Lingkungan (Palska) SMKN1 Batu yang bekerja sama dengan Komunitas Pencinta Alam Diaz Malang.
Proses pengibaran bendera dilakukan dalam upacara formal. Hadir sebagai inspektur upacara Ganis Rumpoko, anak Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko. Ganis mengingatkan generasi muda untuk terus mengisi kemerdekaan.
Kegiatan pengibaran bendera berlangsung lancar. Cuaca cerah serta angin cukup mendukung tidak terlampau kencang.
”Anginnya lumayan, sih, rajutan sempat lepas satu yang bagian pojok bawah. Namun, akhirnya, bisa dibetulkan,” kata Abed NF, Pembina Palska SMKN1 Batu.
Sementara itu, 13 kilometer ke arah timur, ratusan warga Desa Tunjungtirto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, memperingati hari Proklamasi Kemerdekaan RI dengan pawai menyusuri beberapa ruas jalan.
Mereka warga empat RT di RW 009. Agar acara makin meriah, warga mengenakan kostum dan hiasan kepala berbeda antara satu RT dengan RT lain.
”Tahun kemarin tidak ada pawai lantaran pandemi. Biasanya ada kegiatan seperti ini,” ujar Fandi (39), salah satu peserta dari RT 004 RW 009 Desa Tunjungtirto.
Selain itu, sejumlah SD hingga SMA juga menggelar acara serupa. Mereka mengenakan pakaian adat.
Ribuan peserta upacara juga hadir di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Antusiasme peserta tampak setelah dua tahun mereka tidak bisa melaksanakan kegiatan serupa yang dilakukan secara langsung.
Salah satu mahasiswa magister asal Iran, Farzaneh Sadeghi Moghaddam, senang ikut upacara di UMM. Menurut dia, pengalaman paling menarik ialah melihat pakaian adat Indonesia yang beragam. Budaya, menurut dia, menjadi daya tarik luar biasa dari Indonesia.
Kecintaan masyarakat Indonesia akan budayanya, menurut Farzaneh, tidak hanya terlihat pada pakaian adat, tetapi juga bentuk seni dan budaya yang lain, seperti tarian, bahasa, dan adat istiadat.
Seusai upacara, sejumlah lomba diikuti siswa sekolah dasar, seperti peragaan busana anak, mewarnai, menyanyi lagu nasional dan daerah, serta ketangkasan. Hal ini dilakukan untuk menanamkan rasa nasionalisme di kalangan generasi muda.
Tidak hanya untuk kalangan luar, sejumlah lomba juga diadakan untuk para sivitas akademika UMM dengan tujuan merekatkan silaturahmi dan memperkuat rasa nasionalisme.
Sekretaris Badan Pembina Harian UMM Wakidi menegaskan agar kemerdekaan pada tahun ini diisi dengan hal-hal yang bermanfaat. Salah satunya, melahirkan generasi masa depan yang mumpuni dan mandiri, serta menebar kebaikan ke masyarakat.