Untuk Pertama Kalinya, Upacara HUT RI Digelar di Ponpes Al Mukmin Ngruki
Untuk pertama kalinya, upacara bendera peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia diadakan di Pondok Pesantren Al Mukmin Ngruki, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SUKOHARJO, KOMPAS — Untuk pertama kalinya, upacara bendera peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia diadakan di Pondok Pesantren Al Mukmin Ngruki, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Pondok itu didirikan oleh eks narapidana terorisme Abu Bakar Baasyir. Kegiatan itu menjadi bentuk syukur kepada Tuhan atas kemerdekaan yang telah diberikan.
Upacara bendera yang dimulai sekitar pukul 07.00 itu diikuti sekitar 600 santri. Sejumlah alumni dan pengajar dari pondok pesantren tersebut juga tampak ikut serta. Tak terkecuali pendirinya, Abu Bakar Baasyir. Ia didampingi oleh Pengasuh dan Pembina Yayasan Pendidikan Al Mukmin Ngruki Muhammad Amir dan Direktur Pondok Pesantren Al Mukmin Ngruki Yahya.
Dalam kegiatan tersebut, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy hadir. Ia mengenakan setelan jas hitam, berdasi merah, dan dilengkapi peci hitam.
”Ini saya mendapatkan kesempatan untuk memimpin upacara memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Indonesia yang ke-77 di Ponpes Al Mukmin Ngruki. Alhamdulillah berjalan lancar,” kata Muhadjir seusai upacara tersebut.
Muhadjir mengharapkan, upacara tersebut semakin meneguhkan semangat kebangsaan. Di tengah segala kesulitan yang ada, hendaknya bangsa ini juga bisa segera bangkit dari berbagai permasalahan yang dihadapi.
Muhadjir juga berpesan kepada para santri agar semakin giat belajar. Mereka adalah penerus yang nantinya menentukan kejayaan bangsa ini. Untuk itu, pendalaman pengetahuan hendaknya tak berhenti pada perihal keagamaan, tetapi juga pengetahuan-pengetahuan umum lainnya.
”Harus ada perimbangan dari belajar ilmu-ilmu umum dan agama. Ilmu agama yang cukup dalam dan luas, kalau dilengkapi dengan pengetahuan umum yang sangat kuat, maka para santri yang alumnya sudah tersebar di seluruh Indonesia dan luar negeri akan bisa ikut berpartisipasi mengisi kemerdekaan,” kata Muhadjir.
Baasyir menyampaikan, upacara semacam itu baru pertama kali digelar di pondok pesantren tersebut. Adapun pondok tersebut didirikan sejak 1972. Upacara tersebut, kata dia, dijadikan bentuk ungkapan syukur atas nikmat yang telah diberikan Tuhan. Dalam konteks ini, nikmat itu berwujud kemerdekaan sebagai bangsa.
”Itu merupakan kesyukuran kepada Allah. Jadi memang kewajiban kita ini, apa saja yang dikaruniai oleh Allah, harus kita balas dengan bersyukur. Ini diwujudkan dalam upacara,” kata Baasyir.
Baasyir menambahkan, upacara itu juga diadakan sebagai inisiatif dari jajaran alumni pondok pesantren tersebut. Pihaknya belum mengetahui apakah di waktu mendatang akan digelar kembali upacara bendera serupa.
Direktur Pondok Pesantren Al Mukmin Ngruki Yahya mengatakan, semua pihak yang bertugas dalam upacara tersebut merupakan santri. Mereka dilatih oleh jajaran petugas dari Komando Distrik Militer 0726 Sukoharjo dan Polres Sukoharjo. Persiapan latihan hanya berlangsung selama empat hari. Namun, para santri disebut antusias mengikutinya.
Upacara tersebut, menurut Yahya, sekaligus bermanfaat untuk menggerus pandangan negatif publik terhadap pondok pesantren itu. Selama ini, banyak yang yang menilai pondok tersebut memiliki paham radikal.
”Ini dibesarkan biar dunia melihat bahwa kita bukan anti NKRI. Berita yang ke mana-mana, kan, begitu. Harapannya ada perubahan image. Kalau tidak berubah, berarti orang tidak mau melihat,” katanya.