Adib Mumtaz Irfani mencari solusi untuk berbagai masalah sosial yang ada di sekitar anak muda.
Oleh
MARIA SUSY BERINDRA
·4 menit baca
Pengalaman tinggal di Australia selama tujuh tahun membuat Adib Mumtaz Irfani (22) sadar bahwa masih banyak permasalahan sosial di Tanah Air. Ketika pertama kali kembali ke Indonesia, Adib yang masih duduk di bangku SMP mulai menyadari perbedaan sosial yang ada di sekitarnya.
Ia teringat kesan dari negara tetangga di mana masyarakatnya bisa saling menghargai tanpa memandang latar belakang yang berbeda. ”Mereka punya social mission yang sangat besar, sesimpel mereka memperlakukan orang lain tidak pandang bulu, latar belakang siapa yang mereka bantu,” kata Adib saat ditemui di Jakarta Selatan, Rabu (6/9/2023).
Kesan itu begitu lekat bagi Adib hingga menginspirasinya ketika pulang ke Indonesia. Sayangnya, kondisi sosial yang berbeda membuatnya sempat mengalami gegar budaya. ”Sempat culture shock karena ada beberapa values yang mungkin berseberangan dengan yang sudah ditanamkan dalam diri aku sejak kecil,” ujarnya.
Adib juga sempat mengalami peristiwa pahit menjadi korban perundungan yang membuatnya dipandang sebelah mata. Ia menyebut pengalaman itu sebagai titik terendah dalam hidupnya. Namun, Adib berhasil bangkit dan memutarbalikkan keadaan.
Kesadaran Adib akan masalah sosial di sekitarnya semakin bertambah. Ia juga berambisi untuk merevolusi sistem perlindungan sosial di Indonesia yang sampai saat ini belum terpenuhi dengan baik. ”Banyak sekali pelayanan sosial yang sifatnya itu mendasar, fundamental, tidak disampaikan dengan baik,” katanya.
Itulah yang membuatnya kemudian memutuskan untuk melanjutkan studi ilmu kesejahteraan sosial di Universitas Indonesia.
Saat kuliah, Adib pernah menjabat sebagai project officer Manggala Jingga yang memberdayakan ibu-ibu di Kampung Air, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Manggala Jingga membantu para ibu yang memiliki usaha supaya bisa lebih mandiri. Salah satunya adalah program Jingga Market yang memberikan sosialisasi kewirausahaan dengan menghadirkan narasumber dari Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah DKI Jakarta; BRI; dan wirausaha berpengalaman.
Usahanya berbuah manis karena Manggala Jingga kemudian mendapat investor senilai Rp 120 juta untuk dua tahun berturut-turut.
Ruang aman
Berawal dari keresahan sekaligus pengalaman pribadi dan beberapa teman, Adib membentuk suatu komunitas yang bertujuan menciptakan ruang aman bagi para remaja. ”Di Balik Masa Remaja merupakan manifestasi dari impian-impian aku dan teman-teman aku, untuk memberikan safe space untuk para remaja di Indonesia yang mungkin pernah mengalami kejadian sepertiku dulu,” katanya.
Adib menambahkan, isu yang personal dan lebih dekat dengan dirinya lebih mudah untuk ia pahami sehingga mampu memberikan layanan yang optimal.
Di Balik Masa Remaja muncul pertama kali tahun 2021 dengan misi utama memberdayakan remaja agar bisa mencapai potensi penuh mereka. Fokusnya lebih pada aktivitas digital melalui kanal Instagram @dibalikmasaremaja yang diisi dengan konten seputar kenakalan remaja, kesehatan mental, dan infografis edukatif lainnya.
Selain aktif di media sosial, Di Balik Masa Remaja beberapa kali mengadakan kegiatan sosial dan kolaborasi bersama komunitas lain.
Ketika masa pandemi mulai bertransisi menjadi endemi, Di Balik Masa Remaja mengalami sejumlah rintangan. Kegiatan masyarakat yang kembali beralih secara tatap muka menuntut Di Balik Masa Remaja untuk segera beradaptasi. Adib menuturkan, salah satu kendala yang dihadapi adalah keterbatasan biaya untuk menjalankan kegiatan luring.
Dalam menghadapi situasi yang dinamis, Adib dan teman-teman Di Balik Masa Remaja dituntut untuk terus berinovasi. Sejumlah kolaborasi telah terjalin selama beberapa bulan terakhir, seperti bincang-bincang (talk show) bersama para IISMA Awardee, kelas mendongeng bersama Negeri Kami, dan kolaborasi lain bersama Proud Project dan TEDx Universitas Indonesia.
Kolaborasi-kolaborasi ini diharapkan mampu meningkatkan jangkauan audiens Di Balik Masa Remaja sekaligus semakin membumikan isu remaja.
Saat ini, Di Balik Masa Remaja tengah menyiapkan peluncuran program support group yang berkolaborasi dengan Ikatan Lembaga Mahasiswa Psikologi Indonesia. Program ini bertujuan meningkatkan akses terhadap layanan kesehatan mental yang masih menjadi kendala bagi remaja di Indonesia. Program support group akan menyediakan layanan peer counselor gratis yang dilakukan secara tatap muka. ”Kami menyediakan layanan ini karena aksesibilitas generasi muda untuk layanan kesehatan mental masih sangat kurang,” kata Adib.
Adib berharap, dengan adanya support group, semua remaja dapat memperoleh kesempatan yang sama untuk kesehatan mental mereka. Semoga mimpi Adib untuk menyejahterakan masyarakat Indonesia bisa menjadi mimpi bersama dan segera terwujud.
Adib Mumtaz Irfani
Usia: 22 tahun
Pendidikan: Ilmu Kesejahteraan Sosial Universitas Indonesia
Prestasi:
- Young Leaders for Indonesia by McKinsey & Company
- Best Speaker Istanbul Youth Summit 2022
Kolaborasi dengan Intern Kompas:
Aghniya Fitri Kamila, Mahasiswi Jurusan Kriminologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia