Monika Bataona adalah satu dari segelintir perempuan peselam yang terlibat dalam kegiatan konservasi laut sekaligus penyelamatan orang tenggelam di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·4 menit baca
Terlibat dalam dunia kelautan terjadi tanpa rencana kepada Monika Bataona (28). Perempuan asal Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, ini kemudian menggunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk konservasi laut. Bahkan, sekali-kali dia bergabung dengan tim penyelam penyelamat setempat untuk mencari orang hilang.
Monika adalah satu dari segelintir perempuan peselam di Larantuka, Flores Timur. Dalam kurun waktu enam tahun, perempuan ini telah mengantongi tiga sertifikat menyelam, yakni sertifikat menyelam di perairan terbuka (open water) pada 2017, menyelam tingkat lanjut (advanced) pada 2021, dan menyelam untuk penyelamatan dan pertolongan pertama pada 2023.
Dari awalnya menyelam untuk kegiatan penelitian dan konservasi laut, Monika sebenarnya tak sengaja ikut sebagai tim pencarian dan penyelamatan (search and rescue/SAR). Semua berawal ketika pada akhir 2022, seorang nelayan tenggelam di perairan Waibalun.
Monika yang waktu itu telah memiliki sertifikat menyelam tingkat lanjut diajak terlibat dalam pencarian korban bersama tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Flores Timur, Basarnas Maumere, Polairud, dan penyelam setempat. Walaupun pencarian terhambat cuaca buruk, akhirnya jenazah korban ditemukan.
”Waktu itu tim penyelamat kekurangan penyelam. Jadi, saya ditelepon salah satu penyelam senior lokal untuk bergabung menjadibuddy. Kami menemukan korban dalam waktu 20 menit. Mama saya sampai datang untuk melihat langsung kalau betul saya ikut dalam tim penyelamat,” tutur Monika dari Larantuka, Kamis (31/8/2023).
Keterlibatan Monika mendapat sambutan hangat dari warga setempat bahkan instansi terkait. Pada Januari 2023, Monika menjadi perempuan peselam pertama lokal yang bergabung dalam tim SAR gabungan dari berbagai instansi di Flores Timur dan Sikka untuk mencari korban tenggelam di perairan Flores Timur.
Monika lalu terlibat dalam misi penyelamatan seorang nelayan yang jatuh ke laut pada Maret 2023. Tubuh korban berhasil ditemukan dengan cepat. Baru pada Agustus lalu, Monika ikut misi pencarian nelayan hilang lainnya. Arus medan pencarian yang penuh tantangan membuat tubuh korban mengapung sendiri setelah beberapa hari.
Sejauh ini, Monika telah berpartisipasi dalam tiga misi pencarian dan penyelamatan. ”Saya bersyukur keterampilan menyelam ini bermanfaat. Menyelam ternyata tidak hanya untuk kegiatan konservasi, tetapi bisa juga untuk menyelamatkan orang lain,” kata Monika yang belajar menyelam sejak berkuliah di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Menurut Monika, salah satu tantangan dalam misi penyelamatan adalah tubuhnya yang mungil. Dengan tinggi 149 sentimeter, dia harus mengimbangi kecepatan langkah rekan-rekan laki-lakinya yang setinggi 170 cm lebih di dalam laut ketika mencari korban.
Namun, Monika dan beberapa teman penyelam lokal tetap membantu misi pencarian dan penyelamatan karena sumber daya di Larantuka terbatas. Ketika terjadi insiden di Larantuka, BPBD setempat biasanya menunggu tim Basarnas Maumere yang memiliki sumber daya pendukung datang membantu. Perjalanan dari Maumere ke Larantuka sekitar tiga jam.
”Banyak kejadian nelayan hilang karena mereka kebanyakan tidak bisa berenang atau pergi ke laut tanpa life jacket atau minimal jeriken. Kami juga tidak ada penjaga pantai. Jadi mitigasi bencana masih kurang,” ujar Monika.
Bentuk pokmaswas
Sedikit kilas balik, saat berkuliah di Fakultas Biologi UGM selama tahun 2013-2018, Monika terpacu untuk bergabung ke Unit Selam UGM sebab dulu dia tidak bisa menyelam saat mengikuti sebuah penelitian kampus. Monika lalu mencari kerja di Jakarta setelah lulus, tetapi akhirnya pulang ke Larantuka pada 2019.
Dia selanjutnya bekerja sebagai konsultan dan staf di Yayasan Misool Baseftin, sebuah lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang konservasi laut dan pemberdayaan masyarakat nelayan, selama 2019-2022. Ia terlibat dalam berbagai program, seperti penanaman terumbu karang, relokasi telur penyu, pelepasan tukik, pengembangan wisata bahari berkelanjutan, edukasi nelayan, dan penanaman pohon mangrove.
Setelah kontrak selesai, Monika mengisi kesibukan dengan membentuk Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Kelurahan Larantuka yang baru beranggotakan lima anak muda dan beberapa nelayan pada akhir 2022. ”Saya tetap berkegiatan. Larantuka bisa menjadi pendukung kawasan konservasi karena banyak cadangan terumbu karang sehat di tengah ancaman manusia dan perubahan iklim,” kata Monika. Ia menjabat sebagai ketua di pokmaswas tersebut.
Salah satu kegiatan yang sudah Monika dan teman-teman Pokmaswas lakukan adalah transplantasi terumbu karang lewat metode spider web atau rangka laba-laba secara bertahap. Mereka sudah menanam lima rangka laba-laba yang masing-masing menampung 12 anakan. Dana mereka dapatkan dari iuran sendiri dan sumbangan sejumlah pihak.
Di luar kegiatan tersebut, Pokmaswas Kelurahan Larantuka juga membuat berbagai kegiatan yang mendukung upaya konservasi laut. Contohnya adalah kegiatan bersih-bersih pantai dan latihan renang untuk anak-anak, pengawasan nelayan agar tidak menggunakan pukat harimau dan bom ikan, serta pengawasan masyarakat untuk tidak melakukan meting saat pantai surut dengan tombak.
Monika dan teman-teman pokmaswas juga secara berkala mengecek perkembangan terumbu karang yang sudah mereka tanam. ”Kadang ada terumbu karang yang patah karena aktivitas manusia atau ditumbuhi lumut sehingga kita bersihkan pakai sikat gigi. Kami bisa turun ke laut tiga kali sebulan,” tuturnya.
Monika sadar betul bahwa kegiatan konservasi laut tidak akan sukses tanpa keterlibatan semua unsur masyarakat, termasuk pemerintah. Yang pasti, dia senang pengetahuan dan keterampilannya bisa berguna bagi masyarakat dan lingkungan
Monika Bataona
Lahir: Larantuka, Flores Timur, 13 Maret 1995
Pendidikan terakhir: S-1 Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (2013-2018)
Lisensi:
Professional Scuba School (PSS) Rescue & First Aid Scuba Diver, 2023
Professional Scuba School (PSS) Advanced Level Scuba Diver, 2021