Ai Kusmiati mengukir prestasi di ajang Borobudur Marathon 2022. Dari dataran tinggi Bandung, ia ingin menjadi inspirasi bagi banyak anak muda lainnya.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA, ABDULLAH FIKRI ASHRI
·4 menit baca
Napas Ai Kusmiati (22) belum sepenuhnya teratur setelah berlari sekitar 21 kilometer dalam ajang half marathon putri dalam rangkaian Borobudur Marathon 2022 Powered by Bank Jateng di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Minggu (13/11/2022) pagi. Keringatnya masih mengucur. Namun, ia tak henti menebar senyum.
Tidak hanya menjadi yang terdepan dengan 1 jam 30 menit 5 detik, Ai memecahkan rekor Chandra Dewi pada tahun lalu untuk kategori serupa dengan catatan 1 jam 49 menit 53 detik. Ai meraup hadiah Rp 15 juta dan bonus Rp 27 juta.
“Sebenarnya aku juga enggak tahu hadiahnya tuh di sini berapa. Yang penting latihan saja, finis. Tapi, enggak nyangka juga ini (dapat) rezeki,” ujar perempuan berhijab ini sambil tersenyum.
Capaian anak pemetik teh itu tidak instan. Semua buah dari latihan bertahun-tahun di Agung Mulyawan Track Club (AMTC) di Pangalengan, sejak 2018.
Lewat latihan keras, lima bulan di klub, Ai langsung naik podium juara kedua di ajang lari trail sepanjang 17 kilometer di Ciwidey, Bandung, akhir 2018.
Setelah itu, satu persatu podium ia tapaki. Tahun 2019, misalnya, ia juara ketiga Run It Prasmul Olympics dan juara pertama ajang BNI-UI Marathon untuk kategori separuh marathon putri.
Akan tetapi, Covid-19 sempat menghambat prestasinya. Sebelum pandemi, perempuan murah senyum ini bisa mengikuti hingga tujuh ajang lari. Sebagian besar lari jarak 10-21 kilometer (K). Saat virus korona baru tak kasat mata mewabah tahun 2020, kompetisi lari yang diikuti ratusan dan ribuan orang itu lumpuh.
Padahal, ajang tersebut merupakan ruang pembuktian bagi pelari. Saat itu, ia hanya ikut dua lomba. Kejenuhan menghinggapinya. Ia bak mendengar bisikan agar berhenti dari profesinya.
“Rasanya, capek. Latihan terus, tapi enggak ada kompetisi. Ngapain sih latihan terus?” keluhnya.
Beruntung, keluarga, rekannya, dan pelatihnya Agung Mulyawan yang juga pendiri klub AMTC terus mendukungnya. Ai juga teringat ayahnya yang berpulang tahun 2019.
“Saya mau bawa bapak ikut race dan menunggu di garis finis. Bapak pasti bangga kalau lihat saya juara,” ucap Ai yang mengidolakan Emilia Nova, atlet lari gawang nasional, ini.
Berbagai energi itu membangkitkannya. “Saya sudah sampai di titik ini. Masak saya menyerah? Kalau capek, ya istirahat. Tapi, jangan berhenti. Saya harus jadi inspirasi kalau pelari di Pangalengan juga bisa juara,” kata Ai.
Seiring menjamurnya kompetisi dan melandainya Covid-19, Ai kembali mendapatkan panggung podium. September lalu, misalnya, ia meraih peringkat pertama kategori umum putri 10 K Tangsel Marathon. Ia juga juara satu di Arutmin Borneo Run untuk kategori serupa bulan lalu.
Terbaru, atlet lari yang mewakili Kabupaten Demak, Jawa Tengah, ini mengukir sejarah sebagai pelari tercepat di half marathon putri Bank Jateng Tilik Candi. Baginya, ajang yang digelar atas kerja sama Pemprov Jateng, Bank Jateng, dan harian Kompas itu beda dari yang lainnya.
“Jalannya steril dari mobil dan motor. (Ajang) ini memang benar-benar lari yang happy karena banyak cheering (sorak-sorai) dari warga dan anak sekolah. Jadi seperti tidak terasa capeknya. Padahal, kaki mulai keram,” ujar Ai yang sempat ikut acara tersebut tahun 2019 tapi tak juara.
Kini, nama Ai mulai diperhitungkan para pelari jarak jauh. Namun, ia menegaskan bukan nama besar yang utama. Ai menyebut ingin terus menjadi contoh baik bagi anak-anak di Pangalengan. Prestasi bisa dari mana saja termasuk dari terus berlari.