Nurshodiq berhasil meraih podium pertama setelah tiga kali mengikuti Borobudur Marathon. Pencapaian itu diraih lewat ketekunan dan jalan sunyi dalam berlatih.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO, KRISTI DWI UTAMI
·7 menit baca
Nurshodiq (30), atlet lari asal Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, langsung bersujud syukur setelah melintasi garis finis dan menjadi yang tercepat di antara pelari Elite Race putra lainnya dalam gelaran Borobudur Marathon 2022 Powered by Bank Jateng di kawasan Candi Borobudur, Sabtu (12/11/2022). Kendati berjuang di jalan sunyi, kesetiaannya dalam latihan dan dukungan keluarga tercinta membuat Nurshodiq mampu meraih podium pertama.
”Alhamdulillah, catatannya 2 jam 38 menit. (Maraton) Sebelumnya 2 jam 45 menit. Saya sangat senang, tiga kali lari maraton dan alhamdulillah (sekarang) juara satu, terus PB (personal best) juga. Tahun depan insya Allah cari PB saja, kalau juara lihat PB saja,” kata Nurshodiq saat ditemui seusai finis di Taman Lumbini, kawasan Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Sabtu.
Pencapaian podium satu di Borobudur Marathon itu bukanlah dari proses instan dan waktu yang singkat. Nurshodiq, yang akrab disapa Shodiq, merintis karier di bidang atlet lari jarak jauh sejak duduk di bangku SMP.
Lahir dari pasangan Dalijo dan Warini yang sehari-hari menjadi buruh tani harian dan besar di lingkungan perdesaan, Desa Wukirsari, semasa kecil, Shodiq suka bermain sepak bola dan ingin bergabung ke sekolah sepak bola (SSB). ”Awalnya ingin main bola masuk SSB, tetapi tidak boleh sama orangtua. Ya sudah, ikut lari saja,” kata Shodiq, yang merupakan anak pertama dari dua orang bersaudara.
Shodiq menyebutkan, orangtuanya melarang dirinya bergabung di kelompok sepak bola lantaran ada kenangan kurang enak pada olahraga tersebut. ”Mungkin dulu orangtua ada kenangan tidak enak dengan teman atau ada tragedi apa begitu kayaknya,” ujarnya.
Saat pelajaran olahraga di bangku kelas 3 SMP, ada pelatih yang melihat kemampuan lari Shodiq tampak cemerlang sehingga dirinya pun diajak untuk mulai menekuni olahraga lari dan bergabung ke Klub Sparta Imogiri. ”Sebenarnya agak bosan awal-awalnya, tetapi lama-kelamaan bisa mengikuti program. Selang lima tahun ada kejuaraan, terus juara itu jadi motivasi untuk berlatih lebih keras lagi,” ujarnya.
Untuk mengatasi kebosanan dalam berlatih, kata Shodiq, dirinya berupaya untuk fokus pada mengatur ritme kecepatan atau pace dalam berlari. ”Untuk mengatasi masalah latihan, saya dulu mengatur pace, enggak terlalu all out, ikuti program pelatih jadinya tidak terlalu membosankan,” kata Shodiq yang kerap berlatih di Stadion Sultan Agung, Bantul.
Shodiq mengaku dalam perjalanan waktu dirinya pernah mengalami kebosanan dan kejenuhan. Salah satu momen itu adalah saat dirinya batal untuk berangkat ke ajang Pekan Olahraga Nasional XX 2021 Papua karena suatu hal. ”Titik jenuhnya kemarin waktu mau berangkat PON Papua, tetapi tidak jadi. Jadi kayak sudah bosan lari, saya udah berjuang cari limit, tetapi tidak jadi berangkat. Ya sudahlah, jadi bosan. Lama-kelamaan, ada event Borobudur Marathon pertama kali ada Elite Race jadi motivasi lagi untuk lari,” tuturnya.
Dalam berlatih, ketika berlari di jalan, misalnya, Shodiq pun sering kali berlari seorang diri dan saat itu, tak pelak pula dirinya kadang mendapatkan cibiran atau olokan dari orang-orang lain entah dari orang lain. ”Iya pernah (diolok) ngapain lari hujan-hujan, panas-panas. Tetapi jawabnya: cari keringat saja. Kadang ada teman, kadang ada orang naik sepeda motor. Saya senyum saja,” kata Shodiq yang berlatih minimal 1,5-2 jam per hari dengan jarak minimal 10 kilometer.
Meski sepi dan sunyi dalam berlatih, Shodiq memiliki motivasi membahagiakan keluarganya. ”Iya sepi, tetapi pikiran saya haruslah: kalau latihan buat keluarga, latihan lebih keras lagi buat keluarga biar bisa menunjukkan saya bisa mampu bersaing di nasional dan internasional. Ya sebenarnya nglangut (terasa sunyi), ettapi ya namanya program sendiri ya dijalanin, dibuat enjoy, jadi enggak jenuh,” kata suami dari Efi Maqfiro (28).
Selain membahagiakan keluarganya, Shodiq pun ingin mengukir prestasi di tingkat internasional. ”Untuk motivasi, yang pertama saya sudah berkeluarga. Sudah punya anak dua. Selain itu, yang kedua, cita-citanya ingin masuk tim SEA Games. Dulu waktu kuliah juga pernah mewakili Indonesia tetapi kan tingkatnya antarmahasiswa se-Asian, jadinya kuranglah, untuk levelnya lebih tinggi SEA Games,” ujar ayah dari Claresta Humaira Senja (3) dan Renjana Sanjung Semesta (1).
Shodiq mengakui dukungan dari keluarga cukup berarti bagi perjalanannya di olahraga lari. Kedua orangtuanya dulu mendukung Shodiq dengan membelikan sepatu juga susu supaya dapat berlatih dengan baik. Kini istri dan kedua anaknya pun berupaya untuk memberikan semangat dengan hadir di perlombaan yang dijalani Shodiq. Seperti saat Borobudur Marathon 2022 ini, keluarganya pun ikut melihat perjuangan Shodiq. ”Karena anak saya masih kecil, kalau lihat saya lomba, mereka bilang: ayah, ayah,” ujarnya.
Dalam meniti karier dan di setiap langkah kaki Shodiq, selalu teriring wejangan dari orangtuanya serta sang istri. Orangtuanya selalu berpesan, jika berlatih di jalan atau berlomba, hendaknya selalu hati-hati dan perhatikan kondisi jalan sekitarnya supaya aman. Adapun sang istri selalu berpesan: ”Yang penting kalau lomba dan latihan itu sabar, jangan terpancing emosi.”
Khusus untuk event Borobudur Marathon, Shodiq membiasakan diri berlatih dengan jarak tempuh 21 kilometer per hari. Dia pun tetap fokus menjaga pace serta tidak galau siapa yang ada di depan dan di belakangnya saat perlombaan dimulai. ”Saya fokus saja, main pace, jangan mikir yang lain. Tahulah kemampuan saya segini-segini jadi lebih fokus dan tidak kepancing emosi. Fokus dan percaya diri dengan kemampuan saat dilatihkan,” katanya.
Hampir kram kaki adalah salah satu kendala yang dihadapi Shodiq dalam Borobudur Marathon kali ini. Untuk itu, dia pun tetap berupaya menjaga pace dan itu membuahkan hasil optimal. ”Di Km 33 itu mau kram, jadi saya running pace saja. Namun, saya sangat senang sudah best time. Target saya kemarin itu pas latihan mau cari PB (personal best) saja. Target saya itu 2 jam 35 menit,” katanya.
Pada rute maraton sejauh 42,195 kilometer di kawasan Candi Borobudur tahun ini, para pelari melintasi kawasan permukiman warga dan di sana terdapat sejumlah warga yang menyambut juga memberi semangat para pelari. Semangat dari warga itu pula yang turut membakar energi para pelari termasuk Shodiq. ”Untuk race paling suka di Borobudur adalah antusias warga sekitar itu sangat baguslah. Itu men-support pelari-pelari lari di rute Borobudur ini. Itu sangat besar sekali soalnya jadi kita termotivasi buat enggak bosan lari,” ujaarnya.
Melihat pengalaman larinya, Shodiq punya harapan kepada pemerintah supaya lebih banyak menggelar lomba baik di tingkat kabupaten/kota atau provinsi demi menjaring bibit-bibit atletik berprestasi. Kepada para atlet muda, Shodiq berpesan supaya berlatih sesuai dengan porsinya. ”Buat atlet-atlet muda latihannya harus sesuai dengan porsi dan kemampuan atlet-atlet yunior. Jangan melebihi batas kemampuan. Jadi takutnya: waktu masih yunior performanya lebih bagus, tetapi lama-kelamaan seniornya hilang atau tidak muncul,” kata Shodiq yang juga mengapresiasi adanya Bank Jateng Young Talent sebagai wadah regenerasi atlet muda.
Shodiq bersyukur menjadi atlet lari dan hadiah uang yang diterima dari Borobudur Marahton ini akan ditabungnya demi biaya sekolah dua buah hatinya.
Meski berada di jalan sunyi dan kadang kala sepi, Shodiq pun masih ingin terus berlari mengejar mimpinya: mewakili Indonesia di ajang internasional.
Biodata
Nama Lengkap: Nurshodiq
Tempat. Tanggal Lahir: Bantul, DIY, 17 Mei 1992
Istri: Efi Maqfiroh (28)
Anak: Claresta Humaira Senja (3) dan Renjana Sanjung Semesta (1)
Pendidikan:
S-1 Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta (2016)
Anggota:
Klub Sparta Imogiri
PASI (Persatuan Altetik Seluruh Indonesia) Bantul
Prestasi:
Oktober 2014: Juara I kategori Umum Open DIY Lomba Lari Manunggal ke-28
2015: Meraih Emas di Kejuaraan Nasional Atletik
2016: Juara 2 Lari 10.000 M Putra Kejuaraan Atletik Singapura Open
2016: Juara 2 Lari 5.000 M Putra Cabor Atletik 18th ASEAN University Games di Singapura
2018: Juara Umum Putra Kediri Berlari 2
2020: Podium 8 Borobudur Marathon (2 jam 54 menit)
2021: Podium 7 Borobudur Marathon (2 jam 45 menit)
2022: Podium 1 Borobudur Marathon (2 jam 38 menit)