Lewat olahraga lari Odekta Elvina Naibaho perlahan menemukan jalan untuk keluar dari masalah dan kesulitan. Itu sebabnya, ia berlari sambil menebar senyum kepada siapa saja.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA/NINO CITRA ANUGRAHANTO
·5 menit baca
Masalah dan kesulitan pernah begitu lekat dalam hidup Odekta Elvina Naibaho (30). Namun, hidup seakan tidak pernah membuatnya bersedih. Dengan olahraga lari, perlahan ia menemukan jalan keluar dari kesulitan. Kini di setiap lomba lari yang diikutinya, ia ingin membagikan senyum kebahagiaan kepada orang-orang di sekitar.
Mendung hitam menggantung di atas langit Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (27/11/2021) pagi. Suasana muram dan dingin. Dari kejauhan, Odekta berlari kencang meninggalkan rekan-rekannya sesama pelari elite putri di Borobudur Marathon Powered by Bank Jateng. Cuaca yang dingin tidak mampu mematahkan semangat Odekta. Ia tetap berlari sembari menyunggingkan seulas senyum kepada penonton yang berdiri di tepi jalan.
Begitu posisinya menjauh dari titik berkumpulnya penonton, Odekta memelankan lajunya. Di lintasan lari yang sisi kiri-kanannya ditumbuhi pepohonan, ia merasakan sedikit kram di kaki. Meski begitu, Odekta mencoba melawan rasa sakitnya tersebut sambil terus berlari kecil. Saat kembali melintasi lokasi yang terdapat penonton, Odekta melambaikan tangan dan tersenyum seperti tak sedang menahan sakit di kaki.
Akhirnya, garis finis dari putaran terakhir tampak juga di mata Odekta. Ia konsisten memimpin di urutan paling depan sejak awal lomba dari 15 pelari elite putri lainnya. Gadis berkulit sawo matang itu pun finis tercepat dengan catatan waktu 3 jam 2 menit 48 detik dari 12 putaran lomba yang dilahapnya. Capaian itu membuat senyumnya semakin melebar.
”Dengan cara tersenyum sepanjang mengikuti lomba maraton, saya ingin perlihatkan ke orang-orang bahwa olahraga lari itu tidak semenakutkan yang mereka bayangkan. Di sisi lain saya ingin berbagi kebahagiaan dengan mengajak orang berlari untuk menjaga kesehatan tubuh,” katanya.
Pelari yang mewakili DKI Jakarta di Pekan Olahraga Nasional (PON) Papua 2021 itu menyadari betul betapa pentingnya berolahraga untuk menjaga kesehatan. Perkenalannya dengan dunia lari berawal dari berat badannya yang berlebih saat duduk di bangku kuliah.
Perekonomian keluarga yang sulit membuat Odekta memutuskan untuk meninggalkan kampung halamannya di Soban, Sumatera Utara, pada 2011 dan mengambil jurusan S-1 Pendidikan Matematika di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Kusumanegara. Anak ketiga dari enam bersaudara itu ingin mengangkat derajat keluarganya dengan merantau ke Jakarta.
Demi memenuhi biaya hidup sehari-hari dan membayar biaya kuliah, Odekta berjualan es kelapa muda. Sesekali ia ikut dengan temannya mengamen di bus-bus kota. Kegiatan berjualan es kelapa muda ia hentikan hanya ketika hari hujan atau mendung, di mana potensi esnya laku terjual sangat kecil.
Memiliki berat badan berlebih dan tidak ideal membuatnya tidak percaya diri saat kuliah. Selain itu, ia merasa mudah lelah saat mengerjakan sesuatu hal. Oleh sebab itu, Odekta memutuskan untuk mulai berolahraga. Kebetulan saudaranya yang merupakan penekun olahraga tinju mengajaknya untuk berlari di sekitaran kompleks Gelora Bung Karno (GBK) Senayan, Jakarta.
Ketika berlari, Odekta terus menerus tersusul oleh pelari lain yang merupakan ibu-ibu rumah tangga. Pada momen seperti itu kemudian rasa jengahnya muncul. Odekta merasa dirinya memiliki batas. ”Masa anak dari kampung tidak kuat berlari. Padahal, sering ke ladang dan bepergian jauh dengan berjalan kaki,” ujarnya.
Semenjak itu Odekta aktif mencari klub-klub lari. Ia mulai memantapkan niat untuk semakin serius menggeluti olahraga lari. Berkat bantuan dari saudaranya tersebut, ia diperkenalkan kepada Asisten pelatih dari klub Indonesia Muda Atletik, Siprianus.
Odekta kemudian secara rutin berlatih di klub tersebut. Kompetisi pertama yang ia ikuti adalah lari jarak 10.000 meter dan menempati peringkat kesembilan. Berkat Indonesia Muda Atletik Odekta mulai rutin mengikuti ajang lari dan meraih podium.
Berbagai prestasinya itu lalu membawanya ke level yang lebih tinggi. Ia kemudian tergabung dalam pemusatan latihan daerah (Pelatda) atletik DKI Jakarta untuk PON 2016 di Bandung, Jawa Barat. Kariernya terus menanjak hingga kini tergabung di pemusatan latihan nasional (pelatnas).
Napas kedua
Berhasil menembus pelatnas, Odekta berkesempatan mewakili Indonesia di ajang internasional, SEA Games 2019 di Filipina. Ketika tampil di final nomor maraton putri, Odekta mendapat musibah mengalami heat stroke di 600 meter terakhir jelang garis finis. Emas untuk Indonesia yang sudah di depan mata sirna begitu saja. Odekta terkapar dan merasa hampir meninggal.
Saya hampir mau bilang selamat tinggal untuk keluarga dan Tim Indonesia. Berkat bantuan tim medis, akhirnya saua bisa pulih kembali.
”Saya hampir mau bilang selamat tinggal untuk keluarga dan Tim Indonesia. Berkat bantuan tim medis, akhirnya saua bisa pulih kembali,” ucap Odekta.
Ia menyebut keajaiban itu sebagai napas kedua yang diberikan Tuhan terhadapnya. Sejak hampir meninggal karena mengalami heat stroke, orientasi Odekta berubah setiap kali mengikuti perlombaan lari. Bila sebelumnya ia berlomba untuk dirinya sendiri dan keluarga, kini Odekta punya misi untuk menebarkan kebahagiaan ketika berlari. Semua itu ia lakukan sebagai rasa terima kasih terhadap Tuhan atas napas kedua yang ia dapatkan.
”Saya akhirnya mengubah pola pikir, di mana segala pencapaian saya persembahkan untuk Tuhan. Saya terapkan itu dan kemudian dapat tiga medali emas di PON,” katanya.
Setelah terselamatkan dari maut, Odekta merasa mempunyai semacam tanggung jawab moral untuk menebarkan kebahagiaan. Sejak kejadian itu pula ia selalu berusaha untuk melemparkan senyum saat berlomba lari.
Olahraga lari yang sebelumnya hampir merenggut nyawa Odekta, saat ini, justru menjadi jalan hidupnya. Bagi dia, setiap langkahnya dalam lomba justru memperpanjang napas. Lari telah membantunya mengangkat derajat keluarga. Lari pula yang membuatnya dikenal banyak orang.
”Jadi sampai nanti tua pun saya bercita-cita tetap berlari. Tidak hanya prestasi di masa sekarang. Tetapi, sampai tua bisa berlari,” kata Odekta.
Bahkan, Odekta selalu membawa sepatu larinya ke mana saja ia pergi meskipun ia sedang berlibur setelah mengikuti kejuaraan. Selalu coba disempatkannya berlari walau hanya 20-30 menit.
Kini, perhatian Odekta tengah tertuju pada SEA Games 2022 yang akan digelar di Vietnam. Belum diketahuinya, berapa banyak nomor lomba yang akan diikuti. Namun, kerasnya menu latihan selalu dilahap. Setidaknya ia selalu berlari sejauh 42 km setiap hari. Sejauh 30 km dilakukan pagi hari, sedangkan 12 km dilanjutkan sore hari.
Itu semua ditempuh Odekta demi satu tujuan, membayar kegagalannya pada SEA Games 2019 di Filipina. Ia ingin mengibarkan Merah Putih di hadapan negara-negara tetangga se-Asia Tenggara.
Odekta Elvina Naibaho
Lahir: Soban, 5 November 1991
Pendidikan:
SD Negeri 033926 Soban
SMP Negeri 1 Siempat Nempu
SMA Negeri 1 Siempat Nempu
STKIP Kusumanegara Jakarta - S1 Pendidikan Matematika
Prestasi:
Medali Perunggu Nomor 10.000 Meter Putri SEA Games 2019 Filipina
Medali Emas PON Papua Nomor 5.000 Meter Putri
Medali Emas PON Papua Nomor 10.000 Meter Putri
Medali Emas PON Papua Nomor Maraton Putri
Juara Borobudur Marathon Powered by Bank Jateng 2021