Berdonasi Bikin Berseri-seri
Sampah bagi seseorang bisa jadi harta karun untuk orang lain. Mendonasikan barang-barang tak terpakai dan tak termanfaatkan adalah salah satu cara untuk menghadirkan harta karun bagi orang-orang yang membutuhkan.
Sampah bagi seseorang bisa jadi harta karun untuk orang lain. Mendonasikan barang-barang tak terpakai dan tak termanfaatkan adalah salah satu cara untuk menghadirkan harta karun bagi orang-orang yang membutuhkan.
Mendonasikan baju layak pakai membawa kebahagiaan tersendiri bagi Alika Mlatti Purnami (23), karyawan sebuah perusahaan swasta di Jakarta Pusat. Alika bersama ayah-ibu dan dua adiknya sejak sekitar enam tahun lalu rutin mendonasikan baju-baju yang tak terpakai kepada penghuni rumah yatim piatu di kawasan Cikampek, Jawa Barat.
Kebiasaan berdonasi baju layak pakai tersebut dimulai oleh ayahnya saat Alika kuliah di Jurusan Statistik Universitas Padjadjaran lebih dari enam tahun lalu. Saat melihat tumpukan baju tak terpakai di gudang rumah, ayah Alika gusar, lalu mencari orang yang sekiranya membutuhkan baju bekas tersebut.
Awalnya, baju layak pakai itu disalurkan ke rumah penampungan yatim piatu. Akan tetapi, ketika ada rumah hafiz di dekat rumah, keluarga Alika memutuskan menyumbangkannya ke tempat yang lebih dekat dan membutuhkan. Ayahnya berpendapat, di antara anak-anak yang belajar di sana, pasti ada yang butuh bantuan baju.
”Ketika kami berikan baju bekas berbagai macam ukuran itu, mereka senang sekali. Aku juga merasa sangat senang bisa membantu anak-anak yang perlu baju,” ujar Alika, Jumat (22/7/2022) sore, di Jakarta.
Hati senang karena bisa berdonasi membuat Alika sekeluarga ketagihan. Kebiasaan berdonasi baju layak pakai pun menjadi kegiatan rutin yang mereka lakukan hingga kini.
Setiap tahun, setidaknya dua sampai tiga kali Alika bersama orangtua dan dua adiknya rutin bersih-bersih lemari dari baju yang tak lagi ingin mereka pakai. ”Sebenarnya bajuku belum rusak, tetapi entah mengapa kadang tak suka memakainya. Bisa karena sudah tak mode lagi atau tak muat di badan,” tutur Alika.
Dari hasil pengumpulan baju orang serumah itu rata-rata terkumpul 10-15 baju yang kemudian dimasukkan kardus besar. Kadang-kadang, saat ada saudaranya datang, Alika menawari mereka untuk mengambil baju-baju tersebut. Meski berkurang, tetap saja jumlahnya masih cukup banyak sehingga harus tetap disalurkan pada yang membutuhkan.
Berkat kebiasaan mendonasikan baju bekas, lemari pakaian dan gudang rumah menjadi lebih tertata dan nyaman. ”Rumah terasa lebih bersih dan lapang. Kami jadi makin senang he-he-he,” kata Alika. Hari itu dia sudah menyiapkan satu kardus besar isi baju bekas orang serumah untuk disalurkan ke rumah hafiz di Cikampek.
Amanda Laila Sari (26), karyawan perusahaan rintisan di Depok, Jawa Barat, baru dua tahun terakhir rutin berdonasi barang-barang tak terpakai. Awalnya, Amanda lebih dulu mengenal konsep decluttering yang dipopulerkan Marie Kondo melalui tayangan di sebuah OTT di tahun 2018. Decluttering adalah upaya untuk menyingkirkan barang-barang tak terpakai.
”Jadi awalnya ikut-ikutan. Kan, teman-teman pada ngobrolin soal decluttering. Jadi, aku mulai, deh, rajin bongkar-bongkar barang yang kira-kira enggak terpakai di rumah. Disortir satu-satu. Paling gampang, sih, mulai dari baju ya,” kata Amanda yang melakukan kegiatan pilah-pilih baju di sela hari liburnya. Dia juga lalu ”meracuni” orangtua dan adik laki-lakinya melakukan hal serupa.
Baju-baju bekas layak pakai itu kemudian dia satukan ke dalam kardus lalu dikirim ke kampung orangtuanya di Jawa Tengah menggunakan paket pos. ”Lumayan bermanfaat, sih. Selain dipakai untuk kegiatan sehari-hari, baju-baju dari kami banyak yang dipakai untuk orang bekerja di sawah,” ujarnya.
Dari awalnya hanya pakaian, Amanda dan orangtuanya kemudian menyasar barang-barang lain. Ada lemari pakaian, lemari plastik, sofa, gorden tak terpakai, kipas angin, sepatu, tas, dan buku. Ibunya bahkan pernah sengaja menyewa mobil bak terbuka untuk membawa barang-barang itu ke Semarang. Biaya yang dikeluarkan cukup besar, tetapi Amanda dan orangtuanya senang karena membuat rumah lebih minimal sekaligus membantu orang lain.
”Rasanya, tuh, happy kalau bisa bantu orang lain biarpun hanya kecil. Kadang aku bawain juga, sih, beberapa pakaian yang masih baru. Kalau ngasih-nya baju bekas terus, kok, rasanya gimana gitu,” ujar Amanda. Sesekali dia juga menyelipkan uang dan menambah dengan sembako saat mengirim barang-barang tak terpakai ke kampung.
Gerai alternatif
Selain cara konvensional dengan memberikan barang-barang tak terpakai kepada orang sekitar yang membutuhkan atau orang-orang tak berpunya di kampung halaman, ada banyak alternatif lain yang juga bisa dipilih sebagai cara untuk berdonasi. Salah satunya melalui Jagatera.id.
Jagatera.id adalah salah satu gerai yang menampung barang-barang tak terpakai. Jagatera yang merupakan kelanjutan dari Outlet Dhuafa dan Bberes.id, kini menjadi salah satu perusahaan pengelola barang tak terpakai kawasan Jabodetabek dan Bandung.
Barang-barang tak terpakai yang dikelola Jagatera sangat beragam, mulai dari mainan anak, sepatu, pakaian, buku, peralatan dan perlengkapan rumah tangga, hingga barang-barang elektronik, seperti televisi dan komputer meja. Namun karena telah menjadi perusahaan, untuk setiap barang tak terpakai yang disalurkan melalui Jagatera, ada biaya penjemputan yang diterapkan
Oleh Jagatera, barang-barang tak terpakai tersebut kemudian dipilah sesuai kebutuhan dan peruntukan barunya, apakah dijual kembali atau didonasikan. Lemari, misalnya, bagian yang rusak akan dibuang dengan menerapkan cara bertanggung jawab, lalu bagian yang masih bagus akan direvitalisasi lagi menjadi lemari baru. Intinya adalah memperpanjang usia dan manfaat barang tersebut agar tak kembali menjadi sampah yang mencemari lingkungan.
Pendiri Jagatera, Denny Pondiu, Kamis (21/7/2022), mengungkapkan, sebagai perusahaan, Jagatera tak semata mencari keuntungan. Terlebih Jagatera berangkat dari Outlet Dhuafa yang kegiatan utamanya adalah menyalurkan donasi pakaian layak pakai untuk kalangan yang membutuhkan. ”Kami berkomitmen untuk menyalurkan 30 persen dari keuntungan untuk kalangan yang membutuhkan. Di gudang kami, ibaratnya semua barang ada. Kami siap menyalurkan apa saja sesuai kebutuhan,” ujar Denny.
Beberapa aktivitas yang dilakukan Jagatera adalah penyaluran sandang layak pakai untuk warga Jabodetabek, penyaluran boneka dan mainan anak di kawasan Pondok Petir, Depok dan Tangerang Selatan, pemberian dana untuk Taman Baca Saung Jingga, serta santunan pengobatan di Ciganjur. Jagatera juga terbuka apabila ada yang memberi informasi soal lokasi dan kalangan yang membutuhkan bantuan atau donasi.
Baca juga : Bagi-bagi Gaji Pertama
Di Yogyakarta, ada ajang khusus untuk mendonasikan barang-barang tak terpakai bekas pemberian mantan kekasih. Tempatnya di Festival Melupakan Mantan yang telah berlangsung sejak tahun 2015.
Seto Prayogi, penggagas festival tersebut, menyatakan, ide pengunjung bisa menyumbangkan barang-barang pemberian mantan sebenarnya bagian dari cara untuk melupakan si mantan dari ingatan. Dengan begitu orang tersebut bisa segera membangun kehidupan barunya.
”Dari diskusi dengan kawan-kawan saat merencanakan festival itu, mereka kesulitan membuang barang dari mantannya. Mereka menyebut barang dari mantan sebagai barang sial karena disimpan terus mengingatkan kepada mantan, dibuang atau diberikan saudara atau kawan bisa ketahuan mantan. Hubungan yang sudah putus malah bisa memburuk,” kata Seto, Jumat.
Tercetuslah ide untuk memberi kesempatan pada pengunjung festival untuk menyumbangkan barang dari mantan agar bisa didonasikan ke panti asuhan atau korban bencana jika mereka membutuhkan baju layak pakai. Ternyata, banyak pengunjung dari kalangan mahasiswa, terutama, menggunakan kesempatan itu untuk menyumbangkan barang pemberian mantan berupa baju, kaus, tas, sepatu, boneka, sampai parfum dan telepon seluler.
”Bahkan, ada pengunjung dari Surabaya naik sepeda motor untuk menyumbangkan sandal jepit dari mantannya. Itu karena dia bingung ke mana harus membuang barang itu secara aman,” ujar Seto.
Namun, tak semua barang dalam kondisi bagus. Ada juga yang sudah rusak parah sehingga Seto dan kawan-kawan harus memilahnya lebih dulu sebelum menyumbangkan barang-barang itu. Sumbangan berupa boneka kemudian diserahkan ke sekolah taman kanak-kanak atau pendidikan anak usia dini (PAUD), sementara baju, tas, dan sepatu ke panti asuhan dan korban bencana alam. Sayang, pandemi korona membuat acara itu terhenti sejak tahun 2021.
Ibarat banyak jalan menuju Roma, banyak gerai lain yang bisa menampung barang-barang tak terpakai. Sampah kita bisa jadi harta karun untuk orang lain.