Gracello Yeshua Davny bersama orangtua, adik dan asisten rumah tangganya, makan malam bersama merayakan gaji pertama yang didapat Gracello.
Buat sebagian anak muda, momen menerima gaji pertama saat bekerja merupakan momen mengharukan dan penuh bahagia. Sebagian dari mereka berusaha membagi kebahagiaan itu dengan ”mencipratkan” rezeki kepada orang-orang tercinta di sekitar mereka.
Ketika menerima gaji pertama sebagai pekerja magang di sebuah instansi pemerintah tahun lalu, Gracello Yeshua Davny (21) kaget bukan main. Jumlahnya, buat dia saat itu, tergolong besar: Rp 2 juta. ”Seneng banget dan terharu menerimanya,” kata laki-laki yang biasa disapa Axell, Kamis (23/6/2022) itu.
Axell adalah alumnus Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia Program Studi Penyiaran Multimedia. Selama magang, ia membuat konten seperti video, foto, dan poster. Ia sudah biasa membuat konten seperti itu, tetapi tidak pernah ada yang memberi harga hingga ia menjadi pekerja magang.
Sebagai umat Nasrani, Axell menggunakan 10 persen dari gaji untuk kewajiban perpuluhan bagi gereja. Sisanya, 50 persen untuk mengangsur pinjaman ke ayahnya. Setelah lulus kuliah ia meminjam uang Rp 25 juta kepada ayahnya untuk membeli kamera sebagai modal bekerja.
Axell juga menyisihkan 10 persen gaji pertamanya untuk tabungan. Sisanya untuk keperluan diri sendiri dan mentraktir papa-mama, adik, dan asisten rumah tangga. ”Papa dan mama maunya, ya, makan di tempat biasa saja, tapi aku mikir, bagaimanapun mereka akan bangga jika ditraktir makan anaknya di tempat yang agak mahal. Jadi aku pilihkan resto yang bagus di mal di Depok,” cerita Axell, yang malam itu merasa menjadi orang paling bahagia sedunia.
Dinda Pangesti Arta Rahayu (22), mahasiswa Manajemen SDM di Universitas Pamulang, Tangerang Selatan, juga membagi momen bahagia menerima gaji pertama. Gadis yang baru bekerja dua bulan di sebuah yayasan itu menerima gaji pertama Rp 5 jutaan pada 2 Juni 2022. ”Aku sisihkan untuk orangtua Rp 500.000, nenek Rp 100.000, dua adik sepupu masing-masing Rp 100.000,” ujar Dinda, Kamis (23/6/2022) di Jakarta.
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO (TOK)
Umat Islam membayar zakat lewat panitia zakat di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (7/5/2021). Gaji pertama bisa juga digunakan untuk bayar zakat atau bersedekah.
Ia juga mentraktir makan orangtua dan anggota keluarga lain. ”Ini udah seperti tradisi di keluarga. Kalau ada anggota keluarga yang dapat gaji pertama, biasanya traktir. Ya, hitung-hitung syukuran, biar terus didoain rezekinya tambah panjang. Kalau udah traktir itu hati jadi plong, ha-ha-ha,” ujar Dinda, yang menyaksikan betapa orangtuanya sangat bahagia melihat dia sudah bekerja.
Sisa gaji pertamanya, Dinda simpan untuk biaya transportasi ke kantor. Ada pula yang ia sisihnya untuk uang muka cicilan telepon pintar. ”Intinya sih gaji pertama belum bisa untuk nabung. Mungkin gaji kedua, ketika baru bisa nabung,” tambah Dinda yang baru pertama kali bekerja secara profesional.
Mentraktir anggota keluarga juga menjadi pilihan Putri ND (23) dan Graciela Chika Putri (23) saat menerima gaji pertama dari sebuah perusahaan teknologi fintek sebesar Rp 4 juta.
”Sejak pertama bekerja aku coba konsisten dengan pembagian gaji menjadi 50:30:20. Karena masih tinggal dengan orangtua, aku enggak perlu kos atau kontrak,” kata Putri, di Jakarta, Kamis (23/6/2022). Gajinya sebesar 50 persen untuk menabung, 30 persen untuk gaya hidup, dan 20 persen untuk amal. Namun, sebagian kecil alokasi dari besaran 50 persen itu juga ia gunakan untuk mentraktir keluarganya makan saat gajian atau sehari setelah gajian.
Kebiasaan mentraktir keluarga ternyata berlanjut. Putri, yang sudah pindah pekerjaan menjadi management trainee di sebuah perusahaan di Jakarta Selatan dengan gaji Rp 11 juta, selalu mentraktir keluarga saat gajian. Ada saat ia hanya mentraktir keluarga dengan membelikan minuman dan makanan ringan, misalnya di Chatime, McDonald’s, dan Wingstop untuk orangtua dan dua adiknya. Sebulan, ia bisa habis Rp 300.00-Rp 500.000 untuk makan bersama.
Terkait perayaan gaji pertama, Putri mengaku, dirinya bukan tipe yang harus mentraktir diri sendiri karena sudah bekerja. Dia hanya membeli barang jika betul-betul perlu. Ia tidak suka boros dan belanja secara impulsif. ”Pernah sih small celebration di tempat kerja pertama aku beli Apple Watch, tapi itu juga enggak langsung beli, tapi aku lihat kebutuhan dan nabung empat, lima bulan dulu,” katanya.
Sementara itu, Graciela, biasa dipanggil Chika, mendapat gaji pertama pada Maret 2022. Dara campuran Jawa Timur dan Flores Timur ini sedang berada dalam masa magang sebagai software engineer di bank swasta di bilangan Kuningan, Jakarta Selatan, selama Februari-Juni.
KOMPAS/MOHAMMAD HILMI FAIQ
Pelancong menikmati pantai Lorena di Paciran, Lamongan, Sabtu (7/5/2022). Beberapa orang mengalokasikan sebagian gaji pertamanya untuk jalan-jalan.
Chika menceritakan, gaji pertamanya Rp 6 juta-Rp7 juta. Ia membagi-bagi gajinya menjadi sebanyak 30 persen untuk biaya hidup, 20 persen untuk jalan-jalan, 20 persen untuk dana tak terduga, 10 persen untuk tabungan, 10 persen untuk pulsa, dan 10 persen untuk mentraktir keluarga. ”Waktu itu aku traktir keluarga sekitar Rp 800.000. Banyak yang aku traktir, ada keluargaku di Flores, nenek dari sisi mama di Bekasi, tante dari sisi papa di Kelapa Gading (Jakarta Utara), dan teman di Malang,” tutur Chika lewat telepon dari Bekasi, Jawa Barat, Jumat (24/6).
Anak pertama dari dua bersaudara ini mentransfer uang untuk orangtuanya dan membeli pulsa untuk adik perempuannya. Chika mentraktir nenek dan tantenya makan. Sebelumnya, dia juga sudah membawa teman-temannya makan di kafe saat masih di Malang.
Ia menyadari, kebiasaan mentraktir orang saat mendapat gaji pertama adalah budaya orang Indonesia, seperti yang telah dilakukan anggota keluarganya yang lain. Karena itu, ia tidak keberatan. Apalagi, orang-orang yang dia traktir adalah orang-orang yang berjasa selama Chika sekolah, lulus hingga mendapat pekerjaan.
”Aku kebawa kebiasaan mama untuk senangin orang sekitar dulu dan bagi berkat juga. Ada perasaan senang dan bangga saat aku udah bisa traktir orang, apalagi pas tanya keluarga pada mau makan apa,” kata Chika.