Ani Lailia Memberdayakan Perempuan Desa di Lampung
Ani Lailia memberdayakan ibu-ibu di kampung halamannya di Pringsewu, Lampung, dengan memproduksi keset dari limbah kain perca.
Oleh
Susie Berindra
·4 menit baca
Sejak duduk di bangku kuliah, Ani Lailia (24) gigih berusaha menjadi wirausaha. Segala peluang diambil untuk berwirausaha sekaligus memajukan masyarakat di kampung halamannya, Desa Waringin, Kecamatan Adiluwih, Pringsewu, Lampung. Tak ingin hanya melihat warga yang hidup berharap bantuan, perempuan yang akrab disapa Laili ini mengajak ibu-ibu membuat keset untuk dijual.
Tahun 2017, saat kuliah semester 6 di Jurusan Teknik Kimia Universitas Lampung, Laili mendapat banyak tawaran program wirausaha khusus untuk mahasiswa. Dia terinspirasi melihat warga Desa Sukamulya yang bisa menjadi sentra industri keset dari kain perca. ”Aku pengin juga bikin desaku menjadi sentra industri keset, tetapi dengan inovasi yang lebih kreatif,” kata Laili yang diwawancara secara daring, Rabu (6/10/2021).
Setelah belajar cara membuat keset, Laili mengajak ibu-ibu untuk belajar menjahit. Bahan baku katun fleece didapatkan dari Desa Sukamulya. Namun, keset buatan mereka yang dinamakan Sumringah sulit dipasarkan. Bentuk keset yang biasa, seperti persegi panjang atau hati, harus bersaing dengan sentra industri yang lain.
Lalu, Laili pun berupaya membuat desain lebih berwarna dan menarik, misalnya bentuk bunga, buah, atau karakter kartun. Dengan produksi lebih besar, bahan baku kain perca didapatkan langsung dari pemasok di Jakarta, Bandung, dan Sukabumi.
Awalnya, Laili bisa mengajak 100 ibu yang mau menjahit keset. Mereka mendapat upah untuk setiap keset yang dihasilkan. Sayangnya, sistem upah ini tak berhasil diterapkan. ”Dulu, dengan sistem upah, setiap penjahit yang kami kasih bahan 10 kilogram jadi 10 keset, padahal seharusnya 15 keset. Aku mengubahnya jadi kemitraan dengan ibu-ibu yang sekarang jumlahnya 50 orang,” ujar Laili.
Untuk menjalankan wirausahanya, Laili dibantu sang ibu, Rofingah, dan dua orang lainnya untuk bidang sumber daya manusia dan pemasaran. Untuk mengembangkan usahanya, dia mendirikan CV Danapati Berkah Inovasi. Sistem kemitraan dijalankan dengan cara Laili menyediakan kain perca yang sudah disortir sesuai dengan warna dan motif untuk diambil ibu-ibu penjahit. Keset yang sudah jadi diantar ke gudang yang berada di samping rumah Laili.
”Kalau keset yang bagus bisa lolos quality control, kami beli. Kalau kurang bagus, tergantung mitra apakah mau diperbaiki atau kami beli dengan harga lebih murah. Jadi, sistemnya beli putus. Kami beli keset dipotong dengan harga bahan baku yang sudah mereka ambil,” katanya.
Dalam satu bulan, Laili bisa menjual sekitar 2.000 keset yang dijual seharga Rp 35.000 per unit. Sistem penjualan dengan cara daring dan membuka kesempatan reseller. Dia juga rajin mengikuti pameran-pameran UMKM. Sambil menjalankan industri kecil menengah ini, Laili terus berupaya mencari modal tambahan.
”Awalnya dapat Rp 5 juta dari program di kampus. Tambah lagi dari program Kegiatan Berwirausaha Mahasiswa Indonesia dan kompetisi kewirausahaan. Jadi, selain modal dari orangtua, ada juga dari program-program itu,” tutur Laili yang sudah memenangi beberapa penghargaan.
Menambah nilai
Kesibukan menjalankan wirausaha membuat Laili sulit membagi waktunya dengan kuliah. Tak jarang, dia mendapat komentar tak mengenakkan. ”Ada yang bilang, mahasiswa teknik kimia, kok, bikin keset,” cerita Laili sambil tertawa.
Meski begitu, semua komentar miring tak membuatnya patah semangat. Justru dia semakin terpacu untuk memberdayakan para perempuan di desanya. ”Kalau dibilang enggak nyambung, ya, enggak juga. Di kampus, aku, kan, belajar bagaimana proses perubahan A menjadi B. Seperti yang aku jalankan sekarang, mengubah limbah menjadi produk keset. Untuk menambah pengetahuan, aku juga banyak diskusi dengan teman-teman komunitas wirausaha, ada yang bikin susu UHT atau membuat jahe bubuk,” lanjutnya.
Dia pun membuat penelitian bagaimana mengelola limbah kain untuk mengubah warna. Perubahan warna kain limbah dengan cara tidak menghasilkan limbah baru. ”Ke depan, aku pengin mengekspor keset Sumringah dengan memberikan tambahan nilai produk, yaitu mengolah limbah menjadi sesuatu yang berguna,” kata Laili penuh semangat.
Ani Lailia
Lahir: Pringsewu, 1997
Pendidikan:
- SMA 1 Gadingrejo, Lampung (2011-2013)
- S-1 Teknik Kimia Universitas Lampung (2013-2021)
Pengalaman Kerja:
- CEO CV Danapati Berkah Inovasi, Pringsewu, Lampung (2020-sekarang)