Jonathan Kuo Pianis Muda Berbakat
Pianis muda asal Indonesia Jonathan Kuo tak berhenti mengasah bakat dan kemampuannya.
Jonathan Kuo (18) terus mengasah kemampuannya bermain piano. Pandemi tak menghalangi dirinya untuk menunjukkan kepiawaiannya sebagai pianis. Jadwal latihan dan konser memenuhi hari-hari Jonathan.
Jari-jemari Jonathan atau Jo bergerak cepat di atas piano. Sesekali Jo menekan tuts-tuts piano dengan lembut sambil memejamkan matanya. Tak jarang, badannya membungkuk dan bergerak ke kanan dan kiri. Semua gerakannya menciptakan tempo yang senada dengan lagu yang dimainkannya.
Akhir pekan lalu, Sabtu dan Minggu (10-11/4/2021), Jakarta Sinfonietta bersama salah satu pianis muda terbaik Indonesia, Jonathan Kuo (Young Steinway Artist), menggelar konser The Russian Connection. Konser yang digelar secara daring ini sebelumnya sudah direkam di Gedung H Usmar Ismail, Kawasan Kuningan, Jakarta Selatan.
Dirigen orkestra Iswargia R Sudarno memimpin pergelaran tersebut. Permainan piano yang apik dari Jo didukung 46 pemusik. Jo memainkan dua konserto, yaitu karya Mozart (”No 23 in A Major K. 488”) dan karya Rachmaninoff (”No 2 in C Minor Op. 18”). Dan satu lagi, karya Stravinsky dimainkan oleh orkestra Jakarta Sinfonietta.
”I was so surprise, I can’t believe it. I could perform two concerto. Saya masih shock, wow, ternyata saya masih kuat memainkan dua konserto,” kata Jo saat diwawancarai pada Senin (12/4/2021).
Saat wawancara secara daring, Iswargia yang akrab disapa Lendi duduk di samping Jo. Dia tersenyum melihat kesuksesan anak didiknya. Sejak berusia tujuh tahun, Jo berguru pada Lendi.
”Saya tahu Jonathan suka dengan lagu-lagu itu. Lalu saya bikin program yang sesuai dengan karya Mozart. Stravinsky dan Rachmaninoff memiliki karya yang bertolak belakang, keduanya dari Rusia. Mereka hidup dalam kurun waktu yang sama, tetapi Stranvinsky lebih muda. Nah, kalau kedua karya digabung justru menarik, penonton enggak bosan,” kata Lendi.
Pergelaran selama dua jam itu memang sangat menarik. Pencinta musik klasik bisa mengobati rasa kangen meski dalam suasana yang berbeda. Baik musisi maupun penonton akan merasakan perbedaan antara menonton konser secara langsung dan virtual.
”Sebenarnya, saat rekaman konser malah lebih banyak tekanan. Hanya satu kali pengambilan gambar. Tidak ada suasana penonton di dalam gedung, padahal biasanya yang nonton bisa sampai ribuan,” kata Jo yang sesekali menggunakan bahasa Inggris.
Meraih prestasi
Selama pandemi, Jo sudah mengikuti empat konser secara daring. Selama berada di rumah saja, dia justru memiliki lebih banyak waktu untuk berlatih. Bagi Jo yang belajar piano sejak usia tujuh tahun, niatnya untuk mengasah bakatnya tak pernah surut.
”Jadwal latihan selama pandemi malah lebih lama, bisa sampai sembilan jam. Sejak Agustus tahun lalu, jadwal latihan memang lebih lama. Karena saya suka banget musik klasik, jadi enggak terasa capek. Malah kadang-kadang lupa waktu,” kata Jo sambal tertawa.
Untuk mengimbangi jadwal latihan, Jo juga berolahraga seperti angkat besi dan lari. Untuk bermain piano, Jo merasa harus terus menjaga stamina tubuhnya. ”Menjaga stamina tubuh sangat penting. Apalagi, kalau bermain piano, konsentrasi penuh. Seperti saat saya memainkan karya Rachmaninoff, gerakan jari-jari harus dihapalkan,” ujarnya.
Selain itu, untuk lebih menghayati lagu-lagu yang dimainkannya, Jo melahap semua buku-buku sejarah para komponis. ”Dengan membaca buku, saya tahu pola pikir komponis, apa yang terjadi dalam hidup mereka sehingga mereka memainkan piano dengan cara unik. Kepribadian dan karakter mereka yang berbeda juga tercerminkan dalam karyanya,” kata Jo.
Sejak Oktober 2018, Jo adalah seorang ”Young Steinway Artist”. Suatu capaian yang diraih karena kegigihannya. Sejak SMP, Jo memutuskan untuk homeschooling supaya bisa lebih mempunyai banyak waktu dan fokus belajar piano.
Dia telah menorehkan berbagai prestasi tingkat nasional maupun internasional sejak berusia belia. Dua tahun sejak ia menjadi siswa Lendi, Jonathan meraih gelar Juara III Indonesia Steinway Youth Piano Competition (2012) Kategori Talentum A (usia di bawah 10 tahun), dan Juara II serta Penghargaan Khusus untuk Penampilan Mazurka Terbaik di 5th ASEAN International Chopin Piano Competition di Kuala Lumpur, Malaysia.
Sejak saat itu, ia pun berkiprah lebih jauh dan menang dalam berbagai kompetisi. Prestasi terakhir yang diperolehnya tahun 2019 adalah ”Concerto Encouragement Prize” dari Virginia Waring International Piano Competition di Palm Spring, Amerika Serikat.
Jo memberikan resital solo perdananya pada usia 13 tahun. Dia juga kerap tampil dengan orkestra terkemuka di Indonesia, yaitu bersama Jakarta Concert Orchestra di bawah pimpinan Avip Priatna dan beberapa kali bersama Jakarta Sinfonietta di bawah pimpinan Iswargia R Sudarno. Ia juga telah tampil sebagai solis bersama soprano Indonesia terkemuka Isyana Sarasvati membawakan Concert Aria karya Mozart ”Ch\'io mi scordi di te?”.
Ingin terus menggali kemampuannya sebagai pianis, Jo aktif mengikuti berbagai masterclass di bawah arahan pianis artis dan pedagog bertaraf internasional, antara lain Alexander Kobrin, Thomas Hecht, Josef Anton Scherrer, Manfred Aust, dan Hans-Jurgen Schnoor. Kini, Jo ingin terus belajar.
”Saya ingin memperluas repertoar sebanyak mungkin. Lebih sering konser juga sehingga bisa saling belajar dari teman dan kolega saya,” kata Jo.
Mengobati kerinduan
Menikmati konser musik klasik secara daring sedikit berbeda dengan melihatnya secara langsung. Selain kualitas suara yang berbeda, kita juga tidak bisa memberi apresiasi dengan tepuk tangan. Meski begitu, konser secara virtual bisa menjadi hiburan di kala pandemi.
Akhir pekan lalu, Jakarta Sinfonietta mengobati kerinduan penggemar musik klasik dengan suguhan The Russian Connections. Salah satu pianis muda terbaik di Indonesia, Jonathan Kuo ikut hadir mempersembahkan dua konserto.
Dirigen orkestra Iswargia R Sudarno yang memimpin konser mengatakan, persiapan untuk latihan bersama Jonathan dan pemusik lainnya berlangsung selama lima hari. ”Ini konser daring yang ketiga dan menjadi program setengah tahunan dari kami. Memang tidak ada pilihan lain, daripada masyarakat kehilangan akses melihat konser musik klasik,” kata Iswargia yang akrab disapa Lendi.
Lendi mengakui, untuk membuat rekaman konser memang sedikit lebih rumit. Para pemusik harus menjaga jarak sehingga membutuhkan panggung lebih besar. Selain itu, kata Lendi, dengan rekaman satu kali pengambilan gambar, tidak boleh ada kesalahan. ”Komunikasi juga seperti tidak natural karena tidak ada penonton di depan kita,” kata Lendi.
Meski begitu, konser secara daring cukup diminati. Satu kali konser bisa dinikmati sekitar 300 penonton. Dengan harga tiket yang jauh lebih murah, penonton bisa menikmati sajian musik klasik berdurasi dua jam.
Jakarta Sinfonietta merupakan sebuah orkes kamar yang berdomisili di Jakarta yang berdiri sejak 2015. Orkestra beranggotakan para musisi klasik profesional Indonesia dari segala lapisan usia dan generasi yang berintegritas. Dalam perjalanannya, orkestra tidak membatasi repertoarnya pada mazhab ataupun zaman tertentu, tetapi lebih menekankan kepada genre atau bentuk ensambel orkes kamar saja.
Baca juga : Gamaliél Berkarya dari Kamar
”Peminat musik klasik masih banyak kalangan anak mudanya. Malah, generasi Jonathan enggak sadar bahwa pengaruh internet sangat besar. Musik klasik berkembang cepat setelah ada internet. Bisa belajar dari banyak sumber di internet, apalagi cari partitur bisa lebih mudah, tinggal klik, langsung bisa main,” kata Lendi.
Untuk itulah, di orkestra yang dipimpinnya, sebagian besar pemusik berusia sekitar 30 tahun. Lendi pun tak segan mempromosikan anak muda. Salah satunya, dalam konser daring yang akan digelar pada Juni 2021, Lendi memilih salah satu anak didiknya yang berusia 20 tahun untuk menjadi konduktor.
Jonathan Kuo
Nama: Jonathan Kuo
Lahir: Bandung, 21 September 2002
Prestasi, antara lain :
- Juara III Indonesia Steinway Youth Piano Competition Kategori Talentum A (2012)
- Juara I Indonesia Steinway Youth Piano Competition (2014) Kategori Talentum B
- Juara I Thailand 1st Chopin International Competition (2014)
- Juara II Medan International Piano Competition (2015)
- Juara II Indonesia Steinway Youth Piano Competition (2016 & 2018)
- ”Concerto Encouragement Prize” dari Virginia Waring International Piano Competition di Palm Spring, AS (2019)