Karena pandemi Covid-19 banyak membatasi kegiatan rutin setiap orang, Gamaliél membuat semua lagu barunya dari dalam kamar. Isinya perenungan soal hidup.
Oleh
Soelastri Soekirno
·3 menit baca
Gamaliél yang kini menjadi penyanyi solo, Rabu (31/3/2021) malam, merilis minialbum berjudul Q1 (dibaca First Quarter) berisi empat lagu karyanya sendiri, yakni ”Forever More”, ”Ethereal”, ”Unfindable”, dan ”Adjacent”. Keempat lagu itu menggambarkan refleksinya terhadap berbagai hubungan dalam kehidupan biduan yang sebelumnya tenar sebagai anggota grup vokal GAC (Gamaliél Audrey Cantika).
Karena pandemi Covid-19 banyak membatasi kegiatan rutin setiap orang, Gamal, demikian ia biasa dipanggil, membuat semua lagunya dari dalam kamar. ”Biasanya lirik (lagu) itu aku tulis dengan merundingkan tema apa yang sesuai atau dirasakan oleh para songwriter-nya. Tapi, kali ini semua lirik benar-benar aku tulis di kamarku dari hasil kontemplasi aku, musikku, dan emosiku sendiri,” ujarnya.
Pengerjaan album berlangsung secara virtual. Kali ini Gamal bekerja sama dengan beberapa orang, antara lain pencipta lagu dan produser musik Aldi Nada Permana, musisi Kenan Loui, dan Gerald Situmorang. Keterbatasan keadaan tak menghambat dirinya menyelesaikan extended player atau EP perdananya itu.
Gamal bersama adiknya, Audrey, beserta Cantika dikenal sebagai pembuat lagu-lagu yang apik dan hits di pasar. Salah satu lagu mereka yang sangat populer dan masih terus diperdengarkan oleh radio-radio berjudul ”Bahagia”. Meski biasanya tampil dengan lagu, lirik lugas, dan irama nge-beat, Gamal juga piawai menciptakan lagu berlirik puitis seperti lagu di minialbumnya ini.
Q1 adalah fase bulan yang mendahului bulan purnama. Ia menyimbolkan pengambilan keputusan yang harus diawali dengan perenungan.
Lirik lagu yang ia ciptakan kali ini memang bersifat kontemplatif karena berasal dari perenungan Gamaliél terhadap setiap kejadian dan misteri yang dialaminya dalam kehidupan. ”Q1 adalah fase bulan yang mendahului bulan purnama. Ia menyimbolkan pengambilan keputusan yang harus diawali dengan perenungan untuk memperoleh kejelasan, keyakinan, dan kekuatan untuk menjalani proses selanjutnya dalam kehidupan,” kata Gamal.
Ia dan para musisi yang berperan dalam album ini memasukkan bunyi musik gesek dalam setiap lagunya. Gesekan biola terasa pas menemani alunan suara peraih piala AMI Awards kategori Artis Solo Urban Terbaik tahun 2020 tersebut.
Les biola
Gamal menceritakan mengapa peran biola cukup dominan dalam album ini. ”Waktu kecil aku suka sekali mendengarkan lagu-lagu (yang dimainkan) dengan biola dan bercita-cita untuk bisa memainkan biola, sampai aku mengikuti les biola. Tapi, ternyata biola itu sangat sulit untuk dipelajari. Aku terus menghasilkan nada-nada sumbang,” katanya mengenang masa kecilnya.
Suatu hari salah satu anggota keluarganya menjahili dia dengan membuat senar biola kecilnya putus. ”Dia bilang bahwa aku tidak akan bisa main biola. Aku dengerin dia dan aku tidak bisa main biola sampai sekarang,” lanjut alumnus Jurusan Sinematografi Fakultas Desain Komunikasi Visual Universitas Multimedia Nusantara, Tangerang, tersebut.
Ia tak segan mengakui upayanya untuk bisa bermain biola mengalami kegagalan. Namun, tampaknya kesukaan Gamal terhadap alat musik gesek tak pernah padam. ”Jadi, saat aku bikin lagu-lagu di Q1 ini dan bisa memasukkan aransemen strings di setiap lagunya, terasa seperti pencapaian mimpi kecil aku. Sebuah hadiah spesial buat Gamaliél kecil dan juga pesan untuk semua orang bahwa kegagalan pun bisa dirayakan,” kata Gamaliél.