Berselancar di Ruang Webinar
Banyak mahasiswa yang mengikuti webinar dengan beragam topik yang menarik,
Di masa pandemi ini, banyak kegiatan yang dilakukan dengan menggunakan gawai. Meskipun kaki tak ke mana-mana, kita dapat berpindah ruang virtual dengan cepat. Webinar yang digelar secara daring memungkinkan untuk menambah pengetahuan, mengasah keterampilan, dan menghibur diri.
Generasi muda mengikuti webinar dengan berbagai alasan, seperti untuk melawan gabut, menambah pengetahuan, atau sekedar terkoneksi dengan dunia luar. Mereka memilih webinar dengan berbagai topik berdasarkan ketertarikan atau memang mengikuti kewajiban kampus.
Webinar merupakan pertemuan atau presentasi yang dilakukan secara daring. Saat ini, banyak sekali lembaga yang mengadakan webinar secara berkala dan gratis. Generasi muda mempunyai banyak pilihan topik webinar inspiratif. Dari mulai topik penulisan, digital, wirausaha sampai kuliner.
Intan Shelly (20), mahasiswa jurusan Tadris Bahasa Inggris di IAIN Jember mengisi akhir pekan dengan mengikuti webinar yang diselenggarakan KOMPAS. Pada Sabtu (20/3/2021), Shelly mengikuti Kelas Muda Mengenal Dunia Penulisan Cerpen: ”Semua Bisa Bercerita” bersama wartawan harian Kompas, Putu Fajar Arcana dan Hilmi Faiq.
Shelly menuturkan, selama setahun pandemi Covid-19 ia kerap merasakan kebosanan yang menyiksa. Kebosanan itu muncul karena sebagian besar waktunya dihabiskan di rumah saja. Untuk mengusir rasa sumpek, ia mengisi hari-harinya dengan membaca atau mengikuti webinar. “Ikut webinar ini solusi mengusir kebosanan karena selama pandemi tidak bisa ke mana-mana. Mau ikut diskusi offlinemasih takut, jadi webinar adalah jalan keluar,” ujarnya.
Untuk memilih webinar yang akan diikuti, biasanya Shelly memilih berdasarkan topik dan pembicara yang hadir. Ketika mengikuti Kelas Muda, misalnya, ia penasaran dengan para pembicara karena selama ini sering membaca nama penulis dan karya mereka di media sosial. Selain itu, Shelly juga ingin mengasah kemampuan di bidang tulis menulis.
Meski sudah pernah mengikuti webinar di bidang kepenulisan, Shelly juga tidak merasa bosan. “Sebelumnya saya mengikuti webinar dengan pembicara Dewei Lestari. Meskipun topiknya sama, tetapi setiap pembicara memberikan materi dan jawaban yang berbeda-beda,” jelas perempuan kerap mengikuti webinar di Balai Desa yang menyediakan wifi gratis ini.
Mengikuti webinar, menurut Shelly sangat penting untuk mengisi waktu luang, mengusir kebosanan, menambah pengetahuan, dan obat untuk menyembuhkan stress. “Webinar ini obat stress dan membantu saya mengetahui perkembangan di dunia luar,” katanya.
Khaerudin Sodiq (39), peserta Kelas Muda mengatakan, webinar sangat penting untuk menambah pengetahuan dan keterampilan, terutama untuk menunjang profesinya di bidang pendidikan. “Sebagai guru, saya ingin menularkan banyak ilmu kepada anak-anak. Jadi, saya ikut webinar untuk menambah ilmu,” jelas guru di MI Manba’ul Huda, Bandung, Jabar ini.
Sebelum webinar ini menjadi trend, Khaerudin sudah sering mengikuti seminar dan kelas secara langsung. Bahkan ia rela menempuh perjalanan jauh dari Bandung ke Jakarta untuk mencari ilmu baru. Dengan adanya webinar, ia dimudahkan karena tidak perlu keluar ongkos dan waktu untuk menempuh perjalanan jauh. Webinar juga bisa diikuti sambil melakukan berbagai aktivitas lainnya, seperti memeriksa hasil ujian siswa, atau menyusun materi belajar.
Dalam sepekan, ia bisa mengikuti 1-2 webinar dengan topik yang sangat beragam, termasuk psikologi dan strategi pendidikan anak. Di luar ini, Khaerudin juga suka mengikuti webinar yang diselenggarakan lembaga pendidikan sebagai kewajiban dari sekolah. Webinar diikuti di sela-sela waktu padatnya mengisi kelas daring untuk para pelajar.
Setiap kali mengikuti webinar, ia selalu mendokumentasikan partisipasinya dengan men-screen capture tangkapan layar ruang diskusi dan mengumpulkan sertifikat dari kegiatan diskusi. Menurutnya dokumentasi ini sangat penting sebagai laporan kompetensi sekolah.
Lebih murah
Aretha Arsanitya, mahasiswa semester 4 jurusan manajemen di Perbanas Institut Kuningan, juga sering mengikuti webinar. Dalam sepekan, Aretha mengikuti enam hingga tujuh webinar dengan bermacam topik, baik berkaitan dengan jurusan kuliah ataupun topik lain di luar bidang akademik, seperti fotografi, radio, sampai webinar tentang bagaimana merawat anak. “Aku ikut webinar dari pada gabut dan memikirkan hal-hal unfaedah,” katanya, sambil tertawa.
Sebelum pandemi melanda, Aretha memang sudah senang mengikuti berbagai seminar secara offline. Mengikuti seminar secara langsung, lebih menyenangkan untuk Aretha. Alasannya, kalau ada hal yang tertinggal dapat bertanya lagi. “Alasan lain, kalau seminar langsung kan ada makanannya,” katanya. Dari sisi biaya, biaya untuk mengikuti webinar jauh lebih murah ketimbang biaya seminar karena ketika seminar harus ada biaya sewa tempat atau akomodasi.
Mengisi waktu luang, juga dilakukan Muhammad Rizaldi Tegar Widayanto atau yang sering disapa Aldi. Aldi juga mengikuti berbagai macam webinar di sela kuliah daringnya. Bahkan, dia pun terlibat sebagai penyelenggara webinar untuk organisasi yang diikutinya.
Aldi mahasiswa jurusan Antropologi semester keempat di Universitas Diponegoro Semarang mengikuti satu sampai dua webinar dalam satu hari, termasuk pada akhir pekan. “Aku ikut berbagai macam webinar, terutama untuk mendapatkan insight dari berbagai hal,” kata Aldi.
Dia menambahkan kalau pada jurusan lain, 1+1 = 2, tetapi tidak pada jurusan Antropologi seperti yang sedang dipelajarinya. “Dari kacamata Antropologi, dari sudut budaya, satu pertanyaan bisa menghasilkan banyak sekali kemungkinan jawaban, bisa dilihat dari berbagai sudut pandang. Dengan ikut berbagai macam webinar, aku dapat melihat lagi berbagai sudut pandang yang mungkin selama ini belum aku ketahui,” kata Aldi.
Ulasan dari berbagai sudut pandang dari berbagai webinar memberinya tambahan wawasan. Akhir pekan lalu, Aldi mengikuti webinar tentang menganalisis data. Selain ikut webinar, Aldi juga rajin mengikuti kelas daring. Dia telah mengikuti kursus Bahasa Mandarin dan Bahasa Jepang. Selain itu, dia juga mengikuti kelas daring desain. Padahal, di masa normal Aldi jarang ikut seminar.
Mengikuti webinar, seperti mendapatkan banyak isi di kepala. Baik Aldi maupun Artha tidak mengikuti webinar hanya sekadar untuk mendapatkan sertifikat daring. “Memang kalau di kampusku suka ditanya ada sertifikat apa saja. Tetapi buat aku yang penting adalah ilmu yang disampaikan,” kata Aretha.
Selain mendapatkan pengetahuan baru, mendapatkan suvenir berupa e-book, buku, atau berbagai vocer merupakan salah satu penarik lagi dari mengikuti webinar. Sementara itu, kendala yang sering ditemui ketika mengikuti webinar adalah sinyal internet yang tidak stabil.
Ketika sinyal tidak stabil, ada bagian dari pembicaan dalam webinar yang tidak dapat diikuti. Jika webinar memiliki channel lain seperti Youtube, bagian yang tertinggal ini dapat diikuti melalui rekaman tersebut. Tetapi jika tidak, bagian tersebut terlewat begitu saja.
Sejak pandemi Covid-19 melanda berbagai negara di dunia, jumlah pertemuan daring memang meningkat secara signifikan. Berbagai platform diskusi daring semakin jadi andalan, sebutlah beberapa di antaranya Zoom, Cisco WebEx, and Skype. Platform-platform ini juga terus mengembangkan fasilitas dan kelengkapan tools untuk memenuhi kebutuhan pengguna.
Platform ini dipakai untuk rapat internal dan eksternal perusahaan, sarana komunikasi antar komunitas, hingga pelatihan atau yang sering disebut webinar. Penawaran mengikuti webinar, baik itu gratis maupun berbayar, banyak bertebaran di sosial media. Topik yang ditawarkan juga sangat beragam, seperti diskusi tentang sastra, bahasa, psikologi filsafat, pelatihan menulis, memotret, dan membuat desain grafis.
Pengamat pendidikan Doni Koesoema mengatakan, webinar yang dijadikan bagian dari proses belajar seharusnya diatur oleh dosen. “Kalau webinar itu diikuti secara mandiri dengan peserta siapapun, menurut saya kurang tepat apabila dijadikan bagian dari proses pembelajaran. Kalau memang mau dijadikan bagian dari proses belajar, learning outcomeharus jelas sehingga yang harus mengatur adalah dosen,” ujar dosen di Universitas Multimedia Nusantara ini.
Baca juga : Mengungkap Rasa, Menulis Cerita
Ia menjelaskan, saat ini banyak webinar yang diselenggarakan oleh kampus dengan tema-tema yang sangat umum. Webinar itu dibuat semata-mata hanya untuk kebutuhan kampus atau dosen yang menjadi pembicara, seperti untuk mempublikasikan hasil penelitian, atau meningkatkan penilaian profesi.
Ia menyarankan, apabila webinar ingin dijadikan bagian dari proses belajar, dosen bertanggungjawab membuat kegiatan daring dengan tema spesifik sesuai rencana capaian pendidikan mahasiswa. Jadwal juga harus diatur sedemikian rupa sejak awal semester agar efektif baik untuk dosen maupun peserta pendidikan. Namun, di luar kebutuhan akademik, menurutnya siapa saja bebas mengikuti webinar sesuai dengan kebutuhan ataupun ketertarikan masing-masing orang.