Banjir melanda sejumlah wilayah dan ruas jalan di Jakarta. Sebanyak 562 warga mengungsi.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tiga rukun tetangga di Kelurahan Tegal Alur, Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat, masih kebanjiran setinggi 30 sentimeter hingga Minggu (24/3/2024) pagi. Banjir setelah hujan deras Jumat lalu itu membuat 148 keluarga atau 562 warga mengungsi ke RPTRA, rumah susun, balai warga, masjid atau mushala, dan sekolah.
Banjir melanda 55 RT dan 30 ruas jalan di Jakarta setelah hujan deras Jumat dini hari. Banjir kemudian surut hingga tersisa di sembilan RT pada Sabtu pagi.
Minggu pagi ini, berdasarkan pemantauan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta di https://bpbd.jakarta.go.id/infobanjir, tinggal tiga RT yang kebanjiran setinggi 30 sentimeter. Semuanya di Tegal Alur, yaitu RT 001, 003, dan 015 di RW 03.
Pada saat yang sama, Pintu Air Pompa Pasar Ikan (Baru) berstatus siaga 2 atau siaga dengan tinggi muka air 206 milimeter (mm), Pintu Air Cengkareng Drain siaga 3 atau waspada dengan tinggi muka air 251 mm, dan Pintu Air Hek Kramatjati (Baru) waspada dengan tinggi muka air 246 mm.
Banjir sejak Jumat itu juga menyebabkan 148 keluarga atau 562 warga Tegal Alur mengungsi ke RPTRA Alur Kemuning, RPTRA Alur Anggrek, Rusun Lokbin Rawa Buaya, Balai Warga RT 002 RW 003, SD Negeri 11 Pagi, masjid atau mushala, dan lokasi lain.
Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono mengatakan, gerak cepat petugas di lapangan membuat area banjir berkurang drastis. Jika merujuk data BPBD DKI Jakarta, dalam waktu enam jam jumlah wilayah terdampak banjir berkurang sampai sepertiga.
”Semua petugas bekerja keras sehingga dalam waktu enam jam banjir sudah mulai surut,” kata Heru.
Hujan deras pada Jumat juga tercatat melampaui kapasitas maksimal drainase makro dan mikro di Jakarta.
Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta melaporkan, curah hujan ekstrem di Semanan, Jakarta Barat, dengan intensitas 212 mm per hari dan 208 mm per hari di Pompa Tanjungan, Jakarta Utara, melewati kemampuan infrastruktur pengendalian banjir yang ada dengan batas 150 mm per hari untuk infrastruktur makro dan 100 mm per hari untuk infrastruktur mikro.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta Ika Agustin Ningrum menyebut, petugas rutin mengeruk kali, waduk, dan saluran agar sedimen tak mengurangi kapasitas saluran. Dengan begitu, kinerja infrastruktur mikro dan makro tetap optimal atau mampu menampung dan mengalirkan air guna meminimalkan terjadinya genangan hingga banjir.
”Kami berupaya meningkatkan upaya penanggulangan dan mempercepat penanganan banjir serta meminimalkan risiko yang dapat timbul. Mulai dari pembangunan dan penguatan infrastruktur pengendali banjir, seperti waduk, perkuatan tanggul, sistem polder, dan peningkatan kapasitas drainase kawasan,” kata Ika.
Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta jug mengoptimalkan pengoperasian sarana dan prasarana, seperti rumah pompa, pintu air, dan peralatan berat lain dalam menanggulangi banjir.
Pompa stasioner, misalnya, mengalirkan air di wilayah yang mengalami penurunan muka tanah, sedangkan pompa mobile untuk menangani genangan di lokasi yang sulit dijangkau pompa stasioner.
Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta sampai 15 Maret ini mengoperasikan 580 pompa stasioner, 557 pompa mobile, dan 845 pintu air yang tersebar di sejumlah lokasi. Selain itu, dikerahkan juga 254 alat berat, 460 dump truck, dan 4.226 anggota pasukan biru.
Upaya ekstra
Sehubungan dengan banjir, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DKI Jakarta meminta upaya ekstra dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam menghadapi cuaca ekstrem.
Anggota Komisi A DPRD DKI Jakarta, Agustina Hermanto, misalnya, meminta dilakukan pengerukan secara menyeluruh jaringan mikro dan makro serta penambahan kolam penampungan, waduk, dan rumah pompa di Jakarta Utara. Upaya ini berkelindan dengan upaya penanganan banjir dari hulu ke hilir, seperti banjir kiriman.
Anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta, Ima Mahdiah, juga meminta Pemprov DKI Jakarta melanjutkan normalisasi Kali Pesanggrahan, Kali Angke, dan Kali Sekretaris di Jakarta Barat. Normalisasi ini hendaknya menjadi prioritas agar warga tak waswas ataupun merugi karena kebanjiran setelah hujan.