JR Connexion Buka Rute PIK 2 ke Sedayu City Kelapa Gading
Tiga bus diesel dan dua bus listrik JR Connexion akan beroperasi dari PIK 2 ke Sedayu City Kelapa Gading dan sebaliknya.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·3 menit baca
TANGERANG, KOMPAS — Jabodetabek Residence Connexion meluaskan layanannya sampai ke kawasan pulau reklamasi. Rute baru ini menghubungkan PIK 2 dan Sedayu City Kelapa Gading sehingga menambah pilihan moda selain Transjakarta dari Balai Kota ke Pantai Maju dan dua rute Damri di kawasan PIK.
Badan Pengelola Transportasi Jabodebatek (BPTJ) meresmikan operasional lima bus Jabodetabek Residence Connexion (JR Connexion) di Pantai Maju, PIK 2, Kabupaten Tangerang, Banten, Senin (4/3/2024). Tiga bus diesel dan dua bus listrik itu beroperasi dari PIK 2 mulai pukul 06.30 sampai pukul 21.30 dengan waktu tunggu 30 menit, sedangkan dari Sedayu City Kelapa Gading, Jakarta Timur, mulai pukul 07.00 sampai pukul 22.00 dengan waktu tunggu 60 menit.
Bus antara lain melintasi halte/perhentian bus Tokyo Riverside, BUMN, dan ITC Cempaka Putih, serta Sedayu City, RSPAD, dan Balai Kota. Untuk tarifnya sebesar Rp 25.000.
Sekretaris BPTJ Marta Hardisarwono mengatakan, JR Connexion menyasar kelas menengah ke atas dengan tawaran kenyamanan, seperti tersedia akses Wi-Fi, berpendingin ruangan/AC, jumlah kursi per kolom dua unit, sabuk pengaman di tiap kursi, dan ada pengisi daya baterai ponsel. Bus juga diisi penumpang sesuai jumlah tempat duduk sehingga tak ada penumpang yang berdiri.
”Khusus PIK ke Sedayu City ada bus listrik. Jual kenyamanan dan teknologi supaya kelas menengah ke atas naik bus umum serasa mobil pribadi,” ucap Marta.
Bus antara lain melintasi halte/perhentian bus Tokyo Riverside, BUMN, dan ITC Cempaka Putih, serta Sedayu City, RSPAD, dan Balai Kota. Untuk tarifnya sebesar Rp 25.000.
Dalam kurun beberapa bulan ke depan akan ada sosialisasi dan promosi untuk menarik minat warga PIK dan Sedayu City ataupun warga lainnya. Bentuknya mulai dari tarif dengan Rp 25.000, tidak perlu memikirkan parkir, BBM, dan biaya tol, serta bagi-bagi kopi gratis hingga peluang adanya pramugari dalam bus.
Sejak bergulir tahun 2017 hingga sekarang ini, JR Connexion sudah melayani 23 dari rencana 117 perumahan di Jabodetabek. Untuk tahun 2024, targetnya menjangkau 40 perumahan, antara lain Morizen, Discovery Bintaro Jaya, Kota Harapan Indah, dan Alam Sutera.
Setahun kemudian atau tahun 2025 ditargetkan melayani 40 perumahan, seperti Suvarna Sutera, Royal Tajur Residence, Springville Residence, dan The Orchid Mansion. Kemudian menjangkau 37 perumahan pada tahun 2026, yakni El Premio, Raffles Hills, Grand Trevista, dan lainnya.
Selain itu, BPTJ akan menambah bus, meningkatkan integrasi dengan layanan angkutan umum lain, dan pemberian subsidi atau intervensi dari pemerintah melalui account based ticketing (ABT).
Transformasi layanan
Dalam peresmian JR Connexion itu, pengamat perkotaan Yayat Supriyatna menekankan transformasi layanan angkutan umum perkotaan yang tidak asal-asalan. Apalagi, sasarannya kelas menengah ke atas dari dua kawasan elite yang notabene lebih sering naik kendaraan pribadi ketimbang bus.
”Mereka ingin naik bus tapi senyaman kendaraan pribadi. Bisa tidur dengan nyaman ketika bus membelah kemacetan ataupun bekerja di dalam bus,” kata Yayat.
Untuk itu sangat penting sosialisasi dan promosi yang menarik. Misalnya, cukup Rp 25.000 sudah bisa menikmati PIK atau Sedayu City tanpa bayar parkir, BBM, dan jalan tol.
Selain itu, BPTJ juga akan menambah bus, meningkatkan integrasi dengan layanan angkutan umum lain, dan pemberian subsidi atau intervensi dari pemerintah melalui account based ticketing (ABT).
Analis transportasi jalan dari Forum Transportasi Jalan dan Perkeretaapian Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), AM Fikri, juga mengapresiasi upaya perumahan untuk terkoneksi dengan angkutan umum sehingga memudahkan warganya bermobilitas tanpa kendaraan pribadi. Upaya seperti ini perlu terus didorong atau dikembangkan sembari dievaluasi agar berlanjut atau diimprovisasi.
”Jangan hanya serahkan ke perusahaan saja. Mulai dari sosialisasi, evaluasi (survei ke warga), harus diperhatikan bersama untuk menarik minat. Jangan biarkan perusahaan jalan sendiri karena akan tutup jika okupansinya kecil,” kata Fikri.