Sangat Sedikit Ruas Jalan di Jakarta yang Punya Trotoar
Ketimbang merevitalisasi trotoar yang sudah ada, pemerintah DKI Jakarta diminta menambah jalur pedestrian baru.
Oleh
JOHANES GALUH BIMANTARA, ADRYAN YOGA PARAMADWYA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Meski DKI Jakarta memiliki total ruas jalan sepanjang 7.000 kilometer, ternyata hanya 8,71 persen dari ruas tersebut atau sekitar 610 km yang mempunyai trotoar atau jalur pejalan kaki. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dituntut menambah panjang trotoar, tidak hanya merevitalisasi jalur pejalan kaki yang sudah ada.
Koalisi Pejalan Kaki (Kopeka) mencatat, total panjang ruas jalan di DKI Jakarta 7.000 km. Namun, ruas jalan yang sudah bertrotoar di sisi kanan dan kirinya baru 610 km atau 8,71 persen pada tahun 2023.
Karena itu, Kopeka merekomendasikan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tidak hanya fokus merevitalisasi trotoar yang sudah tersedia, tetapi juga menambah panjang trotoar. ”Anggaran dialihkan ke pinggiran, yang belum ada trotoarnya,” ucap salah satu pendiri Kopeka, Ahmad Safrudin atau Puput, saat dihubungi pada Jumat (1/3/2024).
Informasi di laman Dinas Bina Marga DKI menyatakan, Pemprov DKI melanjutkan komitmen revitalisasi trotoar pada 2024. Trotoar bakal dilengkapi bollard (tiang pembatas trotoar), tempat duduk, lampu penerangan jalan umum, dan ubin jalur pemandu disabilitas netra (guiding block).
Trotoar yang bakal direvitalisasi Dinas Bina Marga DKI berlokasi di Jalan Taman Jatibaru-Jalan Jatibaru Bengkel sekitar 400 meter, Jalan Raya Duri Kosambi sekitar 2.100 meter (dua sisi), Jalan HR Rasuna Said sekitar 3.000 meter, dan Jalan Letjen MT Haryono sekitar 3.500 meter.
Selain itu, suku dinas bina marga di lima kota administrasi juga mengerjakan revitalisasi trotoar, masing-masing menangani ratusan hingga ribuan meter.
Hananto Krisnawardono, Kepala Bidang Kelengkapan Jalan Dinas Bina Marga DKI mengatakan, Pemprov DKI pada 2023 telah merevitalisasi trotoar seluas 55.000 meter persegi, dengan panjang total 11 km.
”Antara lain di kawasan Blok M untuk mendukung KTT ASEAN, di Velodrome, di Jalan Mangga Dua, kemudian Jalan Matraman Raya,” ujarnya.
Terkait panjang jalan serta panjang trotoar di Jakarta, Hananto menyebut sedang mencari datanya terlebih dahulu. Meski demikian, berdasarkan pemberitaan Kompas.id, 4 Januari 2023, revitalisasi trotoar di Jakarta mencapai 30 persen dari target pembenahan trotoar sepanjang 2.600 km.
Dinas Bina Marga DKI Jakarta menargetkan revitalisasi trotoar 2.600 km pada 2017-2022. Pada 2016 dan 2017, revitalisasi tercapai sepanjang 127 km, tahun 2018 sepanjang 132 km, dan pada 2019 sepanjang 93 km.
Puput mempertanyakan angka 2.600 km tersebut. Seandainya itu total trotoar di dua sisi jalan, panjang jalan bertrotoar yang jadi target revitalisasi berarti 1.300 meter, lebih panjang sekitar 690 km dibandingkan hasil penghitungan Kopeka.
”Kami survei langsung, cari titik koordinatnya, terus kami cek di Google Maps untuk menghitung panjangnya tadi,” ujarnya.
Dari total 610 km panjang trotoar di DKI versi Kopeka, Puput menyebut trotoar yang sudah berkategori layak untuk keamanan dan kenyamanan pejalan kaki hampir 500 km.
Karena itu, daripada memperbaiki trotoar yang sudah tersedia, Pemprov DKI sebaiknya lebih memprioritaskan pembangunan trotoar baru di 91,29 persen panjang jalan yang belum bertrotoar.
Kami survei langsung, cari titik koordinatnya, terus kami cek di Google Maps untuk menghitung panjangnya tadi.
Puput menambahkan, di antara semua ruas jalan yang belum bertrotoar, Dinas Bina Marga DKI mesti memetakan jalan yang paling butuh pembangunan trotoar. Contohnya, dengan mempertimbangkan arus pejalan kaki yang bersekolah atau berkantor di area tersebut atau memetakan jalur Jaklingko di dekat area permukiman.
Terpaksa ke aspal
Dari pantauan di lapangan, kondisi trotoar di sejumlah wilayah di Jakarta memang terlihat belum membuat nyaman pejalan kaki. Bahkan, trotoar di jalan protokol seperti Jalan Gatot Subroto, di sisi utara, masih menyulitkan pejalan kaki yang melintas.
Sempitnya trotoar, halangan seperti pepohonan dan tiang listrik, hingga kondisi permukaan yang tidak rata membuat sejumlah pejalan kaki terpaksa turun ke aspal agar dapat berjalan dengan lebih leluasa.
Salah seorang warga, Sutikno (55), terpaksa berjalan di aspal karena trotoar terlalu sempit dilalui. Trotoar di seberang Kompleks DPR tersebut memiliki bentuk yang tidak lazim. Pejalan kaki dihadapkan pada dua pilihan, berjalan di atas trotoar yang menanjak atau berjalan di aspal jalur sepeda.
Trotoar yang menanjak hingga ketinggian sekitar 2 meter tersebut terlalu sempit untuk dilalui dua orang. Tidak adanya pagar pengaman dan banyaknya tanaman juga membahayakan pejalan kaki yang melintas.
Karena itu, mayoritas pejalan kaki memilih berjalan di jalur sepeda karena dinilai lebih aman.
”Pilih jalan di bawah (aspal jalur sepeda) karena merasa lebih aman aja. Enggak perlu naik-naik. Dari jauh, trotoarnya juga kaya enggak bisa dilewatin,” ucap Sutikno.
Selain itu, Arista (49), warga yang berkantor di Jalan Gatot Subroto, juga mengeluhkan permukaan trotoar yang tidak rata. Ia yang saat itu mengenakan setelan kebaya kesulitan akibat banyak bekas galian proyek yang tidak ditutup dengan sempurna.
Selain itu, tutup saluran air yang tidak rata membuat mereka yang terburu-buru rawan tersandung dan terjatuh.
”Harapannya, sih, bisa kaya di Cikini. Trotoar udah bagus dan kabel-kabelnya juga ditanam. Jadi, pejalan kaki enggak terganggu dengan tiang listrik,” kata Arista yang sehari-hari bermobilitas menggunakan moda transportasi umum.