Harap-harap Cemas Menanti Panggilan Kerja yang Tak Kunjung Tiba
Ada 7,8 juta orang masih menganggur di Tanah Air. Pencari kerja berharap lebih banyak lapangan kerja tersedia.
Sekalipun informasi bertebaran di dunia maya tentang lowongan pekerjaan, nyatanya tidak mudah menemukan pekerjaan impian. Masih ada jutaan orang yang berjibaku melamar pekerjaan dan menanti panggilan wawancara. Mereka harap-harap cemas untuk segera dipanggil dan memperoleh pekerjaan yang diinginkan.
Waktu menunjukkan pukul 10.31. Pagu Ginting (24) setengah berlari menuju barisan paling belakang dari puluhan orang di depan Smesco Exhibition Hall, Jakarta, Kamis (22/2/2024).
Sambil mengatur napas, kedua tangannya cekatan mengeluarkan berkas lamaran kerja dan CV (riwayat hidup) yang jumlahnya ada belasan. Satu per satu dimasukkannya ke amplop coklat yang jumlahnya sama.
”Sudah setahun (cari kerja). Semoga keterima,” ujar Pagu sembari menyeka peluh di keningnya.
Setahun yang lalu, Pagu meninggalkan Sumatera Utara dengan harapan berdikari di Jakarta. Tekadnya kian bulat lantaran si abang meyakinkan gampang mencari kerja di Ibu Kota.
”Ternyata susah. Sudah masukkan lamaran lewat Jobstreet, Linkedin, ikut jobfair di Taman Mini Indonesia Indah, enggak ada panggilan sama sekali," kata Pagu.
Selama ini, Pagu menumpang di rumah abangnya di Lebak, Banten. Sesekali dia membantu usaha gadai barang elektronik kakaknya untuk uang jajan atau paket data demi mencari informasi lowongan kerja.
Sayangnya, tidak mudah memperoleh pekerjaan meskipun bertebaran informasi di dunia maya. Pagu pun mendatangi bursa kerja yang tengah berlangsung di Jakarta.
Baca juga: Ironi Jakarta, Warga Susah Cari Kerja di Tengah Naiknya Jumlah Pekerja
Kamis pagi, sarjana pertanian itu berangkat pukul 06.00 dari Stasiun Rangkasbitung ke Stasiun Tanah Abang. Turun dari KRL, dia berpindah moda ke Transjakarta agar sampai ke Mega Career Expo di Smesco Exhibition Hall yang berlangsung dua hari, yakni pada 21 Februari dan 22 Februari 2024.
”Tidak tenang selama perjalanan. Dua kali nyasar karena belum hafal rute Transjakarta. Tapi mau bagaimana lagi, namanya cari kerja,” ujar Pagu yang berharap kali ini ada keberuntungan karena tanggung untuk pulang kampung.
Belum ada panggilan
Ratusan pencari kerja berdatangan sejak pagi. Ada lulusan sekolah menengah atas dan sederajat, sarjana, lulusan baru, hingga lulusan yang sudah lama mencari kerja. Mereka mengantre dalam dua baris sambil menyiapkan berkas dan amplop dengan satu harapan, segera mendapatkan pekerjaan.
Lena (29) celingak-celinguk sambil mengantre. Sebelumnya dia pernah mengikuti bursa kerja di Mangga Dua Square, Jakarta Utara, Oktober 2023, tetapi apa daya belum ada panggilan kerja.
”Terakhir kerja tahun 2022. Selama ini sudah cari sana-sini cuma belum ada yang kecantol,” kata Lena.
Kali terakhir dirinya bekerja sebagai administrator. Kemudian berhenti dan pulang kampung ke Medan, Sumatera Utara, sebab ada urusan keluarga.
Baca juga: Jakarta Hadapi Aral untuk Jadi Kota Produktif
Kamis ini, dengan langkah mantap, dia kembali mencoba peluang di Mega Career Expo di Smesco Exhibition Hall. Incarannya lowongan pekerjaan bagian administrasi atau terkait dengan itu.
Setidaknya ada 40 perusahaan nasional dan multinasional dengan ketersediaan lebih dari 200 lowongan kerja. Di antara lowongan kerja ini, Elsi (24) tengah mencari pekerjaan untuk lulusan SMA.
”Lulus tahun 2018, tetapi hanya SMA saja. Sekarang lagi kuliah ilmu komunikasi, makanya cari kerja untuk tambah biaya,” tutur Elsi.
Sebelumnya dia bekerja di salah satu ritel hingga November 2023. Alasannya berhenti kerja karena sulit membagi waktu antara kerja dan kuliah.
Semenjak itu, dia belum juga menemukan pekerjaan baru. Kebanyakan lowongan pekerjaan mensyaratkan lulusan sarjana. ”Jarang untuk lulusan SMA. Ini pertama kali ikut bursa kerja, siapa tahu dapat yang sesuai,” ujar Elsi.
Keterampilan lunak
Di kala banyak pelamar menunggu panggilan, pertimbangan bagian sumber daya manusia atau Human Resources (HR) terhadap calon pekerja ternyata cukup selektif. Mereka terutama mengharapkan kandidat yang punya soft skills atau keterampilan lunak. Kebanyakan kandidat seperti ini ditemukan dari rekomendasi sejawat ketimbang bursa kerja.
Staf bagian network operation center Bintang Komunikasi Utama, Joni, antusias menjelaskan tentang delapan lowongan kerja perusahaannya kepada rombongan pencari kerja. Dia membagikan brosur, menjelaskan satu per satu lowongan, dan mengarahkan pencari kerja untuk mengunduh informasi dari pemindaian kode batang.
”Sudah ada puluhan lamaran. Masih disortir. Kalau ada yang sesuai, kami akan hubungi,” kata Joni.
Baca juga: Pelatihan Vokasi Belum Dioptimalkan untuk Tingkatkan Mutu Tenaga Kerja
Dari pengalamannya yang lalu, tidak mudah menemukan pencari kerja yang sesuai kriteria dari bursa kerja. Alhasil, manajemen masih mengandalkan rekomendasi dari sejawat.
”Lebih mudah dari rekomendasi kenalan. Kami tinggal cek latar belakangnya. Kalau mumpuni, langsung rekrut,” ujar Joni.
Hal ini diamini HR Media Indonesia, Nunik. Mereka susah menemukan pencari kerja yang punya keterampilan lunak sekalipun telah memenuhi syarat lowongan kerja.
”Kalau sales, banyak ditemukan dari bursa kerja. Bagian lain susah. Apalagi perusahaan tengah fokus ke ranah digital. Sejak kemarin belum ada kandidat yang sesuai,” kata Nunik.
Nunik pun mengandalkan rekomendasi dari sejawat. Selanjutnya dilakukan penapisan hingga tanda tangan kontrak.
Tantangan
Secara nasional, Badan Pusat Statistik mencatat jumlah angkatan kerja pada Agustus 2023 sebanyak 147,71 juta orang. Sementara tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada Agustus 2023 mencapai 5,32 persen atau 7,8 juta orang atau turun 0,54 persen dibandingkan Agustus 2022.
Sementara untuk Jakarta, jumlah penduduk yang bekerja pada Agustus 2023 mencapai 5,07 juta orang dari 5,43 juta angkatan kerja. Jumlah ini naik 197.000 orang dari Agustus 2022. Saat yang sama TPT di Jakarta Agustus 2023 sebesar 6,53 persen, turun 0,65 persen dibandingkan dengan Agustus 2022.
Pengamat ketenagakerjaan, Payaman Simanjuntak, menuturkan, angka penganggur masih cukup besar, termasuk di dalamnya sekitar 800.000 lulusan perguruan tinggi. Namun, perekonomian dan bisnis Indonesia sejak akhir tahun 2023 hingga awal tahun 2024 berkembang cukup baik sehingga diperkirakan dapat menyerap pertambahan angkatan kerja.
Berbagai kegiatan menjelang pemilu juga telah mendorong pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja secara signifikan. Artinya, seharusnya tidak terlalu susah mencari kerja.
Selain itu, rencana merekrut 2 juta lebih aparatur sipil negara tahun ini dapat menyerap lulusan perguruan tinggi, baik sarjana maupun diploma, serta sebagian lulusan SMA dan sederajat.
”Kita harapkan situasi pemilu berjalan damai sehingga dunia bisnis tidak terganggu. Demikian juga kegiatan menjelang pilkada nanti akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja dengan cukup besar. Jadi, penganggur diharapkan menurun,” kata Payaman, Kamis sore.
Payaman yakin tahun 2025 dan seterusnya akan lebih baik karena penanggulangan pengangguran menjadi salah satu program prioritas pemerintah yang akan datang. Hal tersebut sejalan dengan janji saat kampanye untuk membuka 19 juta kesempatan kerja.