Ribuan Ton Beras Digelontorkan Bertahap ke Jabodetabek untuk Stabilisasi Harga
Ribuan ton beras dipasok secara bertahap ke Jabodetabek untuk stabilisasi harga. Distribusi melibatkan pengusaha ritel.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah 15.000 ton beras digelontorkan secara bertahap untuk memenuhi kebutuhan beras bagi warga Jabodetabek. Penyaluran ini diharapkan dapat menekan harga beras yang hingga saat ini masih melambung.
”Untuk memenuhi kebutuhan warga, kita mengirimkan 15.000 ton secara bertahap. Ini dilakukan untuk memastikan stok beras premium di Pasar Induk Cipinang, terjaga,” kata Penjabat Gubernur Heru Budi Hartono, Rabu (21/2/2024). Heru menuturkan, untuk tahapan pertama, sebanyak 300 ton beras didistribusikan dengan 20 truk. Pendistribusian ini dilakukan untuk memenuhi target yang telah diinstruksikan Presiden Joko Widodo. Adapun stok cadangan beras di Jakarta yang tersimpan saat ini sekitar 30.000 ton dan akan didistribusikan secara bertahap hingga menjelang Idul Fitri 1445 Hijriah. Selain itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga memiliki pengaman pasokan yang tersimpan di Food Station sekitar 30.000 ton beras.
”Jadi stok saat ini cukup untuk memenuhi kebutuhan ritel modern di sekitar Jabodetabek. Masyarakat tidak perlu khawatir terhadap ketersediaan stok beras,” tegas Heru.
Presiden Joko Widodo meninjau Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur, Kamis (15/2/2024). Beras dinilai cukup banyak dan diharap segera ke toko ritel dan daerah-daerah. Kenyataannya, toko-toko ritel di berbagai wilayah tak memiliki stok beras sejak lebih dari sepekan. Kalaupun ada, harga melambung.
Heru mengimbau masyarakat agar tidak panik dan lebih bijak untuk membeli kebutuhan berasnya. ”Kira-kira 10 kilogram cukup untuk kebutuhan keluarga selama sebulan,” katanya.
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey mengapresiasi Pemprov DKI Jakarta atas inisiasinya bersinergi dalam pemerataan distribusi stok pangan beras kebutuhan warga Jabodetabek melalui ritel modern. Pihaknya akan mengoptimalkan pendistribusian hingga panen raya pada akhir Maret 2024.
Yang pasti adalah memperbaiki tata niaga beras mulai dari hulu hingga ke hilir.
Aprindo juga berupaya untuk menjaga ketersediaan stok beras melalui distribusi ritel modern sehingga warga bisa memanfaatkannya untuk berbelanja. ”Kami juga harus menjaga harga eceran tertinggi yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Untuk itu, kami berharap masyarakat dapat berbelanja dengan wajar dan normal karena stok beras masih tersedia,” kata Roy.
Reynaldi Sarijowan, Sekretaris Jenderal Ikatan Pedagang Pasar, menuturkan, pemerintah harus segera ”membanjiri” pasar dengan beras agar tidak terjadi kelangkaan. Akibat terbatasnya pasokan beras di pasaran, baik konsumen maupun pedagang merasakan dampaknya.
Saat ini harga beras di pasaran berkisar Rp 13.500 per liter. Bahkan, di wilayah Indonesia timur ada laporan harga beras sudah mencapai Rp 22.000 per liter.
”Pedagang sudah menjerit dan tertatih karena omzet mereka anjlok hingga 50 persen,” katanya.
Ia menyadari, ada beberapa faktor yang menyebabkan kelangkaan beras seperti faktor cuaca, rendahnya produksi, dan belum optimalnya distribusi. Oleh karena itu, pemerintah diharapkan segera mengambil langkah konkret agar harga beras di pasaran bisa terkendali. ”Yang pasti adalah memperbaiki tata niaga beras mulai dari hulu hingga ke hilir,” katanya.
Apalagi, menurut dia, pada Maret 2024 diperkirakan ada panen raya. Pada saat itu, produksi petani diharapkan bisa diserap dengan harga yang baik, begitu pun ketika didistribusikan ke pasaran.
”Jangan sampai ada pihak yang mengambil keuntungan di balik sengkarut tata niaga beras,” kata Reynaldi.