Pelajaran Berharga dari Penyelamatan Korban Kecelakaan
Kasus kecelakaan tunggal di Matraman, Jakarta Timur, menjadi pelajaran bagi warga untuk peka pada segala kemungkinan.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
Tingginya risiko kecelakaan di DKI Jakarta menuntut setiap anggota di instansi terkait sigap menangani dalam segala kondisi, termasuk pada kecelakaan yang bisa mempertaruhkan nyawa korban. Dalam situasi ini, tidak boleh sedikit pun ada kekeliruan atau kesalahan dalam memberikan pertolongan. Semua harus didasari atas kehati-hatian dan kemampuan yang mumpuni.
Peristiwa kecelakaan tunggal di Jalan Pramuka Raya, Kelurahan Utan Kayu, Kecamatan Matraman, Jakarta Timur, pada Jumat (16/2/2024), menjadi gambaran betapa krusialnya keselamatan korban. I (22), korban kecelakaan tunggal itu, mengalami cedera di bagian mata kirinya akibat terkena batang spion sepeda motornya sendiri.
Ia terjatuh akibat menghindari angkutan umum yang berada di dekatnya. Warga yang berada dekat dengan korban tidak bisa berbuat apa-apa karena takut memperburuk keadaan. Korban pun akhirnya hanya pasrah tergeletak di pinggir jalan.
Melihat situasi itu, seorang polisi yang kebetulan berada di kawasan tersebut berinisiatif meminta pertolongan kepada petugas Rescue Pemadam Kebakaran Jakarta Timur. Tak lama setelah mendapatkan laporan, enam petugas Tim Rescue segera diterjunkan untuk memberikan pertolongan.
Pertolongan datang cukup cepat karena antara lokasi kejadian dan Kantor Suku Dinas Gulkarmat Jakarta Timur kurang dari dua kilometer. ”Kami memiliki standar operasional prosedur di mana 15 menit setelah menerima laporan, petugas harus sudah ada di lokasi kejadian,” tegas Danang Puguh Nurwijayanto, Kepala Regu Tim Rescue, Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) Jakarta Timur, Senin (19/2/2024).
Tak hanya cepat, petugas yang diterjunkan juga memiliki keahlian untuk menangani sejumlah peristiwa khusus, terutama pertolongan pertama pada korban kejadian kecelakaan di jalan. Kemampuan itu diperoleh dalam pelatihan khusus di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan DKI Jakarta di Ciracas, Jakarta Timur. Di sana mereka mendapat selama sekitar satu bulan.
”(Dibutuhkan keahlian khusus) karena jika gegabah dalam memberi pertolongan akan sangat berisiko untuk korban,” kata Danang.
Berbekal sejumlah peralatan penunjang, termasuk pemotong besi, petugas terjun ke lapangan. Melihat kondisi korban yang sedang kesakitan, petugas secara berhati-hati dalam mengambil tindakan. Hal pertama yang harus dilakukan adalah memastikan kondisi korban dalam keadaan siap dan aman untuk dievakuasi.
Setelah itu, petugas segera memotong besi spion yang menancap ke mata korban. Dalam penanganan kasus tersebut, Tim Rescue menggandeng petugas dari Pusat Krisis Kegawatdaruratan Kesehatan Daerah Dinas Kesehatan DKI Jakarta yang turut bersiaga.
”Setiap ada kejadian, pasti kami tetap berkoordinasi dengan paramedis dari dinas kesehatan. Ini sebagai bentuk kolaborasi untuk terwujudnya keselamatan korban,” ujar Danang.
Petugas Medis Pusat Krisis dan Kegawatdaruratan Kesehatan Daerah Dinas Kesehatan DKI Jakarta Singgih Purnovika menuturkan, ketika kecelakaan tunggal itu terjadi, petugas segera melakukan stabilisasi.
”Kami membalut matanya dengan kasa dan perban agar tidak ada goyang. Karena jika kondisi evakuasi tidak stabil, bisa memicu pendarahan pada area yang mengalami trauma,” jelas Singgih.
Proses stabilisasi hingga pemotongan besi spion dilakukan dalam waktu 30 menit dari sekitar pukul 06.30-07.00. Setelah itu, korban langsung dilarikan ke ke RS Dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat, guna mendapatkan perawatan lebih lanjut. ”Kalau tidak segera ditangani dikhawatirkan bisa menimbulkan infeksi,” katanya.
Ilustrasi-Suasana evakuasi korban kecalakaan lalu lintas di jalan Tol Pemalang-Batang, tepatnya di Kilometer 320+800 Jalur A, Desa Ampelgading, Kecamatan Ampelgading, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, Minggu (21/1/2024). Dalam kecelakaan tunggal yang melibatkan bus PO Shantika dengan trayek Jakarta-Jepara itu dua orang meninggal.
Ihwal warga yang kebetulan berada di lokasi kecelakaan dan tidak langsung menolong saat melihat kondisi korban, menurut Singgih, sudah sangat benar. Hal itu karena yang bisa melakukan evakuasi pada kondisi itu haruslah yang sudah ahli. Tindakan warga ataupun polisi yang langsung menghubungi nomor panggilan darurat 112 atau 119 sudah tepat.
”Jangan sampai niat (warga untuk) menolong malah memperburuk situasi,” kata Singgih.
Sayangny,a tidak banyak warga yang mengerti hal ini. Oleh karena itu, menurut dia, perlu ada edukasi dan sosialisasi lebih lanjut tentang pemberian pertolongan pertama. Warga harus mengerti apa yang harus dilakukan ketika melihat kecelakaan.
Kesigapan teruji
”Petugas harus kreatif dalam memecahkan masalah karena tidak semua peristiwa pernah dipelajari,” imbuh Danang.
Kesigapan dalam menangani beragam peristiwa itiu pula yang membuat Dinas Gulkarmat menyabet prestasi dalam kompetisi Singapore Global Fire Fighter & Paramedic Challenge (SGFPC) 2023. Kompetisi yang diinisiasi olehSingapore Civil Defence Force (SCDF) tersebut digelar untuk para petugas pemadam kebakaran, penyelamat, dan paramedis di seluruh dunia. Ajang itu diadakan di Singapore Expo Hall 3, pada 24-25 November 2023.
Ilustrasi-Mobil yang terlibat dalam kecelakaan maut, di Jalan Raya Solo-Purwodadi, saat diamankan di Markas Polres Sragen, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, Kamis (11/11/2021).
Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono pun menuturkan, prestasi ini tidak hanya mencerminkan keahlian dan kegigihan. Prestasi itu sekaligus memperlihatkan kepada dunia bahwa Indonesia mampu bersaing dan bersinergi dalam penanggulangan bencana skala internasional.
Petugas harus kreatif dalam memecahkan masalah karena tidak semua peristiwa pernah dipelajari.
Kesigapan menangani situasi darurat, termasuk kecelakaan lalu lintas, sangat penting karena tingkat kecelakaan di Indonesia masih tinggi. Polri mencatat di sepanjang tahun 2023, sebanyak 133.796 insiden kecelakaan dengan 24.437 korban meninggal, atau rata-rata 66 korban setiap hari.
Aspek keselamatan perlu menjadi perhatian berbagai pihak, termasuk saat memberi pertolongan pertama ketika petugas belum datang. Secuil kesalahan saat memberi pertolongan bisa berdampak fatal bagi korban.