Retrofit dan penambahan KRL baru ditargetkan tuntas secara bertahap mulai 2025 sampai 2026.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Kereta Commuter Indonesia dan perusahaan asal China, CRRC Qingdao Sifang Co, Ltd, telah sepakat mengimpor tiga rangkaian sarana kereta rel listrik atau KRL seri KCI-SFC120-V. Impor ini merupakan bagian penambahan maupun pembaruan teknologi/fitur atau retrofit kereta rel listrik.
Secara keseluruhan akan berlangsung retrofit 19 rangkaian kereta lama dan penambahan 16 rangkaian kereta baru oleh PT INKA (Persero) serta impor tiga rangkaian KCI-SFC120-V dalam kurun dua tahun ke depan. Kereta Commuter Indonesia juga tengah menggodok penambahan delapan rangkaian kereta baru.
Retrofit ataupun pengadaan kereta baru ini patut memperhatikan faktor daerah tropis dengan kemarau yang terik dan hujan berintensitas tinggi, serta jumlah pengguna melebihi kapasitas saat jam sibuk. Dibutuhkan komponen kelistrikan aliran atas yang berkualitas baik, bodi dan rangka bawah yang mampu menahan beban besar, serta kereta berpenyejuk ruangan prima maupun tidak mudah malafungsi. KCI-SFC120-V, misalnya, berbeda dengan sarana yang ada sebelumnya sehingga membutuhkan jaminan perawatan, masa garansi, dan alih teknologi.
VP Corporate Secretary Kereta Commuter Indonesia Anne Purba, Selasa (6/2/2024), memastikan bahwa KCI-SFC120-V sesuai dengan spesifikasi teknis yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan. Pengadaannya juga dipastikan harus tepat waktu agar peremajaan dan operasional KRL tetap optimal seiring target kembali mengangkut 1 juta penumpang setiap harinya dan proyeksi 2,5 juta pengguna per hari tahun 2025.
”China memenuhi spesifikasi teknis yang sesuai dengan prasarana di Indonesia. Juga memenuhi kebutuhan bodi stainless steel, penyejuk ruangan yang sesuai kondisi di sini, dan luasan ruang bebas,” kata Anne.
Kereta Commuter Indonesia sudah menandatangani kerja sama pengadaan sarana KRL itu. Detailnya retrofit 19 rangkaian KRL oleh INKA senilai Rp 2,23 triliun. Setiap tahunnya direncanakan akan ada penambahan teknologi dan fitur baru pada sistem lama empat rangkaian KRL.
Kemudian, penambahan 16 rangkaian KRL baru oleh INKA sebesar Rp 3,83 triliun dan impor tiga KRL oleh CRRC Qingdao Sifang Co, Ltd senilai Rp 783 miliar. Seluruh pembiayaan ini berasal dari pinjaman dan penyertaan modal negara.
Anne mengatakan, manajemen konsisten memantau dan mengawasi retrofit dan impor agar tepat waktu. Nantinya setiap rangkaian KRL yang telah rampung akan masuk ke depo untuk sertifikasi oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian.
”Wajib uji lintas 4.000 kilometer, tanpa penumpang, dan tanpa kendala atau gangguan. Jika lolos, maka berlanjut uji dengan penumpang dan komersial,” ucap Anne.
Kereta Commuter Indonesia menargetkan retrofit empat KRL pertama bisa tuntas dan beroperasi tahun 2025 sehingga berlanjut retrofit empat rangkaian berikutnya. Adapun target pengadaan KRL baru oleh INKA secara bertahap tuntas akhir 2025 sampai awal tahun 2026 dan kereta impor datang awal tahun 2025.
”Targetnya 1,5 tahun. Kereta tuntas, pengiriman secara bertahap karena tidak bisa dikirim sekaligus, dan lolos uji sertifikasi,” kata Anne.
Selama retrofit dan penambahan KRL ini, tidak akan ada perubahan operasional. Manajemen merekomposisi rangkaian kereta atau stamformasi (SF) menjadi lebih banyak SF10, tetapi tetap ada SF8 atau SF12. Rekomposisi juga dibarengi penambahan kecepatan kereta untuk mengurangi waktu tunggu.
Untuk diketahui, terdapat 110 rangkaian kereta dengan 1.015 kereta. Adapun secara keseluruhan Kereta Commuter Indonesia mengoperasikan 1.100 perjalanan selama pukul 04.00-24.00. Persebaran penggunanya pada hari kerja terfokus pada jam sibuk pagi, yakni pukul 05.30-08.00 WIB, serta pada jam sibuk sore, yakni pukul 16.00-18.30 WIB.
Krusial
Sepanjang Januari 2024, pengguna KRL Jabodetabek sebanyak 26,84 juta. Volume tertinggi pada 2 Januari dengan 988.279 pengguna dan rerata pengguna saat hari kerja sebanyak 916.258 orang per hari kerja dan 743.390 orang pada akhir pekan.
Ketua Forum Transportasi Jalan dan Perkeretaapian Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Aditya Dwi Laksana mengatakan, dua tahun ke depan merupakan waktu krusial untuk operasional KRL. Khususnya mempertahankan kapasitas angkut seiring penambahan jumlah pengguna harian.
”Mudah-mudahan penyingkatan waktu tempuh dapat terus dilakukan untuk menambah frekuensi perjalanan kereta,” kata Aditya.
Aditya mengingatkan, retrofit membutuhkan waktu cukup panjang dan KRL baru masih memerlukan waktu produksi. Proses ini perlu memperhatikan Indonesia sebagai negara tropis. Musim kemaraunya terik dan hujan berintensitas tinggi. Apalagi di lintas seperti Depok-Bogor, jumlah pengguna melebihi kapasitas KRL saat jam sibuk sehingga butuh sarana berpenyejuk ruangan prima dan tidak mudah malafungsi.
Dua tahun ke depan merupakan waktu krusial untuk operasional KRL. Khususnya mempertahankan kapasitas angkut seiring penambahan jumlah pengguna harian. (Aditya Dwi Laksana)
Selain itu, dibutuhkan komponen kelistrikan aliran atas yang berkualitas baik, serta bodi dan rangka bawah yang mampu menahan beban besar.
”Karena KRL buatan China adalah jenis dan spesifikasi baru yang berbeda dengan sarana sebelumnya, tentu faktor yang esensial adalah jaminan perawatan, masa garansi, dan alih teknologi,” ucapnya.
Aditya menambahkan, jenis dan spesifikasi berbeda tidak berarti perlu banyak penyesuaian sepanjang lebar rel, spesifikasi bogi kereta dan sistem kelistrikan aliran atas serupa. Akan berbeda jika sarana dan prasarana terintegrasi seperti MRT Jakarta dan LRT Jabodebek.