KCI Janji Retrofit dan Pengadaan KRL Tak Ganggu Komuter
KAI Commuter menjanjikan penyesuaian operasionalisasi tanpa mengurangi jumlah perjalanan kereta setiap hari meski kereta lebih padat selama proses retrofit dan pengadaan kereta baru.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Kereta Commuter Indonesia atau KAI Commuter secara bertahap memulai penambahan atau pembaruan teknologi/fitur (retrofit) 19 rangkaian kereta rel listrik lama. Selama proses itu berlangsung, ada tambahan 19 rangkaian kereta baru, terdiri atas tiga rangkaian kereta impor dan 16 rangkaian kereta buatan PT INKA (Persero).
Retrofit dan penambahan kereta baru merupakan bagian dari peremajaan rangkaian kereta rel listrik (KRL). Selama kedua program berjalan, operasionalisasi kereta akan disesuaikan tanpa mengurangi jumlah perjalanan setiap hari. Namun, salah satu dampak retrofit ialah kereta akan lebih padat daripada biasanya.
Vice President Corporate Secretary KAI Commuter Anne Purba menyatakan, KAI Commuter dan PT INKA (Persero) sudah menjalin kontrak retrofit secara bertahap hingga 2026 dengan biaya Rp 2,2 triliun per Kamis (2/11/2023). Setiap tahun akan ada penambahan teknologi dan fitur baru pada sistem lama empat rangkaian KRL.
Anne menyebutkan, retrofit merupakan proyek tahun jamak (multiyears). Prosesnya sudah melalui diskusi terpumpun untuk memastikan retrofit sesuai spesifikasi teknis.
”Bodi keretanya lama, tetapi teknologinya baru sesuai sarana dan prasarana yang ada. Dikirim empat setiap tahun untuk retrofit sesuai kapasitas atau kemampuan sehingga tidak mengurangi frekuensi perjalanan kereta,” kata Anne, di Jakarta Pusat, Senin (6/11/2023).
Pada saat yang sama, KAI Commuter tengah merampungkan proses impor tiga rangkaian kereta baru dan kontrak pengadaan 16 rangkaian kereta baru dari PT INKA (Persero). Kereta baru ini akan tiba secara bertahap mulai tahun depan.
Biaya retrofit dan pengadaan rangkaian kereta baru berasal dari suntikan dana PT Kereta Api Indonesia (Persero), penyertaan modal negara, dan pinjaman dari bank yang berkisar Rp 3,6 triliun sampai Rp 3,8 triliun.
Penyesuaian operasional
Sepanjang Oktober 2023, total pengguna KRL mencapai 18,06 juta orang. Rerata pengguna selama hari kerja mencapai 897.550 orang, sedangkan pengguna KRL saat akhir pekan dan hari libur mencapai 657.850 orang.
Integrasi dengan LRT Jabodebek turut meningkatkan jumlah pengguna di Stasiun Sudirman dari 24.000 orang menjadi 30.000 orang, sementara di Stasiun Cawang 12-15 persen.
Saat ini terdapat 110 rangkaian kereta dengan 1.015 kereta. Secara keseluruhan KAI Commuter mengoperasikan 1.100 perjalanan selama pukul 04.00-24.00. Persebaran penggunanya pada hari kerja terfokus pada jam sibuk pagi, yakni pukul 05.30-08.00, serta pada jam sibuk sore, yakni pukul 16.00-18.30.
Anne menyampaikan adanya rekomposisi rangkaian kereta atau stamformasi (SF) menjadi lebih banyak SF10, tetapi tetap ada SF8 atau SF12. Rekomposisi juga dibarengi penambahan kecepatan kereta untuk mengurangi waktu tunggu.
Contohnya kecepatan lintas Bogor-Manggarai dari 70 kilometer (km) per jam menjadi 80 km per jam sehingga waktu tempuh lebih cepat 7-8 menit. Begitu juga kecepatan lintas Bekasi, ditambah dari 70 km per jam menjadi 80-90 km per jam, dan lintas Batuceper, Tangerang, menjadi 80 km per jam.
Rekomposisi juga dibarengi dengan penambahan kecepatan kereta untuk mengurangi waktu tunggu.
”Bertahap kami tingkatkan kecepatan KRL sambil terus memperbaiki dan memodernisasi sarana dan prasarana. Tidak kurangi perjalanan dan potong waktu tunggu, tetapi pasti lebih padat. Mudah-mudahan retrofit dan pengadaan kereta baru berjalan lancar,” ujarnya.
Tepat waktu
KAI Commuter diingatkan untuk memastikan retrofit dan pengadaan kereta baru tepat waktu. Dengan begitu, layanan dapat optimal.
Ketua Forum Transportasi Jalan dan Perkeretaapian Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Aditya Dwi Laksana mengingatkan, retrofit mesti sesuai jadwal dan suku cadang sudah tersedia sehingga prosesnya tidak molor. Selain itu, retrofit perlu dilakukan secara bergantian dan jika memungkinkan waktunya dipercepat untuk gelombang berikutnya.
”Seharusnya pemahaman proses retrofit sudah lebih baik setelah empat kereta awal sehingga bisa lebih cepat,” ujarnya pada Senin sore.
Selain itu, frekuensi perjalanan diharapkan tidak berkurang meski rangkaian berkurang. Jika memungkinkan, frekuensi perjalanan diupayakan bertambah sejalan dengan peningkatan kecepatan dan pengurangan waktu tempuh lintas Manggarai-Bogor.
Aditya mengatakan, kapasitas angkut berkurang drastis bisa disiasati dengan mempertimbangkan pemanfaatan sarana kereta bandara untuk perpanjangan ke Bekasi dan Depok sebagai KRL premium untuk sementara waktu.
”Mempercepat optimasi serta pemulihan frekuensi perjalanan dan kapasitas angkut LRT Jabodebek sebagai angkutan alternatif juga bisa mengurangi kepadatan KRL,” katanya.