Lima Alasan KAI Commuter Pilih Kereta Impor dari China
Spesifikasi teknis hingga ketepatan waktu pengiriman menjadi hal yang dipertimbangkan dalam pembelian kereta dari China.
Oleh
ATIEK ISHLAHIYAH AL HAMASY
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ada lima alasan PT KAI Commuter Indonesia memilih membeli tiga rangkaian kereta rel listrik baru dari perusahaan asal China, CRRC Qingdao Sifang Co., Ltd. Spesifikasi teknis hingga ketepatan waktu pengiriman menjadi hal yang dipertimbangkan.
VP Corporate Secratary PT Kereta Commuter Indonesia (PT KCI atau KAI Commuter) Anne Purba menyebutkan, selama proses pengadaan tiga KRL impor, pihaknya telah melakukan penjajakan dengan berbagai penyedia atau manufaktur dari beberapa negara produsen sarana KRL. Produsen tersebut juga telah mengirimkan proposalnya.
”Sebelumnya, KAI Commuter telah menerima proposal resmi dari Japan Transport Engineering Company (J-TREC) pada Oktober 2023. Namun, pihak produsen ini menyampaikan adanya perubahan rekomendasi teknis dan pembiayaan yang diajukan dari proposal sebelumnya,” kata Anne, Minggu (4/2/2024).
Selain terus melakukan komunikasi dengan J-TREC, KCI juga melakukan komunikasi ke dua perusahaan Korea Selatan (Woojin dan Dawonsys). Kemudian, juga berkomunikasi dengan perusahaan China (CRRC Sifang).
Setelah menerima proposal dari keempat pihak, KCI melakukan rapat. Dari hasil pembahasan proses pengadaan sarana KRL, CRRC Sifang dapat memenuhi beberapa aspek dan dinilai paling unggul. Akhirnya, KCI dan CRRC melakukan penandatanganan kontrak di Beijing, China, Rabu (31/1/2024).
Terdapat lima alasan KCI memilih CRRC Sifang. Pertama, spesifikasi teknis sesuai. Kedua, ketepatan waktu pengiriman yang sesuai dengan persyaratan. Ketiga, harga kompetitif dibandingkan dengan produk lainnya.
”Sarana KRL ini sudah sesuai dengan spesifikasi teknis yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan,” katanya.
Selanjutnya, yang keempat, reputasi dan rekam jejak CRRC Sifang. Anne menyebutkan produsen asal China itu sudah bekerja sama dengan 28 negara di dunia.
”Kemudian (yang kelima), CRRC Sifang juga sepakat melakukan transfer knowledge untuk penanganan operasional ke depan. Oleh sebab itu, KCI menandatangani kontrak kerja sama pengadaan sarana KRL baru dengan CRRC Sifang,” ujar Anne.
Pihaknya membeli tiga rangkaian kereta rel listrik (KRL) baru dengan tipe KCI-SFC120-V. Nilai investasi untuk pengadaan ketiga rangkaian ini sebesar Rp 783 miliar.
Adapun kerja sama antara KAI Commuter dan CRRC Sifang sebenarnya bukan kali pertama. Pada 9 November 2023, kedua perusahaan tersebut telah menandatangani MoU kerja sama dalam pengembangan sarana perkeretaapian Indonesia. Selain itu, CRRC Sifang juga merupakan pembuat Kereta Cepat Jakarta-Bandung atau Whoosh.
”Dalam proses pengadaan ini, KAI Commuter telah melalui tahapan-tahapan dan pembahasan teknis yang panjang, serta mengikuti prinsip-prinsip good corporate governance,” ujar Anne.
Tidak hanya melakukan impor rangkaian baru, KAI Commuter juga melakukan peremajaan atau retrofit rangkaian kereta yang dilakukan oleh PT Industri Kereta Api atau PT INKA. Pengadaan 19 rangkaian KRL retrofit ini senilai Rp 2,23 triliun.
Menurut rencana, sebanyak empat rangkaian KRL akan dikirimkan ke PT Inka secara bertahap, yakni pada Februari dan pertengahan 2024. Selain itu, KAI Commuter juga sudah memesan 16 rangkaian KRL baru produksi lokal kepada PT Inka dengan nilai investasi Rp 3,83 triliun.
Direktur Utama PT KAI (Persero) Didiek Hartantyo menyampaikan, KAI Commuter saat ini melayani sebanyak 1,3 juta pengguna di seluruh area operasionalnya. Untuk itu, harus memiliki sarana KRL yang andal agar masyarakat dapat terlayani dengan baik.
Ia menuturkan, seusai penandatanganan kontrak kerja sama, Chairman of CRRC Sun Yongcai juga menyampaikan komitmen untuk memberikan kualitas sarana kereta terbaik. Harapan Yongcai, setelah kereta cepat, sarana KRL ini juga bisa menjadi produk yang bisa diandalkan di Indonesia.
”Proses pengadaan sarana KRL baru ini sebagai langkah KAI Commuter dalam pemenuhan sarana KRL untuk mengakomodasi pengguna KRL Jabodetabek yang diharapkan 2 juta lebih pengguna per hari pada 2025,” tuturnya.
Sebagai catatan, saat ini rata-rata volume pengguna KRL Jabodetabek pada hari kerja sebanyak 870.000 hingga 950.000 orang per hari.
Selama ini KAI Commuter sudah familiar dengan produk Jepang dan juga dengan harga yang relatif lebih murah, maka harus ada keunggulan produk China dibandingkan dengan Jepang, misalnya masa garansi, teknologi, dan lainnya.
Harus lebih unggul
Menurut Ketua Forum Transportasi Jalan dan Perkeretaapian Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Aditya Dwi Laksana, faktor ketersediaan produk merupakan pertimbangan utama mengingat KAI Commuter sudah sangat memerlukan tambahan dan peremajaan sarana dengan cepat.
Dengan harga yang lebih mahal daripada KRL buatan Jepang, Aditya mengatakan, KAI Commuter harus memastikan rangkaian kereta dari China ini harus memiliki keunggulan kompetitif.
”Selama ini KAI Commuter sudah familiar dengan produk Jepang dan juga dengan harga yang relatif lebih murah, maka harus ada keunggulan produk China dibandingkan dengan Jepang, misalnya masa garansi, teknologi, dan lainnya,” katanya.
Aditya melanjutkan, perbedaan sarana kereta juga dinilai tidak akan memengaruhi layanan KRL Jabodetabek ke depan. ”Saya kira tidak akan berpengaruh ke operasional, ke depan juga akan ada KRL buatan PT Inka lagi. KRL China ini hanya tiga trainset untuk penambahan sarana sembari menunggu KRL produk Inka,” ujar Aditya.
Sementara Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi (Instran) Deddy Herlambang mengatakan, keputusan impor kereta dari China akan memunculkan tantangan baru. Menurut dia, dari sisi pemeliharaan, SDM yang dimiliki oleh KAI Commuter saat ini sudah berpengalaman dan terbiasa dalam perawatan KRL buatan Jepang.
”Rangkaian kereta buatan China nantinya akan memiliki sejumlah komponen dan teknologi yang berbeda dibandingkan dengan kereta Jepang. Mungkin akan perlu waktu tambahan untuk pembinaan SDM KAI Commuter,” katanya.
Oleh sebab itu, Deddy menilai, KAI Commuter harus meningkatkan pemahamannya terhadap teknologi rangkaian kereta dari China tersebut. Selain itu, KAI Commuter juga perlu memastikan kedatangan rangkaian kereta baru ini tidak akan mengganggu layanan KRL Jabodetabek.