Perpendek Waktu Tempuh, Jalan Pintas ”Skybridge” Bojonggede Bakal Ditambah
Jembatan layang penghubung merupakan prasarana penting karena sekitar Stasiun Bojonggede cukup padat.
Oleh
AGUIDO ADRI
·3 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Jalan pintas di jembatan layang penghubung atau skybridge di Stasiun Bojonggede, Kabupaten Bogor, bakal ditambah. Langkah ini untuk memperpendek waktu tempuh perjalanan penumpang kereta rel listrik atau KRL yang hendak mengakses peron ke arah Jakarta.
Skybridge Bojonggede merupakan fasilitas integrasi untuk menghubungkan Stasiun Bojonggede dengan Terminal Bojonggede. Keberadaan skybridge ini dapat mengurangi kemacetan di area keluar stasiun dan memberikan kenyamanan kepada para penumpang commuter line.
Saat ini untuk menuju ke arah Jakarta, penumpang di Stasiun Bojonggede harus melintasi jalan lintas bawah atau underpass dengan jarak yang cukup jauh dari hall entrance skybridge, sekitar 500 meter. Perpindahan ini cukup menyita waktu perjalanan.
”Diperlukan short cut (jalur pintas) untuk memudahkan mobilitas penumpang commuter di Bojonggede,” kata Direktur Prasarana Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Zamrides, Senin (5/2/2024).
Seperti diketahui, skybridge Bojonggede yang diresmikan pada 9 Desember 2023 itu memiliki panjang 243 meter. Skybridge ini lebih pendek atau memiliki waktu tempuh lebih singkat daripada beberapa skybridge di Jakarta. Misalnya, skybridge Tanah Abang yang memiliki panjang 386,4 meter, skybridge Velodrome 500 meter, skybridge Lebak Bulus 307,5 meter, dan skybridge Velbak 450 meter.
Rencana pembebasan lahan seluas lebih kurang 300 meter persegi akan secepatnya dilakukan. Kami menunggu beberapa penghitungan pasti dari BPTJ terkait kebutuhan lahan yang perlu dibebaskan.
BPTJ tengah menyusun rancang bangun atau detailed engineering design (DED) penambahan jalan pintas skybridge itu. Selanjutnya, dilakukan pembicaraan dengan warga terkait pembebasan lahan yang terdampak.
”Kami perlu melakukan persiapan awal sebelum skybridge Bojonggede diperpanjang hingga peron yang mengarah ke (peron) Jakarta. Untuk underpass akan kami bicarakan terlebih dahulu dengan pihak PT KCI (Kereta Commuter Indonesia) seperti apa baiknya,” kata Zamrides.
Terpisah, Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Bogor Agus Ridallah menyatakan siap untuk mendukung upaya pemerintah pusat itu, khususnya dari sisi kesediaan lahan. Dari rencana perpanjangan itu akan ada lahan milik warga yang terdampak.
”Rencana pembebasan lahan seluas lebih kurang 300 meter persegi akan secepatnya dilakukan. Kami menunggu beberapa perhitungan pasti dari BPTJ terkait kebutuhan lahan yang perlu dibebaskan. Nantinya melalui DED yang akan disusun pada tahun ini,” kata Agus.
Selain perpanjangan skybridge, pembenahan lain juga dilakukan, di antaranya menutup area yang terputus dari Stasiun Bojonggede ke skybridge dengan kanopi. Pembenahan yang dilakukan oleh PT KCI itu ditargetkan terealisasi semester pertama 2024.
Sementara itu, Pelaksana Tugas Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek Suharto mengatakan, saat ini modal share atau tingkat penggunaan angkutan umum di wilayah Jabodetabek ini baru 19,43 persen. Hingga 2029, BPTJ menargetkan modal share terhadap angkutan umum mencapai 60 persen.
Untuk mencapai target tersebut, BPTJ akan berupaya meningkatkan integrasi transportasi, termasuk integrasi fisik. Pembangunan jembatan layang penghubung Bojonggede, misalnya, menjadi integrasi fisik pejalan kaki yang aman dan nyaman ke transportasi kereta api dan angkutan kota.
”Jembatan layang penghubung ini merupakan prasarana penting karena sekitar Stasiun Bojonggede menjadi stasiun terpadat ketiga setelah Stasiun Tanah Abang dan Kota Bogor. Tak hanya itu, kawasan sekitar Stasiun Bojonggede juga kerap macet oleh lalu lintas kendaraan,” ujar Suharto (Kompas.id, 5/12/2024).
Berdasarkan data PT KAI, sepanjang Januari hingga November 2023 tercatat ada 296,9 juta pengguna KRL di Jabodetabek. Sebanyak 8,49 juta di antaranya merupakan pengguna KRL dari Stasiun Bojonggede atau berkisar 65.000-70.000 per hari.