Skybridge Bojonggede Beroperasi, Sistem Transportasi Dibenahi
Operasionalisasi Skybridge Bojonggede diharapkan mampu menata kawasan menjadi rapi dan tidak macet.
Oleh
AGUIDO ADRI
·3 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Jembatan Layang Penghubung atau Skybridge Bojonggede mulai diuji coba pada Selasa hingga Sabtu (5-9/12/2023). Operasionalisasi jembatan layang itu akan dibarengi dengan uji coba sistem satu arah dan integrasi transportasi angkutan kota. Pengoperasian itu juga diharapkan mampu mengatasi kemacetan dan terciptanya kawasan yang tertib serta aman.
Staf Ahli Bidang Ekonomi dan Pembangunan Kabupaten Bogor Deni Humaedi Alkasemba menuturkan, padatnya mobilitas di sekitar kawasan Stasiun Bojonggede membuat pergerakan orang menuju stasiun menjadi terhambat.
Hal ini karena kendaraan pribadi, ojek daring dan ojek pangkalan, serta angkutan kota (angkot) berkumpul memenuhi area masuk dan keluar Stasiun Bojonggede. Kemacetan juga tak lepas dari kendaraan yang diparkir di bahu jalan, baik itu ojek maupun angkot.
Oleh karena itu, dengan selesainya pembangunan jembatan layang penghubung Bojonggede, akan ada perubahan mobilitas atau pergerakan kendaraan menuju Stasiun Bojonggede. Mulai Selasa (5/12/2023) sampai Sabtu (9/12/2023) Pemkab Bogor akan melaksanakan uji coba pemberlakuan rekayasa lalu lintas, penertiban kendaraan, dan penerapan sistem satu arah.
Pada Minggu (10/12/2023) Jembatan Layang Penghubung Bojonggede akan diresmikan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi. Mulai 10 Desember itu pula integrasi transportasi hingga sistem satu arah bisa berlaku sepenuhnya.
”Moda transportasi di sekitar stasiun masih enggan menggunakan fasilitas terminal karena peralihan pengguna angkot dan angkot berada di pintu keluar masuk stasiun,” kata Deni dalam diskusi press tour Skybridge di Cibinong, Kabupaten Bogor, Senin (4/12/2023).
Mulai Selasa semua moda transportasi akan diarahkan langsung ke Terminal Bojonggede yang terintegrasi langsung ke jembatan layang penghubung menuju stasiun. Tak hanya itu, semua kendaraan termasuk ojek tidak boleh menunggu di pintu masuk dan keluar stasiun. Ke depan akan disiapkan parkir khusus untuk kendaraan motor dan mobil.
”Diharapkan operasionalisasi skybridge mampu dan mendukung terciptanya kawasan stasiun yang tertib,” kata Deni.
Sementara itu, Pelaksana Tugas Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek Suharto mengatakan, saat ini modal share atau tingkat penggunaan angkutan umum di wilayah Jabodetabek ini baru 19,43 persen. Hingga 2029, BPTJ menargetkan modal share terhadap angkutan umum mencapai 60 persen.
Diharapkan operasionalisasi skybridge mampu dan mendukung terciptanya kawasan stasiun yang tertib. (Deni Humaedi Alkasemba)
Untuk mencapai target tersebut, BPTJ akan berupaya meningkatkan integrasi transportasi, termasuk integrasi fisik. Pembangunan Jembatan Layang Penghubung Bojonggede, misalnya, menjadi integrasi fisik pejalan kaki yang aman dan nyaman ke transportasi kereta api dan angkutan kota.
”Jembatan layang penghubung ini merupakan prasarana penting karena sekitar Stasiun Bojonggede menjadi stasiun terpadat ketiga setelah Stasiun Tanah Abang dan Kota Bogor. Tak hanya itu, kawasan sekitar Stasiun Bojonggede juga kerap macet oleh lalu lintas kendaraan,” ujar Suharto.
Berdasarkan data PT KAI, sepanjang Januari hingga November 2023, tercatat ada l 296,9 juta pengguna KRL di Jabodetabek. Sebanyak 8,49 juta di antaranya merupakan pengguna KRL dari Stasiun Bojonggede atau berkisar 65.000-70.000 per hari.
Saat ini, untuk menuju ke Stasiun Bojonggede, belum tersedia pelayanan angkutan kota yang baik. Namun, keberadaan Jembatan Layang Penghubung Bojonggede sepanjang 243 meter itu, kata Suharto, akan menjadi salah satu upaya BPTJ bersama PT KCI dan Pemerintah Kabupaten Bogor untuk menghadirkan integrasi transportasi melalui layanan angkutan penghubung atau feeder dan fasilitas park and ride.