Stok Beras di Jakarta Dipastikan Aman sampai Lebaran
Stok beras di Pasar Induk Cipinang mencapai 30.000 ton dan PT Food Station Tjipinang Jaya menyediakan 15.000 ton beras.
Oleh
ATIEK ISHLAHIYAH AL HAMASY
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Badan Usaha Milik Daerah Provinsi DKI Jakarta PT Food Station Tjipinang Jaya memastikan stok beras di DKI Jakarta aman hingga Lebaran 2024. Saat ini, stok beras yang tersedia di Pasar Induk Cipinang mencapai 30.000 ton, sedangkan PT Food Station Tjipinang Jaya menyediakan stok sekitar 15.000 ton beras menjelang Ramadhan.
PT Food Station Tjipinang Jaya juga bersinergi dengan Badan Pangan Nasional dan Bulog untuk menambah sekitar 3.000 ton beras setiap hari. ”Penambahan setiap hari itu kurang lebih ada 3.000 ton yang masuk, ditambah beras impor Bulog itu kurang lebih ada 2.000 ton setiap hari,” tutur Direktur PT Food Station Tjipinang Jaya Pamrihadi Wiraryo, Jumat (26/1/2024).
Adapun ketersediaan beras yang dipersiapkan menjelang Ramadhan 2024 juga disalurkan melalui program Pasar Sembako Murah. Pasar itu merupakan program Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bersama PT Food Station Tjipinang Jaya yang sudah digelar di empat kelurahan di Ibu Kota sejak awal Januari 2024.
”Pasokan beras untuk pemenuhan kegiatan pasar sembako murah tidak mengganggu stok yang tersedia saat ini. Kami menggelontorkan sekitar lima ton beras saat kegiatan pasar sembako murah yang telah digelar di empat kelurahan secara bertahap sejak dua pekan lalu,” kata Pamrihadi.
Menurut Pamrihadi, permintaan beras menjelang Imlek atau Lebaran cenderung meningkat tidak signifikan. Berbeda dengan komoditas telur, daging ayam, dan sapi yang meningkat tajam menjelang hari raya. Karena itu, pihaknya juga memastikan stok beras menjelang Lebaran 2024 aman.
Kepala Dinas KPKP DKI Jakarta Suharini Eliawati juga menuturkan bahwa fluktuasi harga di DKI Jakarta sudah menunjukkan tren positif. Sejak minggu pertama 2024 tercatat penurunan harga terjadi pada produk hortikultura, seperti cabai.
”Saat ini, kami melihat harga berbagai produk pabrikan juga terkendali. Hal ini disebabkan masyarakat sudah mendapatkan harga yang diinginkan, seperti Rp 15.000 untuk minyak goreng 2 liter. Lalu beras 4 kilogram dengan harga Rp 50.000,” ujar Suharini.
Perkembangan harga pangan tingkat eceran pada awal tahun 2024 dibandingkan dengan bulan sebelumnya untuk komoditas hortikultura juga mengalami penurunan. Antara lain, cabai rawit hijau 6,05 persen, cabai merah 5,79 persen, cabai merah keriting 3,68 persen, dan cabai rawit merah 2,31 persen. Adapun komoditas daging ayam, daging sapi, telur, gula pasir, dan minyak goreng relatif stabil.
Suharini mengatakan, DKI Jakarta memiliki target untuk terus menjaga fluktuasi harga sepanjang tahun. Pada momen tertentu saat permintaan warga naik, seperti saat hari besar keagamaan, stok produk dipastikan aman dan harga terkendali.
”Menjelang Lebaran, banyak warga menyampaikan aspirasi untuk menambah produk, seperti daging sapi, ayam, dan telur. Untuk itu, kami akan menambah stok menjelang Ramadhan. Mudah-mudahan dengan banyaknya komoditas, seluruh harga sembako di DKI Jakarta semakin stabil,” tutur Suharini.
Stok pasokan pangan pada awal 2024 di Provinsi DKI Jakarta dinilai dalam kondisi cukup. Untuk itu, masyarakat diimbau tidak perlu membeli pangan secara berlebihan.
Impor beras
Badan Pangan Nasional (Bapanas) menargetkan realisasi seluruh kuota impor beras tahun 2024 di Indonesia dapat diselesaikan sebelum April 2024 atau sebelum masa panen raya. Hal ini sejalan dengan prediksi pemerintah terkait panen raya akan mulai pada April 2024.
Menurut Deputi I Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Bapanas I Gusti Ketut Astawa, impor beras yang akan ditargetkan masuk RI sebelum April sebanyak 2,5 juta ton, terdiri dari 2 juta ton keseluruhan kuota impor tahun 2024, dan 500.000 ton carry over dari kuota impor tahun 2023.
Ketut berharap seluruh kuota impor itu bisa masuk Indonesia secepatnya. Sebab, beras impor dibutuhkan untuk mengatasi defisit beras yang diperkirakan mencapai 2,8 juta ton pada Januari-Februari 2024.
”Ini yang harus dipahami bersama, bahwa beras impor diperlukan lantaran kami sudah mengestimasikan beberapa bulan ke depan. Kalau beras impor ini tidak ada, berarti harga beras di dalam negeri akan melambung,” kata Ketut.