Janji-janji mengenai fungsi dan keefektifan beberapa infrastruktur pengendali banjir masih belum dirasakan warga.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY, ATIEK ISHLAHIYAH AL HAMASY
·6 menit baca
Hingga saat ini, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta masih berupaya keras meningkatkan pembangunan infrastruktur pengendalian banjir. Beberapa tahun terakhir, Pemprov DKI Jakarta membangun sejumlah infrastruktur pengendali banjir tambahan di beberapa wilayah, seperti penambahan turap, bendungan, embung, tanggul laut, hingga Sodetan Ciliwung. Meskipun begitu, dampak dan keefektifan beberapa infrastruktur tersebut masih belum bisa dirasakan sejumlah warga.
Sodetan Ciliwung yang diresmikan pada Senin (31/7/2023) dinilai warga masih belum efektif mengurangi ketinggian banjir. Pada Senin (8/1/2024), banjir akibat hujan lebat dan luapan Kali Ciliwung melanda sejumlah wilayah, antara lain, Kelurahan Kampung Melayu, Jakarta Timur, dan Kelurahan Cawang, Jakarta Timur.
Ketua RT 013 RW 004, Kampung Melayu, Sanusi (56) mengatakan, proyek sodetan berbentuk terowongan dengan panjang 1.268 meter itu seharusnya mampu mengurangi ketinggian banjir. Akan tetapi, banjir setinggi 100 cm lebih masih tetap mengenai wilayahnya.
Luapan Kali Angke juga masih menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir di beberapa wilayah Jakarta dan sekitarnya saat diguyur hujan lebat Minggu (7/1/2023). Salah satu wilayah yang dilanda setinggi banjir 1 meter akibat luapan kali itu ialah Kelurahan Kembangan Utara, Jakarta Barat. Turap Kali Angke yang selesai dibangun di wilayah tersebut pada Desember 2023 belum mampu meminimalkan banjir.
Kemudian, turap Kali Baru di Jalan Rahayu, Kalibaru, Kramatjati, Jakarta Timur, juga masih kerap bocor sehingga menyebabkan banjir. Menurut warga Kalibaru, Yusri Andi (50), sebenarnya turap sudah beberapa kali diperbaiki, bahkan 2 sampai 4 kali dalam setahun. Namun, banjir tetap menggenangi wilayah tersebut.
Data skema pengendalian banjir Jakarta oleh Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta per Februari 2023 menunjukkan, debit air yang masuk mencapai 3.389 meter kubik per detik. Sementara kapasitas infrastruktur eksisting pengendalian banjir baru bisa mengelola 1.141 meter kubik air per detik atau sekitar sepertiga dari yang dibutuhkan.
Kapasitas infrastruktur eksisting tersebut merupakan bagian dari desain infrastruktur pengendalian banjir yang tengah dibangun dan ditargetkan mampu mengelola 2.357 meter kubik air per detik.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta Ika Agustin dalam keterangannya menyebut perubahan tata ruang seiring laju pertumbuhan kota turut andil terhadap banjir yang mendera Jakarta. Pemerintah tak tinggal diam dengan terus berupaya membangun serta memelihara infrastruktur pengendalian banjir.
”Asalkan curah hujan masih 100 milimeter dan di bawah empat jam, maka seluruh infrastruktur di Jakarta masih siap. Itu infrastruktur drainase. Kalau kali lebih besar, sampai dengan 150 milimeter,” kata Ika, Kamis (11/1/2024).
Upaya pengendalian banjir ini berlangsung dari hulu ke hilir. Dalam skema pengendalian banjir Jakarta, area hulu hingga Manggarai dioptimalkan sebagai lokasi parkir air. Kemudian Kanal Banjir Timur dan Kanal Banjir Barat pada area cekungan, dan polder (tanah rendah untuk menampung air) di sekitar area hilir.
Salah satu programnya ialah proyek 942 yang terdiri dari sembilan polder, empat waduk, dan revitalisasi dua sungai. Sembilan polder dibuat di Kelapa Gading, Pulomas, Muara Angke, Teluk Gong, Mangga Dua, Green Garden, Marunda, Kamal, dan Tipala-Adhyaksa.
Pembangunan waduk berlangsung di Pondok Ranggon, Brigif, Lebak Bulus, dan Wirajasa atau Pilar Jati. Lalu revitalisasi sungai Kali Besar, sodetan Kanal Museum Bahari, dan pembangunan prasarana sodetan Kali Ciliwung Hilir-Pasar Baru.
Kamis ini, Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono meninjau lokasi pembangunan fasilitas gedung tambahan untuk Rumah Pompa Kemang di Jakarta Selatan. Proyek itu ditargetkan selesai Maret 2024 agar bisa mengurangi dampak banjir di kawasan Kemang dan sekitarnya.
Dalam pengerjaannya, pemerintah menambah kapasitas pompa agar kian maksimal mengurangi dampak musim hujan. Kapasitas dua unit pompa yang sebelumnya hanya mampu menyedot 500 liter air per detik, ditambah hingga 1.000 liter air per detik.
Ada juga penambahan satu unit pompa berkapasitas 250 liter per detik sehingga secara keseluruhan Rumah Pompa Kemang mampu menyedot 2.250 liter air per detik.
Selain itu, pemerintah siap menghadapi dampak musim hujan. Disiapkan 578 unit pompa stasioner di 202 lokasi dan 557 pompa mobile. Saat yang sama pengerukan kali seperti Kali Mampang hingga Kali Krukut terus berjalan secara rutin.
”Pompa sudah siap. Kali juga rutin dikeruk,” ujar Heru.
Pompa sudah siap. Kali juga rutin dikeruk.
Tanggul pantai
Sementara itu, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air menargetkan pembangunan tanggul pantai dan muara sungai sepanjang 1,6 kilometer (km) di Jakarta selesai pada 2024 untuk mencegah banjir rob. Adapun hingga 2023, telah terbangun tanggul pantai dan muara sungai sepanjang 8,2 km.
”Hingga 2023, telah berbangun tanggul sepanjang 8,2 km di Pantai Muara Baru, Pantai Kali Baru, Pantai Kamal Muara, Kali Ancol, Cakung Drain, Cengkareng Drain, dan Kali Dadap. Ditambah dengan tiga unit kolam retensi di kawasan Cilincing,” kata Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR Bob Arthur Lombogia.
Sementara untuk tahun 2024, Kementerian PUPR akan mengerjakan 1.664 meter atau 1,6 km tanggul pantai dan satu unit kolam retensi di Pantai Kamal Muara Dadap dan Muara Sungai Kali Dadap. Tanggul pantai dan muara sungai ini merupakan penyelesaian kesepakatan yang dilakukan dengan Pemprov DKI Jakarta.
Bob mengatakan, pembangunan tanggul pantai dan muara sungai telah dijalankan secara strategis sejak 2020. Secara keseluruhan, total panjang garis pantai dan muara sungai serta pesisir Jakarta mencapai 120 km. Dari jumlah tersebut, garis pantai dan muara sungai yang kritis di pesisir Teluk Jakarta berdasarkan Detail Desain National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) 2016 ialah sepanjang 46,2 km.
Pemerintah juga berencana membangun tanggul laut atau giant sea wall sebagai bagian dari konsep pengendalian banjir pesisir Teluk Jakarta Tahap B. Menurut rencana, proyek ini masuk ke dalam pembangunan 2030-2050.
Meskipun begitu, Bob menilai, pembangunan tanggul laut raksasa itu merupakan pilihan terakhir jika penurunan permukaan tanah (land subsidence) di Jakarta terus terjadi. Mengenai hal itu, saat ini Kementerian PUPR terus melakukan monitoring terhadap proses penurunan permukaan tanah di Jakarta.
Memaksimalkan anggaran
Di tengah cuaca ekstrem melanda, Pemprov DKI Jakarta diminta memaksimalkan anggaran untuk program pengendalian banjir. Programnya tidak hanya fokus menangani banjir kiriman dari hulu, tetapi juga pada kawasan rawan banjir dan genangan dari hujan lokal.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta menyetujui anggaran Rp 10,238 triliun atau 12,22 persen dari APBD DKI Jakarta tahun 2023 untuk program pengendalian banjir. Menurut rencana pada tahun 2024 ini pengendalian banjir berlanjut dengan anggaran Rp 2,85 triliun atau 4 persen dari total APBD DKI Jakarta tahun 2024.
Wakil Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta Nova Harivan Paloh meminta Pemprov DKI Jakarta tidak hanya fokus menangani banjir kiriman dari hulu. Area rawan banjir dan genangan dari hujan lokal juga mesti ditangani. Misalnya, kawasan Kemang yang kerap dilanda banjir sehingga akses jalannya terhambat.
Selain itu, Pemprov DKI Jakarta diminta menambah drainase di area rawan banjir. Dengan demikian, aliran air lancar atau mempercepat surutnya banjir.
”Ada perumahan di area cekungan yang drainase kurang bagus,” kata Nova.
Restu Gunawan dalam bukunya, Gagalnya Sistem Kanal Pengendalian Banjir Jakarta dari Masa ke Masa (2010), melihat pengendalian banjir di Jakarta semakin baik dari masa ke masa. Namun, pendekatan infrastruktur secara masif mesti berbarengan dengan edukasi kepada masyarakat.
Restu juga melihat bahwa sebagian besar penanganan lebih fokus ke Ciliwung. Padahal, Jakarta dilintasi 13 sungai dan sekarang banjir semakin luas cakupannya di Jabodetabek.