Dampak Luapan Kali Angke Meresahkan Warga Jakarta Barat
Turap Kali Angke yang telah dibangun belum mampu meminimalkan banjir di kawasan permukiman warga.
Oleh
ATIEK ISHLAHIYAH AL HAMASY
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Luapan Kali Angke menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir di beberapa wilayah Jakarta dan sekitarnya saat diguyur hujan lebat beberapa hari lalu. Turap Kali Angke yang telah dibangun nyatanya belum mampu meminimalkan banjir di kawasan permukiman warga.
Salah satu kelurahan yang dilanda banjir ialah Kelurahan Kembangan Utara, Jakarta Barat. Ketua RT 007 RW 001 Kelurahan Kembangan Utara, Jakarta Barat, Abdul Mujib mengatakan, kondisi musim hujan kali ini masih sama dengan kondisi dua dekade sebelumnya, yakni menyebabkan genangan air yang cukup tinggi.
Minggu (7/1/2024), hujan mengguyur wilayahnya dalam durasi yang lumayan lama. Banjir pun menggenangi di wilayahnya dengan ketinggian 1 meter.
”Airnya berwarna coklat dan menggenangi jalan. Sejumlah warga sampai mengungsi di mushala. Mereka tidur di atas tikar,” ujarnya, Selasa (9/1/2024).
Abdul merasa kecewa karena permasalahan tidak efektifnya turap tanggul Kali Angke tidak ditanggapi kontraktor. Pada Desember lalu, lapangan sepak bola dan sejumlah kebun warga juga sempat tergenang. Ia menilai dinding turap itu bocor sehingga air dari Kali Angke masih tetap bisa masuk ke permukiman warga.
Adapun proyek pembangunan turap Kali Angke di Kembangan Utara sudah dimulai sejak Desember 2022. Lokasi turap ini berada di kawasan RT 007, RW 001, Kembangan Utara. Turap ini dibangun sekitar 200 meter dari permukiman warga, tepat di area persawahan dan di balik gedung tinggi perkantoran.
Sebelumnya, proyek pembangunan turap itu juga pernah dikhawatirkan warga karena sempat mangkrak sejak awal hingga pertengahan tahun 2023. Padahal, turap itu sangat dibutuhkan warga untuk menangkal luapan sungai yang senantiasa membanjiri permukiman saat musim hujan.
Identifikasi
Kepala Suku Dinas Sumber Daya Air (SDA) Jakarta Barat Purwanti Suryandari menyampaikan, proses identifikasi penyebab banjir di kawasan tersebut masih dilakukan hingga saat ini.
”Saat ini kami sedang mengevaluasinya. Sepertinya ada bocoran-bocoran dan sedang dicari titik-titik bocorannya,” kata Purwanti.
Ada dua kemungkinan yang sedang ditelusuri. Pertama, banjir di permukiman terjadi karena tanggul turap bocor sehingga air Kali Angke sampai ke luar tanggul. Kemungkinan kedua, saluran pembuangan dari arah warga tidak bisa masuk ke Kali Angke sehingga membanjiri sisi luar tanggul hingga ke permukiman.
”Di sana ada dua pintu air untuk membuang air dari warga. Kemarin saat turun hujan, wilayah tersebut aman. Itu saat kondisi Kali Angke sedang normal. Saat Kali Angke Siaga 1, baru air mulai rembes sedikit demi sedikit,” tutur Purwanti.
Menurut rencana, pihak dinas SDA akan membuat ”saluran gendong”, yakni saluran air sejajar dengan kali, tetapi berada di luar sisi tanggul yang kini sudah dibangun. Pada titik tertentu, saluran gendong itu akan masuk ke Kali Angke lewat pintu air dan pompa air.
Subkoordinator Bidang Pengendalian Banjir dan Drainase Dinas SDA DKI Firmansyah Saputra mengatakan, proyek pembangunan tanggul turap Kali Angke di Kembangan Utara itu sudah selesai 100 persen sejak 27 November 2023. Ia menilai banjir masih melanda karena air pembuangan dari saluran permukiman warga tidak bisa mengalir ke Kali Angke.
”Perlu melibatkan pihak suku dinas terkait saluran lingkungan yang ada untuk penanganan ke depan,” kata Firmansyah.
Meninggikan turap
Wilayah Tangerang juga merasakan dampak meluapnya Kali Angke. Ketua RW 006, Kelurahan Petir, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang, Achmad Sujai mengatakan, banjir akibat luapan Kali Angke setiap tahunnya pasti terjadi.
Setiap terjadi banjir, di RT 002 ketinggian bisa mencapai 120 cm dengan warga yang terdampak sekitar 150 keluarga. Adapun di RT 003 ketinggian air bisa mencapai 90 cm dengan 42 keluarga terdampak.
”Kami berharap pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian PUPR untuk menuntaskan penanganan masalah luapan Kali Angke. Meskipun beberapa waktu lalu sudah dilakukan penurapan, tetapi sampai saat ini luapan masih terjadi. Kami harap solusi atau penanganan terbaik segera dapat ditindaklanjuti,” ujarnya.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kota Tangerang Ruta Ireng Wicaksono juga turut meminta pemerintah pusat untuk segera menuntaskan penanganan banjir di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) Kali Angke.
Ruta mengatakan, meluapnya Kali Angke masih kerap terjadi meskipun sebagian turap sudah terbangun. Hal ini disebabkan oleh debit air yang melebihi kapasitas Kali Angke.
Panjang total turap Kali Angke yang sudah terbangun sheetpile sepanjang 20.175 meter atau 82,8 persen. Namun, masih ada 4.200 meter atau 17,2 persen yang belum terbangun.
Selain itu, Ruta juga menyarankan agar turap yang sudah terbangun ditinggikan. Hal ini untuk mengantisipasi meluapnya Kali Angke saat hujan deras.
Cuaca ekstrem dengan curah hujan tinggi yang diprediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada pekan ini kerap diikuti dengan merebaknya demam berdarah dengue (DBD). Karena itu, warga diminta tetap menjaga kebersihan lingkungan guna mencegah berkembangnya nyamuk aedes aegypti, pembawa virus dengue.
Kepala Seksi Pelayanan Medis dan Keperawatan RSUD Tamansari Ngabila Salama menyampaikan, DBD merupakan penyakit endemis yang terus ada dan bertahan di Jakarta. Bahkan, DBD memiliki pola jumlah kasus yang sama setiap tahun.
Ngabila mengungkapkan, kasus DBD mulai meningkat pada setiap Desember dan akan mengalami puncak di April, sebelum akhirnya menurun kembali.
”Saat ini sudah memasuk musim hujan, bahkan diprediksi curah hujan akan lebat. Untuk itu, warga Jakarta diminta meningkatkan kewaspadaan sejak dini akan timbulnya potensi DBD,” kata Ngabila.