Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menjaga stabilitas harga pangan jelang Natal dan Tahun Baru dengan pangan murah, pangan bersubsidi, dan menanam tanaman cepat panen.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Cabai merah keriting, cabai merah besar, dan cabai rawit merah mendominasi kenaikan pangan di Jakarta. Pemicunya, antara lain, ialah naiknya kebutuhan dan turunnya pasokan dari daerah produsen.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berupaya menjaga stabilitas harga pangan menjelang Natal dan Tahun Baru dengan gerakan pangan murah, program pangan bersubsidi bagi masyarakat tertentu, dan gerakan menanam tanaman cepat panen seperti cabai.
Tingginya harga cabai terpantau dari Informasi Pangan Jakarta per Minggu (10/12/2023) sore. Harga cabai merah keriting Rp 95.000 per kilogram, cabai merah besar Rp 101.000 per kilogram, dan cabai rawit merah Rp 107.000 per kilogram. Harga tersebut naik dari kisaran Rp 43.000 sampai Rp 65.000 per kilogram sejak Oktober lalu.
Sri Wahyuni (53), warga Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, mengurangi konsumsi cabai seiring kenaikan harga itu. Dia mulai membeli cabai dari penjual sayur keliling daripada di pasar.
”Satu kali beli di tukang sayur Rp 5.000. Dapatnya seuprit (sedikit). Lima sampai tujuh cabai,” kata Sri. Seuprit cabai tak masalah bagi keluarganya karena makanan terasa tak lengkap tanpa rasa pedas.
Tingginya harga cabai disorot DPRD DKI Jakarta. Mereka meminta Pemprov DKI Jakarta menggelar operasi pasar agar harga pangan stabil jelang Natal dan Tahun Baru.
Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta Suhud Alynudin sudah mengecek lonjakan harga cabai di pasar serta memantau dari Info Pangan Jakarta sejak Oktober. Harga cabai keriting merah naik dari Rp 43.000 per kilogram, sedangkan cabai rawit merah naik dari Rp 65.000 per kilogram.
”Kenaikan harga komoditas seperti cabai ini karena gangguan rantai pasok dan pola tanam pertanian nasional. Harus diantisipasi gangguan ini supaya harga tak terus naik dan memberatkan warga,” kata Suhud.
Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta Gilbert Simanjuntak juga meminta Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian DKI Jakarta mengatasi lonjakan harga cabai dan memastikan ketersediaan stok sebelum Natal dan Tahun Baru.
”Kenaikan harga terjadi setiap tahun dan saat momen hari raya. Sebelum harga naik, stoknya harus tercukupi,” ucap Gilbert.
Intervensi
Pemprov DKI Jakarta menjalankan sejumlah upaya untuk menjaga stabilitas harga pangan jelang Natal dan Tahun Baru. Salah satu yang rutin dilakukan ialah memantau harga dan stok pangan di pasar.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian DKI Jakarta Suharini Eliawati menyebutkan, cabai merah keriting, cabai merah besar, dan cabai rawit merah merupakan komoditas pangan dengan kenaikan harga tertinggi. Kenaikan harga terjadi karena meningkatnya kebutuhan jelang Natal dan Tahun Baru, serta turunnya pasokan dari daerah produsen.
”Kami gulirkan program menanam tanaman cepat panen, seperti cabai, sejak jauh hari. Targetnya 1 juta bibit cabai dibagikan kepada warga,” kata Eliawati.
Pada November lalu, misalnya, berlangsung panen cabai serentak di Jakarta Timur. Ada 34.000 pohon cabai yang menghasilkan 3 ton cabai. Sementara pertengahan Desember ini, menurut rencana, akan kembali berjalan panen secara serentak di Jakarta, Banten, Jawa Barat, dan Jawa Tengah.
Sementara langkah lain untuk menjaga stabilitas harga pangan ialah Gerakan Pangan Murah oleh PT Food Station Tjipinang Jaya, Perumda Pasar Jaya, dan Perumda Dharma Jaya di berbagai lokasi, seperti rusun, balai warga, kantor kelurahan, kantor kecamatan, kantor wali kota, dan balai kota. Frekuensinya ditambah dari biasanya 62 titik jadi 98 titik.
Kenaikan harga komoditas seperti cabai ini karena gangguan rantai pasok dan pola tanam pertanian nasional.
Selain itu, Pemprov DKI Jakarta bersinergi dengan pemerintah pusat untuk distribusi beras dalam program stabilitas pasokan harga pangan (SPHP) dengan harga Rp 10.900 per kilogram dan program pangan bersubsidi bagi masyarakat tertentu melalui penyediaan beras, telur ayam, daging ayam, daging sapi, susu, dan ikan.