Secuil lahan tersisa di belantara beton Jakarta ditanami tanaman pangan, seperti cabai rawit, terong, dan kangkung, untuk ketahanan pangan dari dampak El Nino.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memaksimalkan secuil lahan di setiap wilayah demi ketahanan pangan dari dampak El Nino. Upaya mitigasi lainnya melalui Raperda tentang Penyelenggaraan Sistem Pangan guna menjamin ketersediaan stok dan kestabilan harga pangan.
El Nino telah menyebabkan kekeringan di berbagai wilayah. Dampaknya terjadi gagal panen dan goyahnya ketahanan pangan. Jakarta sebagai daerah yang 98 persen sumber pangannya berasal dari luar daerah memerlukan antisipasi dan kerja sama antardaerah dan daerah produsen.
Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono meminta setiap lahan kosong yang ada untuk ditanami tanaman pangan. Langkah itu dibarengi dengan memastikan pasokan atau ketersediaan stok pangan di PT Food Station Tjipinang Jaya, PD Dharma Jaya, dan Perumda Pasar Jaya. Jika memungkinkan stok bisa bertambah, misalnya, dari stok untuk tiga hari menjadi enam hari.
”Setiap lahan yang ada, mau 10 meter atau 20 meter, bisa ditanami tanaman pangan. Ada cabai, terong, kacang tanah, kangkung, dan anggur,” kata Heru seusai memanen cabai rawit di RPTRA Rawa Jaya, Kelurahan Pondok Kopi, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur, Rabu (1/11/2023).
Dalam kesempatan itu berlangsung panen cabai rawit serentak se-Jakarta Timur. Total panen mencapai 3,5 ton. Warga, lurah, dan camat turut meminta bantuan bibit sayuran, benih ikan, dan mesin pencacah sampah.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian DKI Jakarta Suharini Eliawati menyebutkan, gerakan menanam tanaman pangan seperti cabai rawit juga untuk kestabilan harga di pasaran. Sebab, harga cabai rawit bisa sampai Rp 100.000 atau lebih per kilogram.
”Saat harga cabai tinggi di pasaran, ibu-ibu sudah bisa memenuhi kebutuhannya dari lingkungan sendiri,” ujarnya.
Dalam laman Informasi Pangan Jakarta, harga rata-rata cabai rawit Rp 79.325 per kilogram atau naik Rp 1.373.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga akan mengkaji mekanisme pengendalian disparitas harga di tingkat produsen dan konsumen sebagai dasar pengaturan lebih lanjut.
Selain itu, dilakukan juga Stabilisasi Pasokan dan Harga Pasar untuk beras karena menyentuh harga eceran tertinggi. Dari laman Informasi Pangan Jakarta, harga beras berkisar Rp 12.535-Rp 14.708 per kilogram. Beras ini jenis medium, premium, dan pera.
Eliawati menyebutkan, akan ada satu program lagi dari pemerintah pusat untuk 304.000 keluarga di Jakarta. Mereka bakal mendapatkan bantuan 10 kilogram beras setiap bulan.
”Program ini diperpanjang lagi. Selain pemenuhan gizi, juga untuk ketahanan pangan,” ujarnya.
Raperda
Terkait dengan Raperda tentang Penyelenggaraan Sistem Pangan, Penjabat Gubernur Heru menyampaikan, perlu dilakukan berbagai upaya untuk ketahanan pangan. Selain pemantauan secara rutin oleh Tim Pengendali Inflasi Daerah, data juga dimutakhirkan dalam Sistem Informasi Ketahanan Pangan, Informasi Pangan Jakarta, dan Jakarta Kini.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga akan mengkaji mekanisme pengendalian disparitas harga di tingkat produsen dan konsumen sebagai dasar pengaturan lebih lanjut. Kini tengah disusun Rencana Aksi Pangan dan Gizi Daerah yang berisikan rencana kegiatan tahun 2023-2026 dengan melibatkan pendampingan dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
Saat yang sama, lanjut Heru, perlu menggalakkan pertanian perkotaan (urban farming), pemanfaatan teknologi, kerja sama antardaerah, dan kerja sama dengan swasta. Upaya tersebut dibarengi membangun kawasan sentra produksi pangan dan pengembangan budidaya pangan, serta pemberian sarana produksi dan pendampingan di bidang pertanian.