Pasien Cacar Monyet Bertambah, Pemprov DKI Siapkan Vaksinasi
Hingga Rabu (25/10/2023), pasien positif cacar monyet di DKI Jakarta terus bertambah menjadi 12 orang.
JAKARTA, KOMPAS — Jumlah pasien yang positif terjangkit cacar monyet atau monkeypox di DKI Jakarta bertambah menjadi 12 orang. Sebanyak 500 orang kelompok berisiko mulai menjalani vaksinasi yang dilakukan Dinas Kesehatan DKI Jakarta.
Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi, dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ngabila Salama mengatakan, 1.000 dosis vaksin sudah disiapkan untuk 500 orang. Masing-masing akan menerima dua dosis secara bertahap.
”Vaksinasi mulai dilakukan untuk 500 orang kelompok berisiko di Jakarta selama seminggu ke depan,” kata Ngabila, Rabu (25/10/2023).
Baca juga: Kasus Cacar Monyet di Jakarta Bertambah akibat Hubungan Seksual Berisiko
Vaksin akan diberikan dengan interval empat minggu. Hingga saat ini, 79 orang berisiko telah menerima vaksinasi.
Dinkes DKI Jakarta juga terus memantau gejala kepada kontak erat kasus setiap harinya melalui puskesmas kecamatan. Apabila menampakkan gejala akan dilakukan pemeriksaan laboratorium.
Pihaknya juga akan langsung mengisolasi pasien positif monkeypox di rumah sakit guna memutus mata rantai penularan. Walaupun kasusnya ringan, pasien akan tetap diisolasi.
Hingga Rabu, terdapat 13 kasus terkonfirmasi monkeypox yang ditemukan di Jakarta. Seluruh kasus yang ditemukan sejauh ini adalah pasien laki-laki dengan rentang usia 26-35 tahun.
Kasus pertama pasien terkonfirmasi positif monkeypox terjadi pada Agustus 2022. Pasien sembuh setelah melakukan isolasi mandiri selama tiga minggu di rumah. Pasien tersebut merupakan seorang laki-laki berusia 27 tahun dengan riwayat perjalanan ke Belanda, Swiss, Belgia, dan Perancis sebelum tertular.
Baca juga: Satu Kasus Baru Cacar Monyet Terkonfirmasi di Jakarta
Setelah berselang cukup lama, satu orang kembali ditemukan positif monkeypox pada 13 Oktober 2023, berlanjut satu kasus pada 19 Oktober 2023, lima kasus pada 21 Oktober 2023, dua kasus pada 23 Oktober 2023, dan tiga kasus pada 24 Oktober 2023.
Dari 13 kasus tersebut, terdapat 12 pasien yang masih positif. Sementara itu, ada 9 orang yang saat ini terduga bergejala. Seluruh suspek telah menjalani pemeriksaan di laboratorium PCR.
”Salah satu pasien positif pada 23 Oktober 2023 merupakan hasil dari kontak erat seksual dengan pasien positif sebelumnya,” tutur Ngabila.
Dari hasil penelusuran, diketahui bahwa enam pasien monkeypox di antaranya orang dengan HIV (ODHIV) dan memiliki orientasi biseksual.
Cacar monyet adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi virus langka dari hewan (zoonosis). Secara global, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun lalu memberi perhatian pada penyakit ini. WHO mendeklarasikan status kedaruratan kesehatan global atas wabah cacar monyet pada Juli 2022. Saat itu secara total tercatat 87.000 kasus dan 140 kematian di 111 negara yang dilaporkan terkait penularan cacar monyet.
Baca juga: Kemenkes Imbau Pasien Cacar Monyet Tidak Didiskriminasi
Epidemiolog dari Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman, mewanti-wanti penyebaran cacar monyet di kota-kota besar selain Jakarta. Banyak orang di kota-kota besar berisiko tertular penyakit ini karena gaya hidup.
Menurut Dicky, kasus cacar monyet cenderung memiliki pada sebaran seperti HIV. Karakteristik penularan terjadi pada kelompok dengan perilaku berisiko tinggi, seperti seks sesama jenis, gay, atau homo. Adapun 99 persen terjadi pada laki-laki dan 90 persen lebih yang melakukan hubungan sesama jenis.
”Karakteristik kelompok rentan itu tertutup. Hal ini menjadi hambatan pemerintah untuk melakukan tracking atau pelacakan,” ujarnya.
Dicky pun meminta pemerintah untuk fokus menangani virus ini meski penyebarannya lebih banyak terjadi kepada kelompok tertentu. Menurut dia, bisa saja cacar monyet menyebar ke ibu hamil atau anak-anak.
Baca juga: Cacar Monyet Masih Mengintai
Pencegahan
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Ani Ruspitawati mengatakan, salah satu cara yang bisa dilakukan masyarakat untuk mencegah penularan penyakit tersebut dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), di antaranya rajin memakai masker dan mencuci tangan dengan sabun di air mengalir, terutama jika sedang sakit dan bertemu orang sakit. Selain itu, masyarakat juga perlu menjaga kesehatan reproduksi dengan baik dan saling setia dengan pasangan.
Beberapa tanda dan gejala khas penyakit monkeypox di antaranya terjadi demam, nyeri tulang dan otot, lenting isi air atau luka pada kulit, adanya benjolan atau pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, leher, atau lipat paha. Untuk itu, hindari kontak kulit langsung dengan pasien monkeypox yang memiliki luka kulit atau lenting isi air pada kulitnya.
Ani menambahkan, penderita monkeypox harus menjalani isolasi dengan baik sampai sembuh sempurna. Apabila masyarakat mengalami gejala, dianjurkan segera datang ke fasilitas kesehatan terdekat untuk pemeriksaan laboratorium lebih lanjut. Sementara bagi orang yang berkontak erat dengan penderita monkeypox, diharapkan segera melapor untuk dilakukan pemeriksaan deteksi dan pengobatan dini.
”Untuk memutus rantai penularan, kami melakukan tracing pada kontak erat pasien. Kami mengimbau kepada masyarakat yang melakukan kontak erat dengan pasien monkeypox agar kooperatif saat dihubungi tenaga kesehatan dan bersedia untuk dilakukan pemeriksaan di fasilitas kesehatan yang ditunjuk,” ujar Ani.
Kementerian Kesehatan juga mengimbau masyarakat tidak mendiskriminasi pasien yang terjangkit penyakit cacar monyet. Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan Prima Yosephine mengatakan, diskriminasi justru akan membuat para pasien atau suspek yang bergejala menjadi enggan memeriksakan diri. Jika hal itu terjadi, potensi penyebaran penyakit akan semakin meluas.
”Kami sosialisasikan agar jangan mendiskriminasi (penderita cacar monyet). Secara penanggulangan dan pencegahannya, kami terus melalui jejaring dengan semua dinas kesehatan dan sudah mulai kami sosialisasikan. Kemudian di komunitas kami juga sosialisasikan,” kata Prima (Kompas.id, 24/10/2023).