Warga Jakarta Harus Sisihkan Uang untuk Membeli Air Bersih
Warga Jakarta harus menyisihkan uang untuk membeli air bersih. PAM Jaya belum bisa memastikan kapan krisis air bersih akan berakhir.
JAKARTA, KOMPAS — Krisis air bersih akibat kemarau panjang masih terjadi di sejumlah wilayah Jakarta dan belum bisa dipastikan kapan akan berakhir. Dampaknya, warga harus rela menyisihkan uang lebih untuk kebutuhan air bersih sehari-hari.
Di Kelurahan Jembatan Besi, Tambora, Jakarta Barat, krisis air bersih terjadi sejak dua tahun terakhir. Ada empat RT yang terdampak, yakni RT 001, RT 013, RT 014, dan RT 015.
Menurut salah satu warga, Anwar (47), Kamis (5/10/2023), air yang disuplai Perumda Air Minum Jaya (PAM Jaya) sejak dua tahun lalu tidak selalu mengalir dengan lancar. Krisis air bersih terjadi karena jebolnya pipa yang mengalirkan air.
Baca juga: Puluhan Tahun Krisis Air Bersih di Balik Megahnya Jakarta (15)
Akan tetapi, semenjak musim kemarau ini, air PAM Jaya tidak keluar dalam beberapa hari berturut-turut. Meski terkadang warga mendapat bantuan air, itu masih belum cukup untuk kebutuhannya.
Oleh karena itu, warga harus membeli air bersih dari tukang air keliling. Jika air mati, dalam satu hari, Anwar bisa menghabiskan uang hingga Rp 30.000 untuk beberapa jeriken berisi air bersih.
Meskipun air PAM Jaya kerap mati, warga tetap harus tetap membayar tagihan air. Tagihan itu mulai dari Rp 8.000 hingga Rp 15.000 per bulan.
Berbeda dengan Misnah (50), warga di Cideng, Jakarta Pusat. Ia mengatakan sudah puluhan tahun tidak merasakan air bersih dari pipa PAM Jaya. Dalam kesehariannya, ia menggunakan sumur bor sebagai sumber air.
”Di sini, tidak ada air PDAM, makanya warga pakai sumur bor. Untuk minum atau masak, kami beli air galon. Jadi, pengeluaran untuk air galon lebih banyak,” katanya.
Berdasarkan data PAM Jaya, sejauh ini, cakupan layanan PAM Jaya baru mencapai 65 persen atau 908.324 pelanggan dengan kapasitas produksi 20.725 liter per detik. Adapun PAM Jaya menargetkan 100 persen cakupan pada 2030.
Baca juga: Kualitas Air Baku Turun Ganggu Pasokan PAM Jaya
Untuk mencapai target itu, PAM Jaya akan memasang 1,1 juta pipa baru, yang dimulai dengan penambahan 4.500 kilometer pipa pada 2024. Proyek ini membutuhkan dana sekitar Rp 23,8 triliun untuk memenuhi cakupan 100 persen.
Selain itu, PAM Jaya juga tengah mengebut pembangunan reservoir komunal di beberapa wilayah yang belum memiliki jaringan air perpipaan. PAM Jaya menargetkan dapat membuat 14 reservoir komunal pada 2023. Hingga saat ini, total ada enam reservoir komunal yang telah dibangun dan diresmikan oleh PAM Jaya.
Kualitas air baku menurun
Kekurangan ketersediaan air bersih di perkotaan menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) masuk kategori bencana. Krisis air termasuk bencana yang dipicu oleh alam dan diperparah oleh ulah manusia.
Adapun sejak 8 September 2023, pelanggan PAM Jaya di wilayah barat dan utara Jakarta mengalami krisis air bersih akibat penurunan kualitas air baku di instalasi pengelolaan air (IPA) hutan kota. Salah satu penyebabnya ialah dampak dari kemarau panjang yang melanda Jakarta.
Akan tetapi, pihak PAM Jaya belum bisa memastikan kapan krisis air bersih di 17 kelurahan DKI Jakarta tersebut berakhir. Pihaknya membutuhkan anggaran Rp 150 miliar untuk mengatasi permasalahan krisis air bersih pada IPA hutan kota sebagai salah satu sumber yang menyalurkan air bersih di Jakarta.
Baca juga: Meragukan Air Tanah di Bantaran Kali Jakarta (4)
Hal tersebut dikatakan Direktur Utama Perumda PAM Jaya Arief Nasruddin. Menurut dia, level total dissolved solid (TDS) atau zat padat terlarut pada waduk hutan kota tengah mencapai level yang tinggi. Oleh karena itu, air bersih tidak dapat tersalurkan dengan baik.
”TDS di IPA hutan kota saat ini kadarnya tinggi. Sangat disayangkan saat pembangunan hutan kota, teknologinya tidak menggunakan sea water reverse osmosis (SWRO),” ujar Arief saat ditemui di Jakarta Utara, Rabu (4/10/2023).
Pihak PAM Jaya belum bisa memastikan kapan krisis air bersih di 17 kelurahan DKI Jakarta tersebut berakhir. Pihaknya membutuhkan anggaran Rp 150 miliar untuk mengatasi permasalahan krisis air bersih pada IPA hutan kota sebagai salah satu sumber yang menyalurkan air bersih di Jakarta.
SWRO adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengolah air laut menjadi air tawar. Metode ini dapat menghilangkan lebih dari 98 persen senyawa garam. Sementara itu, level TDS di IPA hutan kota saat ini berada pada level 2.000. Angka ini harus diturunkan ke level 200 untuk memperoleh air bersih.
Pihaknya saat ini tengah memperbaiki teknologi di IPA hutan kota untuk mencapai jumlah tersebut. Arief mengatakan masih perlu berdiskusi terlebih dahulu bersama dengan BUMD DKI Jakarta Propertindo (Jakpro) sebagai pihak pengelola fasilitas tersebut.
”Kami sedang membahas ini bersama Jakpro untuk sama-sama memperbaikinya agar tidak ada kesalahan. Sebab, nilai investasinya juga tidak kecil,” katanya.
Baca juga: PAM Jaya Kebut Pembangunan Reservoir Komunal untuk Atasi Krisis Air Bersih
Adapun krisis air bersih pada 17 kelurahan di Jakarta itu meliputi daerah Penjaringan, Pejagalan, Pluit, Kapuk, Kalideres, Rawa Buaya, Pegadungan, Cengkareng Barat, dan Cengkareng Timur. Kemudian di Semanan, Duri Kosambi, Wijaya Kusuma, Jelambar Baru, Kapuk Muara, Tegal Alur, Kamal, dan Kamal Muara.
Berbagai upaya untuk menekan krisis air bersih di 17 kelurahan tersebut pun sudah dijalankan pihak PAM Jaya. Di antaranya pemerataan distribusi air ke wilayah terdampak dan menyiagakan sejumlah tangki air.
Tidak serentak
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim kemarau akan berakhir di sebagian besar wilayah Indonesia mulai akhir Oktober atau awal November 2023.
Akan tetapi, akibat tingginya keragaman iklim, awal musim hujan tidak terjadi secara serentak di seluruh wilayah Indonesia. Puncak musim hujan diprediksi akan terjadi pada Januari-Februari 2024.
”Sesuai prediksi BMKG, puncak dampak El Nino terjadi pada September. Namun, berdasarkan analisis dari data satelit terkini, pada Oktober ini tampaknya intensitas El Nino belum turun. Fenomena El Nino ini diprediksi masih terus bertahan hingga tahun depan,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangan resminya, Kamis (5/10/2023).
Baca juga: El Nino Diprediksi Mencapai Level Kuat di Akhir Tahun
Dwikorita mengatakan, level El Nino moderat akan terus bertahan dan berakhir pada bulan Februari-Maret 2024. Awal musim hujan sendiri, kata dia, berkaitan erat dengan peralihan Monsun Australia menjadi Monsun Asia. Saat ini, Monsun Asia sudah mulai memasuki wilayah Indonesia sehingga diprediksi November mulai turun hujan.
Pengaruh El Nino akan mulai berkurang oleh masuknya musim hujan sehingga diharapkan kemarau kering segera berakhir secara bertahap. Dwikorita juga mewanti-wanti masyarakat untuk tidak melakukan aktivitas yang dapat memicu terjadinya kebakaran karena kemarau kering masih belum berakhir.
”Masyarakat dimohon jangan mencoba-coba untuk mengakibatkan nyala api, baik disengaja maupun tidak sengaja. Sebab, pemadamannya akan sulit untuk dilakukan,” kata Dwikorita.