Pasokan air bersih ke sejumlah wilayah Jakarta terganggu karena turunnya kualitas air baru selama kemarau.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kemarau menyebabkan penurunan kualitas air baku di Instalasi Pengelolaan Air Hutan Kota, Jakarta Barat. Dampaknya terjadi penurunan pasokan air sejak 8 September 2023 di Penjaringan, Pejagalan, Pluit, Kapuk, Kalideres, Rawa Buaya, Pegadungan, Cengkareng Barat, Cengkareng Timur, Pegadungan, Semanan, Duri Kosambi, Wijaya Kusuma, Jelambar Baru, Kapuk Muara, Tegal Alur, Kamal, Kamal Muara, dan sekitarnya.
PAM Jaya merealokasi titik-titik distribusi air bersih sesuai kebutuhan warga di barat dan utara Jakarta dan memaksimalkan layanan tangki air gratis. Ke depannya, manajemen berencana memasang membran baru agar mampu mengolah air baku yang memiliki total dissolved solid atau zat padat terlarut kategori tinggi dan mampu mengurai air laut.
Warga RW 011 Pegadungan, misalnya, selama dua pekan sulit mendapatkan air bersih karena masalah tersebut. Air tidak mengalir secara maksimal ke rumah warga dan kondisinya keruh. Dalam kurun waktu itu, PAM Jaya menyalurkan tangki air gratis dan warga antre untuk mendapatkannya.
Baru tiga hari terakhir, air kembali lancar. Kondisi air juga sudah bersih sehingga dapat digunakan warga untuk keperluan mandi, cuci, dan kakus.
”Air PAM mulai lancar. Bagus airnya. Untuk sementara, aman, tidak ada permintaan tangki,” ujar Mulyono, Ketua RT 011 RW 011 Pegadungan, Kamis (21/9/2023).
PAM Jaya menginformasikan penurunan kualitas air baku di Instalasi Pengelolaan Air Hutan Kota yang mengakibatkan air hasil olahan tidak memenuhi standar Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Sementara instalasi lainnya tidak mengalami gangguan atau kendala.
Senior Manager Corporate Communication and Office Director PAM Jaya Gatra Vaganza mengatakan, Hutan Kota merupakan titik terjauh dari pompa PAM Jaya dan letaknya mendekati laut sehingga saat kemarau panjang terjadi intrusi air laut ke sungai. Intrusi itu menyebabkan tingginya zat padat terlarut dalam air.
”Zat padat terlarut di Hutan Kota mencapai 2.000 PPM, sedangkan aturannya di bawah 200 PPM. Teknologi di lokasi belum bisa untuk desalinasi air laut jadi tawar,” ucapnya.
Kondisi tersebut mengharuskan PAM Jaya menghentikan pasokan air dari Instalasi Pengelolaan Air Hutan Kota. Dalam kondisi normal, jumlah pasokan air dari instalasi tersebut sebanyak 450 liter per detik.
Gatra menambahkan, langkah jangka pendek yang dilakukan ialah realokasi titik-titik distribusi sesuai kebutuhan warga dan memaksimalkan layanan tangki air. Investasi membran baru membutuhkan waktu.
Perluas layanan
Dalam laman resmi PAM Jaya, tercatat cakupan layananya sebesar 65 persen dengan 908.324 pelanggan dan memasok 20.725 liter air per detik. Sumber air baku itu berasal dari Waduk Jatiluhur (18.000 liter per detik), air curah PDAM Tangerang (2.875 liter per detik), air baku sungai di Jakarta (1.060 liter per detik), dan air laut (17 liter per detik).
DPRD DKI Jakarta meminta PAM Jaya mengoptimalkan serapan penyertaan modal daerah untuk memperluas penyediaan air bagi warga Jakarta. Dilaporkan, hingga 12 September, perusahaan baru menyerap 36,65 persen atau Rp 522,9 miliar dari total penyertaan modal daerah sebanyak Rp 1,4 triliun.
Akibatnya, rencana pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum Pesanggrahan dan Ciliwung belum terlaksana. Rencana pembangunan di Pesanggrahan masih terkendala izin, sedangkan di Ciliwung mengalami gagal lelang.
”Peningkatan cakupan layanan per tahunnya kurang dari 2 persen. Masih jauh dari target jika ingin 100 persen layanan air bersih pada 2030,” kata Wakil Ketua Fraksi PSI DPRD DKI Jakarta August Hamonangan.