Misteri Jasad Mengering Ibu dan Anak di Cinere
Dari pemeriksaan awal penemuan dua mayat di Cinere, Depok, polisi menemukan sebuah botol, selembar kertas, dan "file" di laptop bertuliskan "to you whomever".
DEPOK, KOMPAS – Warga perumahan umum Bukit Cinere Indah, Depok, Jawa Barat, dikejutkan dengan penemuan mayat seorang ibu dan anaknya (38) di dalam rumahnya. Tim penyidik kepolisian masih perlu mendalami penemuan dua mayat itu untuk mengetahui penyebab kematiannya.
Penemuan Grace Arijani Harahapan (64) dan anaknya David Ariyanto Wibowo (38) itu bermula dari warga yang merasa curiga dengan rumah Nomor 39 karena penghuninya lama tidak terlihat. Seorang petugas keamanan perumahan, M Jafar, lalu mendatangi rumah itu untuk memeriksa apakah ada orang di dalam rumah, Kamis (8/9/2023), sekitar pukul 09.30.
Baca juga: Kematian Wajar dalam Kondisi Tak Wajar di Kasus Keluarga Kalideres
Karena tak ada jawaban dari penghuni rumah, Jafar membuka pagar dan berusaha masuk dari pintu garasi. Saat itu, Jafar semakin curiga karena mencium bau tak sedap dari dalam rumah.
“Jadi penghuni itu tidak pernah kelihatan. Saya juga tidak pernah lihat keluar kompleks. Ada sekitar satu bulan sepertinya tidak keluar rumah. Jendela dan pintu tidak pernah dibuka. Saya bersama pak RT ke sana kemarin (Kamis) pagi. Pas mau masuk bau busuk. Langsung menghubungi polsek (Cinere),” kata Jafar, Jumat (8/9/2023), tak jauh dari rumah itu.
Saat petugas kepolisian datang dan masuk, kata Jafar, mereka menemukan dua mayat kering di kamar mandi. “Tinggal tengkorak, kering mayatnya,” kata Jafar.
Jafar melanjutkan, rumah itu juga sudah lama dalam keadaan gelap saat malam. “Makanya kami pikir tidak ada orang di dalam karena kalau malam gelap. Tapi kok saya dan lainnya tidak pernah lihat orang di rumah itu keluar dari kompleks. Terakhir lihat pertengahan Juli kemarin” kata Jafar.
Kepala Kepolisian Resor Metro Depok Komisaris Besar Ahmad Fuadi mengatakan, dalam penyelidikan awal pihaknya menemukan sebuah botol dekat tubuh korban dan selembar kertas bertulis tangan di dapur rumah. Kertas itu tertulis nama dan nomor telepon.
Dua alat bukti itu sudah diambil dan telah diserahkan ke Puslabfor Mabes Polri untuk diperiksa lebih lanjut. Polisi, kata Ahmad Fuady, belum tahu penyebab dua korban tewas itu karena keracunan atau lainnya. Adapun dua korban itu sudah dibawa ke RS Polri Kramat Jati, Kamis pagi tadi.
“Masih terlalu awal. Kita tunggu hasil pemeriksaan lanjutan. Tim gabungan belum menemukan petunjuk karena telah membusuk. Terkait botol itu akan diperiksa untuk diketahui jenis zatnya. Begitu pula dengan selembar surat,” ujar Fuady. Kasus penemuan mayat dilimpahkan ke penyidik Polda Metro Jaya (PMJ).
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Hengki Haryadi mengatakan, jasad yang ditemukan di Perum Bukit Cinere Indah sama-sama rusak seperti kasus satu keluarga di Kalideres, Jakarta Barat, pada akhir 2022 silam.
Pihaknya saat ini masih mendalami dan menganalisa kasus tersebut terkait jejak-jejak di luar dua jenazah sebelum kejadian. Dari petunjuk awal dari sebuah laptop yang diduga milik DA, tim penyidik menemukan sebuah file yang bertulis to you whomever.
“Tertulis, siapa pun yang membaca tulisan ini mungkin pada saat melihat tulisan ini saya dan ibu sudah meninggal,” kata Hengki.
Dari beberapa petunjuk yang telah didapatkan, tim gabungan penyidik seperti inafis dan labfor akan mendalaminya apakah ada unsur tindak pembunuhan, bunuh diri, atau lainnya. Asosiasi Psikologi Forensik pun akan dilibatkan dalam penyelidikan terutama menganalisis bukti tulisan secara retrospektif.
“Mati alami, kecelakaan, bunuh diri, pembunuhan atau gabungan. Masih kami analisis," katanya.
Tertutup
Kondisi rumah Nomor 39 berwarna pink itu tampak tak terawat. Di beberapa bagian seperti cat dinding rumah terkelupas dan sebagian tampak kusam. Bahkan atap di bagian garasi patah dan nyaris ambruk.
Ratna Tri, warga Perum Bukit Cinere Indah RT 001 RW 016 yang rumahnya tak jauh dari rumah korban mengatakan, tidak terlalu mengenal secara personal penghuni Nomor 39 karena jarang bersosialisasi, meski sering bertemu dan bertegur sapa.
“Mereka sudah lama banget tinggal di sini. Sudah bertahun-tahun. Tapi kami tidak terlalu kenal karena tertutup. Dulu suaminya meninggal 2011. Kabar meninggal suami karena sakit pun banyak tak tahu,” kata Ratna.
Kematian tak wajar di dalam rumah Nomor 39 di Depok ini, mengingatkan publik pada peristiwa kematian satu keluarga di Perumahan Garden City 1, Kelurahan Kalideres, Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat, 10 November 2022 silam.
Berdasarkan hasil penyelidikan dan pemeriksaan, polisi menyimpulkan tidak ada unsur pidana yang mengakibatkan satu keluarga yang terdiri atas pasangan suami-istri Rudyanto Gunawan (70) dan Renny Margaretha (68); Dian Febbyana Apsari Dewi (42), anaknya; serta Budyanto Gunawan (69), adik Rudyanto, meninggal. (Kompas.id, 9/12/2022).
Saat ditemukan, keempat jenazah tersebut dalam kondisi yang berbeda. Tubuh Rudyanto dan Renny sudah mengering. Jasad Dian dan Budyanto dalam kondisi membusuk.
Tim kedokteran forensik menyimpulkan, keempat tersebut meninggal secara alami. Berdasarkan urutan kematiannya, Rudyanto adalah orang yang meninggal pertama akibat pendarahan pada saluran pencernaannya (awal tahun 2022). Disusul Renny yang mengidap kanker payudara (Mei 2022). Kemudian, Budyanto yang meninggal akibat serangan jantung (Oktober 2022) dan terakhir Dian akibat gangguan pernapasan (Oktober 2022).
Kalau ini yang terjadi maka kalimat t o you whomever memang mengindikasikan adanya relasi sosial yang begitu jauh yang menjadi penanda orang orang yang barangkali mengalami depresi, mengalami gangguan afektif
Psikolog Forensik Reza Indragiri menjelaskan, ketika ada orang yang meninggal lebih dari satu di lokasi yang hampir sama maka yang harus dilihat adalah natural untuk melihat apakah meninggal alamiah. Lalu, accident terkait meninggal karena suatu hal seperti kesetrum terbentur lantai atau lainnya. Selanjutnya homicide atau pembangunan dan bunuh diri.
Pendekatan lainnya yang perlu dilihat yaitu terkait pengondisian oleh pihak lain sehingga terjadi tindakan bunuh diri. Pengondisian ini bisa disebut pembunuhan.
Dari alat bukti seperti pesan 'to you whomever', menurut Reza pesan itu cukup unik karena seolah tidak dikirim kepada pihak tertentu secara spesifik, entah itu keluarga, teman, atau tetangga yang dialamatkan untuk menerima pesan itu.
“Kalimat to you whomever menunjukan, boleh jadi keluarga ini memang sudah terisolasi sedemikian rupa, sudah berjarak sedemikian jauh dari lingkungan sosialnya. Sampai pesan akhir yang mereka bikin pun tidak ditunjukkan kepada pihak tertentu seperti sudah membayangkan jenazah mereka akan ditemukan lewat penemuan secara itu sengaja maupun tidak sengaja,” ujar Reza.
Dalam relasi sosial, orang yang mengakhiri hidup di lingkungan sosial seperti di Cinere atau Kalideres atau kasus bunuh diri lainnya, hampir sekitar 90 persen pelaku mengidap gangguan perasaan tidak stabil dan goyang, depresi, dan gangguan lainnya.
“Kalau ini yang terjadi maka kalimat to you whomever memang mengindikasikan adanya relasi sosial yang begitu jauh yang menjadi penanda orang orang yang barangkali mengalami depresi, mengalami gangguan afektif,” katanya.
Baca juga: Faktor Psikososial di Balik Kematian Sekeluarga di Kalideres
Dalam psikologi forensik, kata Reza, ada dua metode otopsi psikologis Pertama melalui pengecekan terhadap orang-orang yang signifikan seperti keluarga, teman, pasangan, tetangga, dokter pribadi. Lalu pengecekan dokumen kesehatan, kepemilikan rumah, pembayaran listrik. Metode itu bisa menggambarkan kondisi yang dialami korban untuk mengakhiri hidup.
Menurut Reza kasus di Cinere juga hampir sama dengan kasus di Pulomas beberapa tahun silam karena satu keluarga tewas di lokasi dan waktu yang sama, tetapi keluarga itu bukan bunuh diri melainkan kasus pembunuhan.
Apapun, pengungkapan misteri jasad mengering di Cinere diharapkan dapat menjadi pelajaran berharga bagi publik.