Kematian Wajar dalam Kondisi Tak Wajar di Kasus Keluarga Kalideres
Tabir misteri di balik kematian satu keluarga di rumah mereka akhirnya terungkap. Polisi menghadirkan para ahli untuk memberikan penjelasan secara ilmiah. Kematian mereka wajar tapi dalam kondisi tak wajar.
Oleh
Agustinus Yoga Primantoro
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Kasus kematian satu keluarga di tempat tinggal mereka di kompleks Perumahan Garden City 1, Kelurahan Kalideres, Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat, ditetapkan sebagai kasus kematian wajar dalam kondisi tidak wajar. Berdasarkan hasil penyelidikan dan pemeriksaan, polisi menyimpulkan tidak ada unsur pidana yang mengakibatkan satu keluarga itu meninggal.
Satu keluarga yang terdiri atas pasangan suami-istri Rudyanto Gunawan (70) dan Renny Margaretha (68); Dian Febbyana Apsari Dewi (42), anaknya; serta Budyanto Gunawan (69), adik Rudyanto, ditemukan meninggal pada 10 November 2022. Saat ditemukan, keempat jenazah tersebut dalam kondisi yang berbeda. Tubuh Rudyanto dan Renny sudah mengering. Jasad Dian dan Budyanto dalam kondisi membusuk.
Direktur Reserse Kriminal Umum (Dirkrimum) Kepolisian Daerah Metro Jaya Komisaris Besar Hengki Haryadi mengatakan, pihaknya menggunakan metode scientific crime investigation atau investigasi kriminal secara ilmiah untuk mengusut kasus tersebut. Metode itu melibatkan sejumlah ahli, seperti laboratorium forensik, dokter forensik, psikolog forensik, digital forensik, dan sosiolog agama.
”Hasil penyelidikan kami tidak ada peristiwa pidana, maka kasus ini ke depan akan kami hentikan penyelidikannya. Kami telah menemukan bahwa kematian yang terjadi di tempat kejadian perkara (TKP) Kalideres adalah kematian wajar dalam kondisi tidak wajar,” kata Hengki dalam konferensi pers di Kantor Dirkrimum Polda Metro Jaya, Jumat (9/12/2022).
Kematian wajar dan simpulan bahwa tidak adanya unsur pidana, lanjut Hengki, didasarkan pada hasil temuan para ahli yang terlibat dalam penyelidikan tersebut. Kepala Bidang Pusat Laboratorium Forensik Polri Komisaris Besar Wahyu Marsudi mengatakan, pihaknya tidak menemukan DNA selain milik keempat jenazah di lokasi kejadian. Timnya juga mengidentifikasi bahwa keempat jenazah tersebut merupakan satu keluarga.
”Kami mengidentifikasi jenazah dengan metode sibling, yaitu mencocokkan DNA antara orang yang sudah meninggal dan keluarga yang masih hidup. Ternyata, keempat jenazah tersebut memiliki garis kekerabatan yang sesuai dengan Irwanto Gunawan, kerabat keempat jenazah itu,” kata Wahyu.
Wahyu menambahkan, hasil identifikasi TKP menunjukkan bahwa tidak ada orang lain yang memasuki rumah tersebut. Hal itu karena tidak ditemukan kerusakan pada pintu depan maupun pintu belakang serta hanya DNA milik keempat jenazah yang teridentifikasi di lokasi kejadian.
Selanjutnya, dari hasil uji laboratorium toksikologi tidak ditemukan adanya zat-zat kimia beracun dan berbahaya pada keempat jenazah, seperti pestisida, sianida, dan obat-obatan lainnya. Namun, tim laboratorium forensik juga menemukan adanya kandungan tamoksifen pada organ Renny dan pada cairan bening di TKP.
Diketahui tamoksifen merupakan obat untuk mencegah maupun mengobati penyakit kanker payudara. Hal ini kemudian juga didukung dengan temuan tim kedokteran forensik gabungan yang menemukan kelainan pada jaringan payudara Renny.
Selain itu, pembuktian tidak adanya unsur pidana tersebut juga didukung oleh hasil temuan tim kedokteran forensik gabungan. Dari hasil autopsi ditemukan bahwa tidak ada indikasi adanya tanda-tanda kekerasan akibat suatu kejahatan pada keempat jenazah itu.
Tim kedokteran forensik menyimpulkan, keempat tersebut meninggal secara alami. Berdasarkan urutan kematiannya, Rudyanto adalah orang yang meninggal pertama akibat pendarahan pada saluran pencernaannya (awal tahun 2022). Disusul Renny yang mengidap kanker payudara (Mei 2022). Kemudian, Budyanto yang meninggal akibat serangan jantung (Oktober 2022) dan terakhir Dian akibat gangguan pernapasan (Oktober 2022).
Kami menarik mundur kehidupan empat orang itu dan mempelajari apa yang mereka pikirkan, rasakan, lakukan, serta kecenderungan perilaku dan tipologi psikologinya.
”Kami melakukan pemeriksaan luar dan dalam dengan menggunakan cahaya biru, cahaya merah, dan cahaya inframerah. Hal itu dilakukan untuk mencari petunjuk luka-luka atau kekerasan yang tidak tampak dari luar karena tubuh jenazah telah mengalami proses pembusukan,” ujar Ade Firmansyah Sugiarto, dokter forensik.
Dari jenazah Dian dan Budianto, tim kedokteran forensik menemukan adanya feses. Secara umum, feses pada tubuh manusia akan terbuang paling lama tiga hari setelah makan.
”Ditemukannya karbohidrat dan serat-serat melalui analisis feses pada jenazah Budyanto dan Dian, itu sudah menyingkirkan asumsi mereka berdua meninggal karena kelaparan,” ujar Asri M Pralebda, dokter forensik.
Selanjutnya, Ketua Umum Psikologi Forensik Reni Kusumawardhani mengatakan, hasil autopsi psikologi dari keempat orang tersebut mengarah pada kematian natural atau kematian wajar. Hal itu karena tim psikolog forensik tidak menemukan data dan indikator yang mengarah pada kecenderungan bunuh diri, kematian tidak wajar, maupun kecelakaan.
Berbeda dengan autopsi kedokteran forensik, lanjut Reni, autopsi psikologi forensik mengidentifikasi kemungkinan terbesar kematian seseorang melalui penelusuran latar belakangnya. Penelusuran tersebut dilakukan dengan mengumpulkan data melalui orang-orang terdekat, barang bukti, dan kondisi TKP.
”Kami menarik mundur kehidupan empat orang itu dan mempelajari apa yang mereka pikirkan, rasakan, lakukan, serta kecenderungan perilaku dan tipologi psikologinya,” tutur Reni.
Profil kepribadian pada Rudyanto, misalnya, diketahui ia bersikap pasrah atas kondisi fisiknya yang renta dan cenderung mengikuti keputusan anggota keluarga yang lain. Setelah meninggal, salah satu faktor Rudianto tidak dimakamkan adalah keterbatasan ekonomi.
”Sebagai orang kepribadian yang ingin tampil baik dan unggul, ekspektasi Renny untuk pemakaman suaminya yang layak tidak terwujud karena keterbatasan dana. Di sisi lain, perilaku keluarga tersebut yang menutup diri dari kerabat mengakibatkan adanya rasa sungkan untuk meminta bantuan,” lanjut Reni.
Sebelumnya, Hengki mengungkapkan, terdapat barang-barang yang diduga dipakai untuk mempraktikkan ritual di dalam rumah berupa kain mantra, kemenyan, dan tulisan berisi syarat ritual. Secara tersirat, Hengki juga menyebut, terdapat buku-buku ajaran lintas agama.
”Budyanto cenderung dominan dan memiliki sikap yang positif terhadap ritual-ritual tertentu,” ujar Hengki (Kompas.id, 5/12/2022).
Namun, hal itu terbantahkan melalui keterangan Jamhari, pakar sosiologi agama. Jamhari mengatakan, sikap tertutup keluarga tersebut bukanlah hal yang baru karena bisa jadi didukung oleh situasi pandemi. Menurut Jamhari, buku-buku agama yang ditemukan merupakan buku ajaran agama Kristen, Islam, dan Buddha yang bisa ditemui di toko-toko buku.
Selanjutnya, dugaan adanya mantra atau ritual tertentu, Jamhari menjelaskan, kertas yang ditemukan memuat huruf Arab dan merupakan ayat-ayat Al Quran. Terkait Budyanto, lanjut Jamhari, diketahui dirinya memercayai hal yang berbau klenik dan kedukunan sejak mahasiswa.
Dari bacaan dan barang bukti, mereka adalah orang-orang wajar dan normal yang mungkin saja ingin mendapatkan kesembuhan atau masalah yang lain, seperti mencari jodoh. Kesimpulannya, mereka orang normal yang bisa meninggal karena penyakit dan lain-lain.