Faktor Psikososial di Balik Kematian Sekeluarga di Kalideres
Faktor psikososial karena telah lama menarik diri dari keluarga terdekat dan tetangga membuat mereka meninggal satu per satu tanpa diketahui orang lain.
Oleh
ERIKA KURNIA
·5 menit baca
KOMPAS/ERIKA KURNIA
Tim gabungan melakukan olah tempat kejadian perkara empat anggota keluarga yang meninggal secara misterius di Kompleks Citra Garden I, Kalideres, Jakarta Barat, Rabu (16/11/2022).
Polisi telah menyimpulkan bahwa empat anggota keluarga di Kalideres, Jakarta Barat, meninggal secara wajar, tetapi dalam kondisi tidak wajar. Faktor psikososial karena telah lama menarik diri dari keluarga terdekat dan tetangga membuat mereka meninggal satu per satu tanpa diketahui orang lain.
Direktorat Kriminal Umum Kepolisian Daerah Metro Jaya memutuskan mengakhiri penyelidikan kasus ditemukannya satu keluarga yang meninggal di Kompleks Citra Garden I pada Kamis (10/11/2022) itu. Keputusan diambil setelah pihak kepolisian menyelidiki kasus bersama ahli kedokteran, digital, dan psikologi forensik hingga sosiolog agama selama lebih dari 500 jam.
”Tidak ditemukan peristiwa pidana. Kasus ini akan kami hentikan penyelidikannya. Hasil penyelidikan kami yang sangat detail dengan scientific crime investigation adalah kematian wajar dalam kondisi tidak wajar,” kata Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar Hengki Hariyadi dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (9/12/2022).
Hengki menegaskan bahwa kematian Rudyanto Gunawan (71), Renny Margaretha (68), Dian Febbyana Apsari (42), dan Budyanto Gunawan (68) tidak melibatkan pihak luar. Mereka juga tidak meninggal karena motif pembunuhan atau bunuh diri. Hal ini terungkap dari kesimpulan para ahli di setiap disiplin ilmu.
KOMPAS/ERIKA KURNIA
Konferensi pers akhir kesimpulan penyelidikan kematian empat anggota keluarga di Kalideres, Jumat (9/12/2022), di Polda Metro Jaya, Jakarta.
Kepala Bidang Kimia Biologi Forensik Komisaris Besar Wahyu Marsudi memaparkan, di rumah mereka hanya ditemukan DNA keempat orang itu dan tidak ada kerusakan yang mengarah pada gangguan dan keterlibatan pihak luar.
"Dari sisi toksikologi, koordinasi dengan rekan-rekan forensik yang memeriksa organ tubuh tidak menemukan bahan beracun dan berbahaya dari tubuh setiap korban," katanya.
Namun demikian, mereka menemukan kandungan obat Tamoxifen, yang dikenal sebagai obat kanker payudara, di hati Renny Margaretha dan cairan bening di rumah itu. Renny pun diyakini meninggal wajar karena penyakitnya yang tidak terkontrol.
Ahli forensik juga menyimpulkan kematian wajar pada anggota keluarga lainnya. Rudyanto, suami Renny, yang ditemukan meninggal di kamar belakang rumah, mengalami perdarahan saluran cerna.
FAKHRI FADLURROHMAN
Keterangan penyebab kematian ditampilkan di layar monitor saat jumpa pers untuk merilis hasil penyelidikan kematian satu keluarga di Kalideres di gedung Ditreskrimum Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Jumat (9/12/2022).
Lalu, pada jasad adik Rudyanto, yakni Budyanto, ditemukan riwayat serangan jantung baru dan lama. Sedangkan pada Dian, anak dari pasangan Rudyanto dan Renny ada masalah kronik di paru-paru. Pada jasad Budyanto dan Dian, masih ditemukan kotoran atau feses. Artinya, mereka berdua sempat mengonsumsi makanan tiga hari sebelum mereka meninggal.
"Rudyanto punya penyakit saluran cerna, Renny kanker payudara, Budyanto serangan jantung baru, dan Dian gangguan pernapasan. Tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan. Analisa feses menyingkirkan asumsi mereka meninggal kelaparan," kata Dokter Spesialis Forensik RS Polri, Asri Megaratri Pralebda.
Urutan kematian diduga berawal dari Rudyanto, disusul Renny, Budyanto, dan Dian. Rudyanto diperkirakan meninggal awal tahun ini karena tetangga dekat mereka sempat terganggu dengan bau bangkai.
Renny menyusul pada Mei berdasarkan keterangan saksi petugas koperasi yang melihat langsung saat hendak memproses penjualan rumah keluarga itu. Adapun Budyanto diperkirakan meninggal pada Oktober. Dugaan ini dipelajari psikolog forensik dari penandaan salah satu kalender di dalam rumah.
Penghasilan mereka tidak tetap. Lalu, ada kecenderungan mengasingkan diri selama 20 tahun, sama keluarga besar jadi sungkan minta pertolongan
FAKHRI FADLURROHMAN
Dokter Forensik Rumah Sakit Polri Asri M Pralebda menjelaskan kematian satu keluarga di Kalideres saat jumpa pers di gedung Ditreskrimum Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Jumat (9/12/2022).
Faktor psikososial
Masalah sosial pun menjadi terduga penyebab keluarga itu membiarkan kematian mereka tidak diketahui orang lain. Hal ini dikemukakan Ketua Umum Asosiasi Psikologi Forensik (Apsifor) Reni Kusumowardhani yang bersama timnya yang mendalami aspek perilaku dan riwayat hidup keempat orang ini.
Reni memastikan keempat orang ini tidak memiliki motivasi untuk bunuh diri. Masing-masing dari mereka memiliki upaya untuk menjaga kesehatan dan mempertahankan hidup, namun hal itu dilakukan dalam keterbatasan keuangan dan sosial.
"Dengan kondisi keuangan menipis, keberadaan mayat Rudy membuat Budyanto dan Dian sulit membuka ke keluarga. Begitu juga pasca kematian Renny. Ada situasi penolakan dari Dian yang membangun keyakinan seolah-olah ibunya masih hidup," ungkap Reni.
Keluarga itu memang dihadapkan dengan situasi keuangan sulit. Ini setidaknya dilihat dari catatan tabungan terakhir pada Januari yang dikeluarkan untuk pengobatan keluarga. Di sisi lain, karakter Renny dipelajari memiliki karakter ingin selalu tampil unggul, tetapi ekspektasinya tidak terpenuhi kemampuan keluarganya.
FAKHRI FADLURROHMAN
Ketua Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia Reni Kusumowardhani menjelaskan penyebab kematian misterius satu keluarga di Kalideres di gedung Ditreskrimum Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Jumat (9/12/2022).
Dian yang diketahui masih lajang juga tidak memiliki pekerjaan, berbeda dengan Budyanto yang pernah tercatat bekerja di perusahaan keuangan.
"Penghasilan mereka tidak tetap. Lalu, ada kecenderungan mengasingkan diri selama 20 tahun, sama keluarga besar jadi sungkan minta pertolongan," lanjutnya.
Diberitakan sebelumnya, adik Renny, Ris Astuti mengakui adanya kerenggangan hubungan berkeluarga mereka. Renny yang dikenal berkecukupan dan tidak pernah mengeluhkan masalah ekonomi memang sudah lama tidak berkomunikasi dengan keluarga besarnya (Kompas.id, 12/11/2022).
Psikolog menemukan alasan lain dari kerenggangan hubungan itu. Keluarga besar mereka segan berhubungan karena Budyanto yang punya kepercayaan tidak lazim sejak masih bersekolah. Ini dikuatkan dengan temuan buku-buku berbagai agama hingga rajah berisi potongan ayat Al-Quran.
Sosiolog Agama Jamhari hadir dalam jumpa pers untuk merilis hasil penyelidikan kematian satu keluarga di Kalideres di gedung Ditreskrimum Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Jumat (9/12/2022).
Dijelaskan Sosiolog Agama, Jamhari, yang hadir pada kesempatan sama, temuan itu tidak mengarah pada adanya ritual dan kepercayaan pada sekte tertentu.
"Potongan ayat yang ditemukan antara lain Surat Yusuf, yang biasa dipakai untuk dapat kharisma, aura, untuk lancarkan jodoh. Ada ayat yang biasa dipakai untuk cari kesejahteraan atau kekuatan batin dalam mengarungi hidup. Sesuai temuan psikolog, Budyanto ada kecenderungan percaya klenik. Tapi temuannya tadi bukan hal aneh," kata Jamhari.
Kepedulian lebih penting, walau enggak mudah. Makanya, kita perlu kembali lagi jadi manusia, selama ini kita lupa bahwa manusia itu salah satunya bersosial.
Pelajaran
Bagi Reni, kasus ini menjadi pembelajaran untuk masyarakat. Masyarakat perlu lebih meningkatkan kepedulian dan kewaspadaan jika mengetahui ada kerabat atau tetangga mereka yang menutup diri dan tidak ada kabar. Ini menurutnya menjadi tantangan bagi masyarakat di perkotaan besar.
"Kepedulian lebih penting, walau enggak mudah. Makanya, kita perlu kembali lagi jadi manusia, selama ini kita lupa bahwa manusia itu salah satunya bersosial. Selain keluarga, lingkungan terdekat juga tetangga, RT, dasawisma, itu kalau bisa aktif," pesannya.
Kepedulian dengan orang terdekat juga perlu kembali ditingkatkan pasca pandemi membuat masyarakat berjarak secara sosial. "Banyak kebiasaan masyarakat kita saat ini mulai longgar kedekatannya. Saya enggak bisa menyalahkan, tapi perlu ada awareness untuk masing-masing untuk punya tanggung jawab sosial," kata Reni.