Operator Rapikan Kabel Utilitas di Jalan yang Dilalui Delegasi KTT ASEAN
Apjatel merapikan kabel udara yang semrawut di sepanjang 24 kilometer dari Jalan Halim Perdanakusuma, Jakarta hingga Jalan Gatot Subroto, Jakarta Pusat.
Oleh
NASRUN KATINGKA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Asosiasi Penyelenggara Jaringan Telekomunikasi atau Apjatel Jabodetabek merapikan kabel utilitas di sekitar jalan protokol Jakarta yang akan dilalui delegasi Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN. Perapian dilakukan di sepanjang jalan Gatot Subroto, Jakarta Pusat, hingga Jalan Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.
Menurut rencana, KTT Ke-43 ASEAN akan dilaksanakan di enam lokasi dengan kegiatan utama KTT berada Hotel St Regis, Sekretariat Jenderal ASEAN, Balai Sidang Jakarta (Jakarta Convention Center), Taman Pelataran Gelora Bung Karno (GBK), Hotel Sultan, serta Istana Merdeka pada 5-7 September 2023. Ketua Apjatel Jabodetabek Anton F Belnis mengatakan, pihaknya menargetkan perapian bisa selesai akhir pekan ini untuk merapikan kabel yang mengendur di sepanjang jalan protokol yang akan dilalui tamu delegasi.
”Perapian ini kami lakukan sebagai bentuk tanggung jawab kami pada kabel yang semrawut, sekaligus menjaga citra Jakarta di mata para tamu delegasi saat KTT ASEAN nanti. Pemprov DKI merapikan di kawasan lain, kami juga merapikan di sejumlah titik berdasarkan pantauan kami,” kata Anton, saat memulai perapian di kawasan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Gelora, Jakarta Pusat, Sabtu (2/9/2023).
Sabtu sejak pukul 10.00, puluhan anggota Apjatel Jabodetabek mulai berkumpul di Jalan Palmerah Timur samping Gedung Manggala Wanabakti KLHK. Tampak di sepanjang jalan tersebut kabel-kabel yang melintang mengendur 1-2 meter ke bawah. Selain itu, sejumlah tiang penyangga kabel-kabel tersebut miring dan nyaris ambruk.
Anton menyebut, pihaknya akan merapikan kabel-kabel tersebut dengan cara diikat (grouping) di sepanjang 24 kilometer. Perapian ini akan meliputi kabel yang melintang di satu sisi serta yang berlawanan sisi (crossing) di Jalan Gatot Subroto, Jalan MT Haryono, dan Jalan Halim Perdana Kusuma.
”Pengerjaan dilakukan saat akhir pekan, saat jalan sedikit lengang diharapkan berjalan lancar serta tidak signifikan mengganggu aktivitas masyarakat yang melintas,” ucapnya.
Perapian ini kami lakukan sebagai bentuk tanggung jawab kami pada kabel yang semrawut, sekaligus menjaga citra Jakarta di mata para tamu delegasi saat KTT ASEAN nanti.
Koordinator Wilayah Apjatel Jabodetabek Valian Davisi menargetkan perapian ini bisa diselesaikan dalam 1-2 hari. Menurut dia, perapian bisa tuntas sesuai rencana karena sebelumnya telah memetakan lokasi-lokasi dan kondisi dari kabel utilitas tersebut.
Dia menyebut, kesulitan kemungkinan terjadi di sejumlah persimpangan jalan. Ada sejumlah persilangan kabel utilitas yang semrawut di persimpangan jalan. ”Dengan keadaan seperti ini, jalan harus sedikit tersendat, tetapi kami pastikan tidak akan lama karena perapiannya cukup cepat,” ujar Valian.
Perapian penuh setelah KTT
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Bina Marga Provinsi DKI Jakarta Heru Suwondo menargetkan relokasi kabel ke bawah tanah secara penuh akan dimulai pasca-KTT ASEAN. Pada tahap awal, perapian akan lebih banyak menyasar kabel yang terpasang melintasi satu sisi jalan ke sisi jalan lainnya.
Apjatel bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika sedang merumuskan aturan komprehensif mengenai perhitungan biaya sewa sarana jaringan utilitas terpadu (SJUT). Aturan ini nantinya bersifat nasional dan diharapkan bisa memberikan kepastian harga agar tidak membebani operator internet dan juga pelanggan (Kompas.id, 15/8/2023).
Adapun, hingga saat ini Apjatel masih berkoordinasi dengan Pemprov DKI dalam memastikan ketersediaan SJUT di beberapa ruas jalan. Anton berharap kesepakatan antara operator dan perwakilan Pemprov DKI bisa berjalan lancar sehingga perapian bisa tuntas pada Oktober 2023.
Anton mengatakan, pihaknya telah memetakan sejumlah ruas jalan, khususnya persimpangan yang memiliki banyak kabel dari operator. ”Biasanya di persimpangan kabel memang banyak. Di persimpangan Tomang, misalnya, di situ bisa ada lebih dari 20 operator,” ujarnya.