Eksistensi ”Citayam Fashion Week” Mengendap di Dukuh Atas
Eksistensi ”Citayam Fashion Week” mengendap dan menjadikan Dukuh Atas ruang terbuka publik asyik untuk nongkrong, berfoto, dan rehat sejenak usai pulang beraktivitas. Sesekali ”fashion show” jalanan pun masih digelar.
Fenomena Citayam Fashion Week atau CFW yang sempat menghebohkan kawasan Stasiun MRT Dukuh Atas, Jakarta Pusat, kini berangsur ditinggalkan. Jalanan yang biasanya dihiasi remaja dengan pakaian-pakaian unik itu kini lebih banyak dilewati para pekerja kantoran di hari-hari kerja.
Namun, bukan berarti area itu ditinggalkan publik. Di akhir pekan atau hari libur, ruang yang terhubung dengan berbagai moda angkutan umum massal di jantung Ibu Kota itu tetap menjadi tempat asyik untuk melewatkan waktu barang sejenak.
Pada tahun 2022, kawasan Dukuh Atas sempat menarik perhatian remaja dan masyarakat dari berbagai kalangan di penjuru Jabodetabek. Tak hanya para remaja Sawangan, Citayam, Bojonggede, dan Depok atau dikenal dengan singkatan SCBD dan warga sekitar Jakarta yang bergiliran datang, sejumlah figur publik pun berdatangan untuk sekadar mencari popularitas.
Kala itu, ruang publik yang dilengkapi taman hingga terowongan Kendal yang ikonik dengan muralnya tersebut menjadi tujuan mudah lagi murah bagi orang dari sekitar Ibu Kota. Mereka menikmati waktu, nongkrong, dan berekspresi lewat baju yang dikenakan hingga bermain skateboard. Kegiatan mereka lantas viral berkat unggahan di media sosial. Hal tersebut menarik para pesohor dari artis, model, pemengaruh, sampai setingkat menteri dan pejabat negara maupun di lingkungan DKI Jakarta berdatangan ke sana.
Julukan ”Harajuku Indonesia” pun sempat disematkan karena menyejajarkan fenomena CFW dengan Harajuku di Jepang. Kawasan Harajuku berdekatan dengan Shinjuku dan Shibuya sebagai pusat Tokyo menjadi tempat berekspresi kaum muda di sana sejak setidaknya tahun 1980-an sampai sekarang. Harajuku pun berubah menjadi pusat mode Tokyo juga dunia. Namun, seiring waktu, CFW lebih cepat memudar. Hanya segelintir orang tertentu ”aktivis” mode di CFW yang hingga kini meraih popularitas di dunia maya.
Baca juga: Niat Baik Menjaga Semangat Kaum Muda di Dukuh Atas
Jumat (11/8/2023) sore, zebra cross ikonik yang biasanya menjadi tempat catwalk remaja untuk berlenggak-lenggok bak model dengan pakaian nyentriknya itu tampak lengang. Kini, kawasan tersebut banyak dipenuhi para pekerja Ibu Kota yang berlalu lalang.
Meski keberadaan remaja CFW tidak terlihat lagi, kawasan Dukuh Atas masih menjadi tempat singgah bagi sejumlah masyarakat untuk sekadar duduk santai dan menikmati langit sore. Salah satu warga Jakarta Pusat yang sering melewati dan singgah di kawasan tersebut ialah Danela Hermawan (21).
Danela mengatakan merasa nyaman untuk berhenti sejenak di kawasan Stasiun MRT Dukuh Atas karena lokasinya sangat strategis. Di sekitar Stasiun MRT Dukuh Atas terdapat gedung perkantoran, restoran, kafe, minimarket, hingga taman. Lokasinya juga dekat dengan Stasiun Sudirman dan Stasiun BNI City.
Menjadi salah satu tempat favoritnya untuk singgah, Danela mengatakan tak apa jika para remaja CFW kembali meramaikan kawasan Dukuh Atas. Asalkan, mereka selalu menaati peraturan yang berlaku, seperti tidak membuat kerusuhan, membuang sampah pada tempatnya, dan tidak menyebabkan kemacetan.
Warga Jakarta Pusat lainnya, Heru Widyanto (26), merasa eksistensi CFW masih tersisa. Ia masih melihat banyak warga yang berdatangan untuk sekadar foto, bahkan menjadikan Dukuh Atas sebagai tempat untuk foto prewedding.
”Tempat ini akan selalu dikunjungi masyarakat, entah banyak atau sedikit. Selain di sini fasilitasnya komplet, banyak spot yang memang bagus untuk diabadikan,” kata Heru.
Baca juga: Dinilai Tak Paham, Pemerintah Berniat Pindahkan Lokasi ”Citayam Fashion Week”
Selain ditunjang mudahnya transportasi publik, adanya pedagang makanan keliling turut membuat kawasan tersebut ramai. Pedagang makanan di kawasan Dukuh Atas, Riyanto (43), mengatakan, tertarik untuk berdagang di setelah mendengar berita viralnya CFW. Meski tempat tersebut saat ini tak seramai saat Bonge dan kawan-kawan masih eksis, Riyanto masih menjadikan kawasan Dukuh Atas sebagai tempat meraup rupiah.
”Dulu, penghasilan saya bisa tiga kali lipat lebih banyak dari sekarang karena banyak anak muda yang ke sini dari pagi hingga malam. Tempat ini sekarang memang masih ramai, tetapi kebanyakan dari mereka hanya melewati kawasan ini saja tanpa berhenti,” ujar Riyanto.
Akhir Juli kemarin mereka mengadakan fashion show kembali di zebra cross ikonik itu. Masih dengan gaya busana yang menurut kebanyakan orang nyentrik itu (Aliyyah)
Dirindukan
Fenomena CFW yang dulu sempat menimbulkan pro dan kontra dari publik itu ternyata kini diam-diam dirindukan oleh sebagian warga. Menurut warga Kebon Kacang, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Aliyyah Anugrahani (24), CFW merupakan wadah untuk menyalurkan aspirasi. Keberadaan anak CFW juga memberi warna yang berbeda, terutama berekspresi dalam berbusana.
Aliyyah mengatakan, beberapa anak CFW sesekali masih terlihat di sekitar Dukuh Atas. Khususnya saat hari libur atau akhir pekan. Meski tidak memperagakan busana nyentrik dengan menyeberangi zebra cross, mereka hadir untuk sekadar berkumpul dan duduk bersama.
”Akhir Juli kemarin mereka mengadakan fashion show kembali di zebra cross ikonik itu. Masih dengan gaya busana yang menurut kebanyakan orang nyentrik itu,” tutur Aliyyah.
Baca juga: ”Citayam Fashion Week”, Kembalinya Kota untuk Warga
Hal senada dikatakan warga Jakarta Utara, Rara (16). Rara bersama beberapa temannya datang untuk sekadar berfoto dan menikmati sore di Dukuh Atas. Namun, ia mengaku masih sering mengunjungi kawasan Dukuh Atas dengan harapan bisa bertemu para penggagas CFW.
”Kami tahu tempat ini dari mereka (geng CWF). Kami ingin melihat mereka kembali meramaikan tempat ini,” kata Rara.
Pentingnya keberadaan CFW di Dukuh Atas sebelumnya diutarakan Abdul Sofi Al’ail atau Ale. Pria lulusan sekolah menengah kejuruan ini mengaku, CFW tercipta dari karya konten-konten yang ia buat sejak akhir 2019.
Saat itu, Ale berpakaian eksentrik dan berjalan melintas zebra cross sebagai panggung catwalk-nya. Konsistensi Ale membuatnya menjadi pusat perhatian, baik di Dukuh Atas dan media sosial. Dari situ CFW kemudian mengundang banyak anak-anak muda untuk datang.
”Aku ingin ada sebuah karya dengan konsep dan lokasinya di ruang publik. Aku ingin ini bisa menjadi street art performance dan dikenal luas di Indonesia bahkan dunia. Kita di sini membangun dari dasar niat baik. Saya akan tetap main, buat konten, agar CFW di Dukuh Atas tidak kehilangan semangatnya dan dilupakan. Ini harus tetap terpelihara,” ujar Ale (Kompas.id, 27 Agustus 2022).
Dari akun Instagram pribadinya, Ale yang kini berusia sekitar 20 tahun pun sampai sekarang masih mengunggah beberapa kegiatannya mengusung CFW di Dukuh Atas.
Pentingnya ruang publik
Menurut pengamat tata kota, Nirnowo Yoga, pemerintah daerah di Jabodetabek harus melihat pentingnya ruang publik bagi anak-anak muda dan keluarga. Menurut dia, ruang publik bukan sekadar ruang berkumpul saja, tetapi juga bisa menjadi tempat aman dari pengaruh buruk.
Nirwono mengatakan, munculnya CFW tahun lalu menjadi bukti bahwa kehadiran ruang publik menjadi wadah untuk mengekspresikan diri dan mengembangkan potensi. Setidaknya, kebutuhan ruang terbuka hijau di Jakarta harus mencapai angka 30 persen.
”Ruang publik begitu penting. Oleh sebab itu, rasa aman di ruang publik pun harus dijaga oleh pemerintah,” ujar Nirwono.
Baca juga: Memaknai Liburan ”Citayam Fashion Week”
Menanggapi sepinya aksi pamer fashion yang sempat heboh itu, pengamat sosial dari Universitas Indonesia, Devie Rahmawati, menyebutkan, ada dua faktor menjadi penyebab sepinya kawasan Dukuh Atas belakangan ini.
Pertama, adanya pelarangan menggunakan fasilitas publik untuk memamerkan fashion. Kemudian, faktor kedua, ketenaran CFW di ranah digital yang sudah tidak sepopuler beberapa waktu lalu.
Sebelumnya, Ahmad Riza Patria, yang pada 2022 itu masih menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta, memastikan kegiatan CFW tidak dilarang dan inovasi kreativitas anak-anak muda itu perlu diapresiasi. Namun, aktivitas di Dukuh Atas harus sesuai aturan dengan tidak menggelar fashion show di jalanan atau zebra cross.
Menurut Riza, penggunaan zebra cross wajib memperhatikan keselamatan dan kelancaran lalu lintas. Sebab, zebra cross merupakan sarana lalu lintas untuk penyeberangan pejalan kaki. Ia juga mengingatkan aktivitas di Dukuh Atas agar tidak dilakukan hingga larut malam. Belajar tetap harus menjadi prioritas anak-anak dan remaja.