Ditargetkan Beroperasi di 2026, Sejumlah Tantangan Dihadapi LRT Jakarta 1 B
Proyek LRT Jakarta 1B masih dalam proses tender pengadaan jasa konstruksi. Secara teknis, ada sejumlah tantangan yang dihadapi dalam membangun proyek strategis nasional ini.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui PT Jakarta Propertindo segera melanjutkan pembangunan LRT Jakarta, khususnya fase 1B dari Velodrome ke Manggarai. Sejumlah tantangan teknis menghadang pembangunan trase 1B yang direncanakan berlangsung 36 bulan dan ditargetkan beroperasi pada 2026 itu.
Ketua Komisi B bidang Perekonomian DPRD DKI Jakarta Ismail, Rabu (9/8/2023), menjelaskan, pekan lalu Komisi B melakukan kunjungan ke lokasi yang akan menjadi titik kelanjutan LRT Jakarta, tepatnya di Stasiun Velodrome. Dalam kunjungan itu, Komisi B mendapati adanya sejumlah tantangan terkait aspek teknis konstruksi.
”Ada beberapa titik krusial yang sudah dipetakan dan beberapa potensi masalahnya,” kata Ismail.
Tantangan pertama adalah terkait lengkungan dari Velodrome ke Jalan Pemuda. Dari Velodrome, track lintasan akan berbelok ke kanan untuk masuk Jalan Pemuda.
”Pada lengkungan ini, kami sampaikan supaya LRT Jakarta belajar dari LRT Jabodebek supaya longspan atau track lengkungnya tidak bermasalah,” kata Ismail.
Dalam paparan, menurut Ismail, PT Jakarta Propertindo menjelaskan, lengkungan dari Velodrome ke Jalan Pemuda tidak akan bermasalah karena ada sedikit perbedaan teknologi dengan LRT Jabodebek, utamanya pada roda keretanya.
”Jenis kereta yang dipakai LRT Jabodebek dengan yang dipakai LRT Jakarta itu berbeda. Roda di kereta LRT Jakarta memungkinkan untuk bermanuver di sudut yang sempit,” ujar Ismail.
Tantangan lain yang akan dihadapai tim konstruksi LRT Jakarta, menurut Ismail, adalah area yang menyempit di kawasan Manggarai. Untuk itu, perlu ada teknologi konstruksi.
Selain itu, juga adanya terowongan Matraman dan Jalan Layang Pramuka. Itu nantinya membuat ketinggian konstruksi LRT Jakarta mesti disesuaikan dengan infrastruktur eksisting.
Direktur Utama PT Jakarta Propertindo (Jakpro) Iwan Takwin menjelaskan, proyek LRT Jakarta akan dikerjakan dalam 36 bulan. Diperkirakan lintasan layanan sepanjang 6,2 kilometer dengan lima stasiun tersebut akan mulai bisa beroperasi Juni 2026.
Iwan juga mengatakan, pembangunan LRT Jakarta dari Velodrome menuju Manggarai memiliki kesulitan konstruksi yang tinggi. Selain akan ada lengkungan ke kanan dari Velodrome ke Jalan Pemuda Rawamangun, lintasan LRT Jakarta juga bertemu dengan simpang Matraman yang padat serta jalan tol layang.
”Dalam tahapan sampai sekarang itu melakukan analisis engineering yang betul-betul supaya tidak ada mis dalam konstruksinya. Kita dalam membangun ini juga harus safety bagi orang berkegiatan di sekitar,” ujarnya.
Meski dirancang beroperasi sepenuhnya pada Juni 2026, dalam penahapan pekerjaan yang dirancang Jakpro, untuk target terdekat pada 2024 diharapkan jalur LRT telah terbangun sampai Pramuka. Dengan begitu, Jakpro bisa melakukan uji coba parsial.
Simultan dengan pekerjaan konstruksi, Jakpro juga akan melakukan pengadaan kereta dan sistem perkeretaapian. Dengan konstruksi sampai Pramuka di 2024, Jakpro akan bisa melakukan pengujian kereta, juga menguji keandalan sistem.
Manuara Siahaan, anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta, mengatakan, dengan tantangan konstruksi yang tinggi, Jakpro memang sedang menyusun analisis mengenai dampak lingkungan (amdal). Amdal lalu lintas untuk setiap stasiun di trase 1B tersebut tengah disusun.
”Berbarengan dengan amdal lalin itu, Jakpro melakukan sosialisasi kepada masyarakat atau pemilik gedung atau pemilik rumah atau pemilik usaha di kiri kanan trase yang terdampak proyek LRT Jakarta,” ujar Siahaan.
Upaya sosialisasi itu sudah dilakukan pada Agustus ini. Selanjutnya, akan berlangsung lagi pada September dan Oktober. ”Masyarakat mesti berperan serta. Aspirasi masyarakat mesti ditampung supaya pembangunan LRT Jakarta lancar,” kata Siahaan.