Pembangunan LRT Jakarta Fase 1B dari Velodrome ke Manggarai ditargetkan tuntas pada 2024. PT Jakpro sebagai BUMD yang mendapat penugasan membangun diingatkan agar tidak kejar tayang dan perhatikan keselamatan konstruksi.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebagai proyek lanjutan dari fase 1 yang sudah beroperasi, pembangunan LRT Jakarta Fase 1B dari Velodrome ke Manggarai memang ditunggu-tunggu. Namun, pengamat mengingatkan PT Jakarta Propertindo atau Jakpro sebagai BUMD DKI Jakarta yang mendapat penugasan untuk ”tidak kejar tayang” meski LRT 1B merupakan proyek strategis nasional serta memiliki perencanaan dan kajian matang.
Pengamat perkotaan dari Pusat Studi Perkotaan, Nirwono Joga, Senin (19/6/2023), menjelaskan, untuk pembangunan LRT Jakarta Fase 1B, ada sejumlah catatan. Nirwono menilai, pembangunan LRT Jakarta tetap memerlukan kajian yang matang.
Kajian pertama terkait penumpang. ”Apakah trase dari Velodrome ke Manggarai betul-betul membantu ke arah timur ke stasiun Manggarai sehingga secara bisnis juga menguntungkan dibandingkan dengan yang sudah ada sekarang, yang ke Kelapa Gading? Jangan sampai mengulangi kesalahan yang sama,” katanya.
Nirwono melanjutkan, itu pertanyaan yang mendasar karena berkaitan dengan integrasi antarmoda. Begitu sampai Manggarai, penumpang akan bisa melanjutkan perjalanan ke mana saja. ”LRT Jakarta 1 B ini arahnya ke tengah kota. Ini juga penting ditindaklanjuti, sebetulnya pengguna utama Velodrome-Manggarai ini siapa, itu baru penumpang,” ujarnya.
Kajian kedua terkait daerah-daerah yang akan dilewati LRT Jakarta akan mendapatkan manfaat apa saja. ”Beberapa stasiun yang akan menjadi titik pemberhentian LRT Velodrome-Manggarai harus mampu mendorong pertumbuhan ekonomi, utamanya di sekitarnya,” kata Nirwono.
Ketiga, ia menyoroti soal pembebasan lahan. Titik pemberhentian pasti akan menggunakan lahan. ”Ini penting. Apa sudah ada konsolidasi lahan, apa sudah ada sosialisasi terhadap daerah terdampak? Itu perlu sosialisasi dengan waktu yang panjang,” ujarnya.
Sosialisasi kepada masyarakat terkait trase perlu. Belum lagi selama pembangunan akan ada dampak kepada lalu lintas, udara, kebisingan. ”Ini perlu disosialisasikan supaya masyarakat terdampak bisa mengatur waktu perjalanannya sepanjang pelaksanaan konstruksi,” kata Nirwono.
Ketua Forum Transportasi Jalan dan Perkeretaapian Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Aditya Dwi Laksana juga mengingatkan, bila dicermati, trase LRT Jakarta Fase 1B jauh lebih kompleks dibandingkan dengan trase fase 1 dari Velodrome ke Kelapa Gading. Tingkat kepadatan mobilitas dan lalu lintas di trase Velodrome ke Manggarai itu berbeda dengan tingkat kepadatan mobilitas dan lalu lintas di trase Velodrome ke Kelapa Gading.
Kalau dari Velodrome ke Kelapa Gading, jalur tengahnya tersedia memadai. Antara Velodrome dan Kelapa Gading ada satu flyover saja. ”Itu saja obstacle-nya,” kata Aditya.
Di Fase 1B dari Velodrome ke Manggarai, menurut Aditya, obstacle atau hambatan cukup banyak. Dimulai dari kepadatan di Jalan Pramuka, Jalan Pemuda, Tambak, lalu ada flyover dan underpass di Matraman, juga ada by pass di Jalan Pemuda.
”Kemudian di Manggarai lahannya belum disiapkan. Kalau sudah disiapkan, integrasinya juga harus disiapkan. Dengan demikian, menurut saya, dari analisis dampak lalu lintas, juga rekayasa dan manajemen rekayasa lalu lintas, ini nanti jauh lebih kompleks,” kata Aditya.
Dengan kompleksitas yang disebutkan Aditya, ia meminta PT Jakarta Propertindo tidak kejar tayang dalam pembangunan Fase 1B. ”Yang paling penting adalah kajian dan perencanaannya, amdal lalinnya, manajemen dan rekayasa lalu lintasnya,” kata Aditya.
Ia meminta Jakpro belajar pada MRT Jakarta terkait proses konstruksi. ”Jadi, mari belajar dari MRT, jangan sampai proyek ini dibangun terus rambu (ber)kurang, jalur pedestrian hilang, konstruksi menutupi toko atau gedung, dan tidak disediakan jalur alternatif. Kalau menghilangkan halte bus Transjakarta, ya harus memikirkan halte pengganti, apakah perlu rekayasa rute jalur Transjajarta, dan sebagainya. Serumit itu,” tutur Aditya.
Aditya menggarisbawahi, lantaran sekarang sudah di pertengahan 2023, sementara sebagai salah satu proyek strategis nasional (PSN) LRT Jakarta Fase 1B dipatok selesai di akhir 2024, ia meminta Jakpro jangan kejar tayang. ”Jangan karena dipatok, terus kejar tayang dengan tanpa kajian yang mendalam dan perencanaan yang matang. Perhatikan keselamatan konstruksi,” ujarnya.
Direktur Utama PT Jakpro Iwan Takwin dalam wawancara secara terpisah menegaskan, saat ini proses pengadaan kontraktor untuk fase 1B sedang berlangsung. Paralel dengan proses tersebut, komunikasi dan sosialisasi ke pemilik area terdampak pembangunan Fase 1B dilakukan.