Hujan Deras Diproyeksi hingga 25 Juni, Waspadai Daerah Rawan Banjir dan Longsor
Berdasarkan laporan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, wilayah DKI Jakarta dan Bogor, Jawa Barat, berpotensi hujan dari 20-25 Juni mendatang.
BOGOR, KOMPAS — Intensitas tinggi hujan sejak Minggu hingga Senin (18-19/6/2023) menyebabkan sejumlah wilayah Kota Bogor dilanda banjir dan longsor. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, memprediksi wilayah DKI Jakarta dan Bogor, Jawa Barat, berpotensi hujan dari 20-25 Juni mendatang.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Bogor, Theofilo Patrocinio Freitas mengatakan, intensitas hujan yang terus meningkat mengakibatkan banjir di sejumlah lokasi. Banjir melanda sebagian Kelurahan Cibuluh dan Tanah Baru di Bogor Utara, serta di Tegallega, Bogor Tengah.
”Tanggul penahan air sungai jebol dan melibas ke permukiman warga, (ketinggian air) sekitar 20 sentimeter dan merendam beberapa rumah di wilayah Kelurahan Tanah Baru,” kata Theo, Senin (19/6/2023).
Hujan deras juga mengakibatkan tembok penahan tanah (TPT) ambruk di wilayah RW 007, Cimahpar, Bogor Utara, serta wilayah RW 006 Kampung Ciheuleut Cibenda, Tegallega, Bogor Tengah.
Material longsor sepanjang 15 meter dan tinggi 20 meter itu menutupi aliran Kali Cilimus. Meski tak berdampak pada kerusakan rumah warga, potensi longsor susulan bisa mengancam permukiman warga yang berada tak jauh dari lokasi.
Petugas BPBD Kota Bogor sudah mengedukasi warga yang berada di sekitar lokasi tersebut untuk hati-hati dan siaga, terutama saat hujan.
Kejadian longsor juga terjadi di RW 007, Kampung Kebon Danas, Cimahpar, Bogor Utara. Sebuah TPT setinggi 10 meter dan panjang 13 meter yang berada dekat pemakaman umum tempat (TPU), ambruk.
Material longsor itu menutup aliran selokan, sehingga aliran air masuk ke rumah warga. Akibatnya, sebagian rumah warga rusak. Dari dua rumah warga yang terdampak banjir dan longsor itu itu tidak menimbulkan korban.
Tak hanya banjir dan longsor, hujan intensitas tinggi hingga Senin sore menyebabkan sejumlah pohon tumbang menimpa kendaraan dan menutup jalan seperti di Jalan Jalak Harupat, Sempur, Bogor Tengah dan di sekitar Taman Kencana, Jalan Taman Kencana, Babakan, Bogor Tengah, sehingga membuat kendaraan tak bisa melintas. Di Jalan Babakan Gunung Gede, di RW 001, Babakan, Bogor Tengah, pohon menimpa satu rumah warga.
Petugas BPBD Kota Bogor dan Dinas Pemadam Kebarakan Kota Bogor langsung menuju lokasi untuk memotong, menyingkirkan, dan membersihkan pohon agar arus kendaraan kembali lancar.
“Kami imbau agar warga tidak keluar dalam kondisi hujan deras. Juga jangan memarkir kendaraan di bawah pohon,” ujar Theo.
Baca juga: Kabupaten Bogor Mulai Dilanda Kekeringan
Banjir di Jakarta
Intensitas hujan tinggi juga mengakibatkan tinggi permukaan sungai di Jakarta naik bahkan meluap di sejumlah titik kawasan.
Seperti pada Senin (19/6/2023), sungai di sepanjang Jalan Raya Bogor, di sekitar Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, meluap hingga ke jalan raya sejak sekitar pukul 09.00. Akibatnya, lalu lintas kendaraan terganggu sampai tengah hari.
Mohamad Yohan, Kepala Pusat Data Informasi Kebencanaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPB) DKI Jakarta menyampaikan, sungai itu meluap karena mendapat limpahan air dari daerah Bogor dan Depok, Jawa Barat. Daerah itu, menurut laporan Badan Klimatologi Meteorologi dan Geofisika (BMKG), hujan sejak tengah malam hingga pagi hari.
”Sungai di daerah Jakarta Timur mendapat air kiriman dari kawasan di atasnya. Bogor, baik kabupaten dan kota, juga Depok hujan sejak malam hari,” katanya saat melalui wawancara telepon.
Volume dan debit air tinggi yang mengalir ke sungai di Jakarta Timur itu membuat ketinggian air di Pintu Air Kali Baru, Cililitan, Jakarta Timur, sampai melebihi tinggi normal, yaitu 60-80 sentimeter.
Permukaan air sungai tersebut juga terpantau masih tinggi pasca hujan beberapa jam hingga Senin sore di Jakarta, ditambah potensi kilat dan petir. BPBD menerima informasi, hujan yang turun sampai pukul 15.00 sore membuat satu RT di Jakarta Timur tergenang.
”Dari info BMKG, sampai pukul lima sore ini, Jakarta masih akan hujan dengan intensitas sedang dan tinggi,” lanjut Yohan.
Untuk memitigasi potensi bencana air akibat hujan dan kenaikan air sungai, BPBD tetap menyiapkan pasukan Tim Reaksi Cepat di 267 kelurahan di Jakarta. Mereka bertugas untuk bergerak sesuai prediksi dan pantauan bencana, yang dipantau salah satunya dari data BMKG.
”Mereka di sana mencatat, dalam artian potensi-potensi kerawanan yang terjadi. Jadi, kalau perlu ada pengungsian atau bantuan, itulah yang kita lakukan segera, berdasarkan data yang kami dapat,” ujarnya.
BPBD DKI juga memiliki posko satuan tugas di setiap kantor wali kota. Selain BPBD DKI, kesiapan bencana juga dilakukan Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan hingga Satuan Polisi Pamong Praja hingga lembaga swadaya masyarakat.
Prediksi
Berdasarkan laporan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, wilayah DKI Jakarta dan Bogor, Jawa Barat, berpotensi hujan dari 20-25 Juni mendatang.
Dari analisis dinamika atmosfer menunjukkan beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi cuaca di Indonesia, seperti ada pusat tekanan rendah yang terpantau di Samudra Hindia selatan Jawa dan perairan Timur Filipina sehingga membentuk daerah perlambatan kecepatan angin atau konvergensi memanjang di Jawa Barat, Laut Jawa bagian timur, dan perairan utara Maluku Utara, serta daerah pertemuan angin. Kondisi itu mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar pusat tekanan rendah di sepanjang kawasan konvergensi.
Diberitakan sebelumnya di Kompas.id, Pelaksana Tugas Kepala Pusat Meteorologi Publik Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Andri Ramdhani mengatakan, hujan dengan intensitas sedang hingga lebat dan durasi relatif singkat terjadi di beberapa wilayah, meliputi Sumatera bagian selatan, Sulawesi bagian utara, Maluku, sebagian Kalimantan dan Papua, serta Jawa bagian barat, termasuk Jakarta dan sekitarnya.
”Terjadinya hujan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor dinamika atmosfer, antara lain terjadinya fenomena MJO (Madden Julian Oscillation) yang sedang aktif di wilayah Indonesia. Selain itu, gelombang atmosfer Kelvin dan Equatorial Rossby juga saat ini sedang aktif, terutama di wilayah tengah dan timur Indonesia. Faktor lain yang memicu hujan adalah terbentuknya pola belokan angin dan perlambatan angin,” katanya.
Menurut Andri, MJO dan gelombang Rossby Ekuatorial adalah fenomena dinamika atmosfer yang mengindikasikan adanya potensi pertumbuhan awan hujan dalam skala yang luas di sekitar wilayah yang dilewatinya. Fenomena MJO lazimnya bergerak dari arah Samudra Hindia ke arah Samudra Pasifik melewati wilayah Indonesia dengan siklus 30-40 hari.
Sementara gelombang Rossby bergerak dari arah Samudra Pasifik ke arah Samudra Hindia dengan melewati wilayah Indonesia. ”Kedua fenomena tersebut cukup signifikan dalam memicu terjadinya kejadian hujan di beberapa wilayah di Indonesia untuk saat ini dan diprediksikan masih cukup aktif hingga beberapa hari ke depan,” katanya.
Untuk wilayah Indonesia bagian barat, kedua fenomena tersebut meningkatkan hujan hingga periode 20 Juni 2023. Sementara untuk wilayah timur masih cukup berpengaruh hingga sekitar tanggal 25 Juni 2023.