Kebersamaan untuk Merawat Pusaka Kota Bogor
Awal Juni 2023, Kota Bogor merayakan hari jadinya yang ke-541. Pemerintah dan masyarakat menggelorakan semangat merawat pusaka kota yang terbangun dari masa ke masa.
Berbaur dengan wisatawan yang berkunjung ke sekitar pusat Kota Bogor, Jawa Barat, Minggu (4/6/2023) pagi, gelombang warga dari penjuru kota berduyun-duyun masuk ke Jalan Jenderal Sudirman, Kecamatan Bogor Tengah. Mereka menyambut acara helaran atau karnaval dalam bahasa Sunda untuk merayakan Hari Jadi Ke-541 Kota Bogor.
Helaran itu dikepalai pasukan berkuda yang membawa beberapa pejabat penting, antara lain Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto dan Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim. Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahudin Uno hadir pula di sana. Pasukan berkuda bergerak sekitar 1,4 kilometer dari kantor Balai Kota Bogor ke panggung utama di Jalan Jenderal Sudirman sejak pukul 06.00.
Mengiringi mereka, ada ribuan peserta karnaval dari enam kecamatan di Kota Bogor dan sepuluh komunitas sosial dan kesenian. Mereka menampilkan interpretasi dari tema yang diusung ke dalam kostum, musik pengiring, hingga seni pertunjukan. Tidak ketinggalan, iring-iringan jempana atau tandu yang diisi aneka hasil bumi dan makanan produk olahan usaha mikro, kecil, dan menengah tiap kecamatan.
Peserta pawai dari Kecamatan Bogor Selatan, misalnya, memasang hiasan pusaka kujang dan pegunungan di jempana mereka. Camat Bogor Selatan Abdulrahman menjelaskan, ini menunjukkan daerah mereka yang kaya akan peninggalan Kerajaan Pajajaran dan alam yang asri di bawah kaki Gunung Salak.
”Salah satu kearifan lokal kita duren Rancamaya. Kita juga punya hasil bumi lain seperti alpukat, pisang tanduk, singkong yang besar-besar, sayur-sayuran, tanaman hias juga ada,” katanya.
Dalam pawai itu, mereka juga mengusung tema ”Nyi Mas Putri Karakas (Karya Motekar Barang Bekas) Sari”. Tema ini secara khusus ditampilkan 25 penari dengan kostum dari sampah plastik yang didaur ulang. ”Karya kostum ini mewujudkan kebahagiaan warga Bogor Selatan atas Adipura yang diraih Kota Bogor,” tuturnya.
Sebelumnya, di awal tahun 2023, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menganugerahi Kota Bogor dengan penghargaan tertinggi di bidang lingkungan hidup, kebersihan, dan pengelolaan sampah di ajang Penghargaan Anugerah Adipura 2022. Pencapaian ini didapat setelah Bogor terakhir kali mendapatkan penghargaan itu pada tahun 1995.
Selain kostum dari barang bekas tersebut, para peserta Bogor Selatan juga mengenakan kostum tradisional dari Kalimantan dan Papua. ”Ini kita meramaikan saja. Dayak identik Kalimantan, ada IKN dan keanekaragaman budaya lain yang harus kita dukung penuh. Di Bogor Selatan juga kan pendatang banyak, berbagai macam suku ada,” kata Abdulrahman.
Keragaman seni dan budaya yang dibawakan dalam pawai tersebut juga ditonjolkan masyarakat Kecamatan Tanah Sereal. Mereka mengenakan warna-warni kostum adat Betawi, dilengkapi hiasan kembang kelapa, dan tidak ketinggalan ondel-ondel yang jamak ditemui di Jakarta.
Kami berharap Kota Bogor tetap heterogen. Bogor harus bisa jadi miniatur Indonesia agar seluruh budaya di Bogor bisa berkembang maksimal. (Sahib Khan)
Camat Tanah Sereal Sahib Khan menjelaskan, tema ini mereka angkat karena Betawi menjadi identitas sebagian penduduknya. Saat ini terdapat lima dari 11 kelurahan yang masih dihuni warga keturunan Betawi, yang masih menuturkan dialek Betawi Ora.
”Tanah Sereal ini kecamatan pemekaran tahun 1995 yang sebagian wilayah Betawi Ora. Beberapa kelurahan di seberang Jalan Soleh Iskandar itu khasnya Betawi. Bogor memang tanah Sunda, tetapi banyak orang yang masih menjalankan adat Betawi, seperti pesta pernikahan dengan tanjidor dan ondel-ondel,” katanya.
Pria yang masih memiliki keturunan Betawi itu mengakui tidak pernah ada konflik sosial antara masyarakat keturunan Betawi dan Sunda di Kota Bogor. Harmonisnya hubungan interkultural ini pun ia harapkan berlanjut seiring bertambahnya usia Kota Bogor.
”Kami berharap Kota Bogor tetap heterogen. Bogor harus bisa jadi miniatur Indonesia agar seluruh budaya di Bogor bisa berkembang maksimal,” ujarnya.
Menjaga nilai
”Rumawat Pusaka Kota” atau ”Merawat Pusaka Kota” menjadi tema Hari Jadi Bogor 2023. Wali Kota Bogor Bima Arya pun mengingatkan warganya untuk menjaga pusaka atau warisan leluhur Kota Bogor, tidak hanya yang berupa materiil, tetapi juga imateriel dalam bentuk nilai-nilai sosial.
”Warga Bogor, kita jaga kota Bogor supaya kebesaran dan Kerajaan Pajajaran di masa Prabu Siliwangi melegenda. Bogor yang beragam, Bogor yang menghargai perbedaan, Bogor yang cinta sesama manusia, dan Bogor yang penuh seni budaya,” tuturnya saat memberi sambutan di acara yang turut dihadiri kepala daerah Kota Cilegon hingga perwakilan negara sahabat, seperti Perancis dan Jepang.
Nilai-nilai itu, diharapkan Bima, yang akan segera mengakhiri masa kepemimpinan dua periodenya itu bisa dilanjutkan wali kota berikutnya. ”Insya Allah, siapa pun wali kotanya, siapa pun pemimpinnya, Kota Bogor akan selalu menjadi kota untuk semua,” ujarnya.
Baca juga: Kota Bogor Bertransformasi Jadi Kota Toleran
Selama memimpin Kota Bogor, Bima Arya perlahan mengangkat kota yang dinilai intoleran. Survei Indeks Kota Toleran, lembaga swadaya masyarakat Setara Institute, pada 2015 sempat menempatkan Kota Bogor sebagai kota yang paling tidak toleran di antara 94 kota di Indonesia. Kota Bogor mendapat poin 5,21 dari skala 1-7. Semakin tinggi angka skalanya, maka semakin tidak toleran.
Posisi itu didapat antara lain karena peristiwa yang mencerminkan buruknya toleransi, khususnya terkait aktivitas beragama, seperti permasalahan dalam pembangunan Gereja Kristen Indonesia (GKI) di Bogor Barat sampai dikeluarkannya surat edaran pelarangan perayaan Asyura oleh kelompok Syiah di Kota Bogor.
Survei sama pada 2017 mencatatkan Kota Bogor ke posisi ke-92. Lalu, pada 2022, Kota Bogor melesat di peringkat ke-17 kota toleran. Naiknya peringkat ini antara lain berkat berbagai upaya menyelesaikan masalah GKI Yasmin atau GKI Bogor Barat setelah berpolemik selama 15 tahun (Kompas.id, 14/4/2023).
Pembangunan kota
Tema Hari Jadi Bogor juga diamini sebagai upaya menjaga warisan leluhur dengan inovasi pembangunan yang berkelanjutan dan menyejahterakan masyarakatnya.
Ridwan Kamil, yang ikut memberikan sambutan, menyampaikan, semangat membangun seperti demikian harus dimiliki Bogor sebagai salah satu kota tertua di Jawa Barat. Dalam keterlibatannya, selama menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil mendukung pembangunan alun-alun kota hingga rumah sakit. Sementara itu, ia meminta maaf kepada masyarakat jelang berakhirnya masa jabatannya.
”Mohon diterima yang kurang atas kekhilafan, mohon dibukakan pintu maaf bahwa udah berusaha semaksimal mungkin membantu membangunkan alun-alun Kota Bogor. Hari ini mohon maaf macet dulu, tetapi jembatan Otista akan indah, lancar, keren. Pada waktunya juga merupakan program dari provinsi akan membangun rumah sakit, Situ Gede, dan lain-lain,” tuturnya.
Mantan Wali Kota Bandung itu pun berpesan agar masyarakat mau merawat pusaka kota dan terus berinovasi dalam hal pembangunan.
Baca juga: Awal Mei Pembangunan Jembatan Otista di Kota Bogor
Dengan itikad tersebut, Sandiaga Uno, pada kesempatan sama, mengatakan, Kota Bogor bisa bertahan menjadi kota wisata favorit. Saat ini, total pergerakan wisatawan di Kota Bogor sudah berkisar 20 persen dari total 100 juta pergerakan wisatawan per tahun di Jawa Barat.
Sejauh ini, pembangunan di Kota Bogor secara tidak langsung semakin meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM mengukur capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup dari tiga dimensi yang mencakup, umur panjang dan sehat; pengetahuan, dan kehidupan yang layak.
Pada 2022, angka IPM dari data Badan Pusat Statistik Kota Bogor 77,17 persen, meningkat dari 76,59 persen di 2021 dan 76,11 persen di 2020. Angka tersebut menempatkan Kota Bogor di peringkat 5 kota/kabupaten dengan IPM tertinggi se-Jawa Barat.
Kualitas pembangunan pun dirasakan warga Kota Bogor terus meningkat. Meski demikian, mereka juga menanti perbaikan. Riki Suheri (46), sebagai salah satu warga yang lahir dan besar di Kota Bogor, mengaku, kotanya kini sudah lebih nyaman dengan infrastruktur jalan dan taman-taman kota.
”Banyak perubahan. Yang menguntungkan bagi saya seperti jalan-jalan (trotoar) begini, lalu sepeda ada jalurnya, jadi terpisah dengan sepeda motor dan mobil. Taman-taman juga banyak. Semoga tempat wisata juga dimajukan,” ujarnya.
Rasiono, penduduk Tanah Sereal yang hijrah dari Jawa Tengah ke Bogor sejak 1987 itu, juga merasakan perkembangan dalam berbagai pembangunan infrastruktur dan birokrasi pemerintahan daerah.
”Misalnya, sekarang fasilitas transportasi ada BisKita. Ini sangat membantu masyarakat, apalagi masih gratis. (Fasilitas) Di bidang kesehatan juga bagus, urus KTP juga semakin gampang, enggak dipersulit,” tuturnya.
Rasiono berharap pemerintah daerah Kota Bogor juga kembali menata lalu lintas yang disebabkan kendaraan pribadi hingga angkot. Ia juga menginginkan adanya penataan kawasan kumuh dan padat penduduk yang menyempil di antara keasrian ”Kota Hujan” tersebut.
Seiring dengan bertambahnya usia, Kota Bogor perlu terus bertransformasi menjadi lebih baik melalui pembangunan-pembangunan yang mengikuti kebutuhan masyarakat modern dan berkaca pada nilai-nilai luhur yang diwariskan pendahulu. Wilujeng milangkala Kota Bogor!
Baca juga: Mimpi ”Kota dalam Taman” Bogor