Tawuran Berulang di Cipinang Besar, Warga Minta Kepolisian Tegas
Tawuran antar-pemuda di Cipinang Besar Utara, Jakarta Timur, terus berulang. Pengaruh alkohol dan narkoba, minimnya kegiatan positif, serta mudahnya pemuda terprovokasi dari media sosial dinilai menjadi pemicu.
Oleh
Raynard Kristian Bonanio Pardede
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kepolisian Resor Jakarta Timur menangkap tujuh orang yang diduga terlibat dalam tawuran dua hari berturut-turut pada Sabtu dan Minggu (21/5/2023) di Cipinang Besar Utara, Jakarta Timur. Kejadian tawuran antarwarga di wilayah ini sudah terjadi sejak lama. Pelatihan keterampilan dan pembukaan lapangan kerja diharapkan bisa menyelesaikan masalah tersebut.
Ketua RW 008 Cipinang Besar Utara, Jatinegara, Jakarta Timur, Yhoni Alamsah menjelaskan, tawuran tersebut sudah kerap terjadi selama beberapa tahun ke belakang. Aksi tawuran tersebut banyak dipicu tindakan saling provokasi antara pemuda di wilayahnya dan pemuda dari wilayah lain, salah satunya dari RW 007, yang posisinya berdekatan.
Sejak pertengahan Mei 2023 sudah ada empat kali kejadian saling serang antarwarga di dua kawasan tersebut. Puncaknya, pada Sabtu dan Minggu pekan lalu, pemuda dari kedua RW saling serang.
”Masalah ini dimulai dari kehadiran salah satu akun media sosial yang sering memprovokasi pemuda antara kedua RW (007 dan 008). Nama akunnya Mayong 14, tapi sekarang sudah dihapus,” ucap Yhoni saat ditemui di rumahnya di Jatinegara, Jakarta Timur, Kamis (1/6/2023).
Saat kejadian, suasana cukup mencekam. Pada Sabtu, warga RW 008 yang tengah beraktivitas tiba-tiba dikagetkan dengan datangnya puluhan pemuda ke wilayahnya dengan menggunakan senjata tajam. Melihat kedatangan mereka, warga seketika masuk ke rumah masing-masing. Dua warga menjadi korban pengeroyokan. Peristiwa mulai mereda saat polisi datang.
Ia berharap masalah yang terus terulang ini bisa dicegah dengan memberikan hukuman dan mengejar para provokator di wilayahnya ataupun wilayah lain.
”Saya minta mereka tidak terprovokasi untuk datang menyerang balik ke RW 007. Tetapi, akhirnya pecah lagi besoknya, saya sedang istirahat saat itu. Saya harap jangan hanya pembinaan, tapi juga proses hukum,” ucapnya.
Selang sehari, beberapa pemuda di RW 008 menyerang RW 007. Ketua RT 009 RW 007 Cipinang Besar Utara Hartini menerangkan, perusakan terjadi pada pukul 15.30. Pagar pembatas dari kayu yang menjadi pintu masuk ke wilayahnya dirusak. Sepeda motor milik seorang pengemudi ojek dibakar. Sebuah warung makan juga rusak akibat kejadian tersebut.
Ia mengatakan sulit mencegah kejadian tersebut karena aksi provokasi terjadi di media sosial. Peristiwa saling sindir yang awalnya dilakukan para pemuda di media sosial meluas sehingga merugikan banyak pihak.
”Anak-anak mudanya mudah terprovokasi. Sudah berkali-kali mediasi antara RW 007 dan RW 008, tapi masih kejadian juga. Sering-sering sweeping-lah di semua daerah ini. Anak-anak mudanya diberikan acara bersama untuk refreshing atau pelatihan kerja supaya kegiatan mereka jadi positif,” ucapnya.
Pada Selasa (30/5/2023), Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Inspektur Jenderal Karyoto bersama Wali Kota Jakarta Timur M Anwar turun menenangkan pertikaian kedua pihak. Karyoto menduga gesekan semacam ini mudah terjadi karena para pemuda berada dalam pengaruh minuman keras dan narkoba.
Pihak kepolisian sudah menangkap tujuh orang yang diduga terlibat dalam dua kejadian tersebut. Beberapa orang masih belum tertangkap dan beberapa lainnya masuk dalam daftar pencarian orang.
Hal ini semacam ini mudah terjadi juga karena pemuda berada dalam pengaruh alkohol dan narkoba.
Bersama dengan Pemerintah Kota Jakarta Timur, pihaknya akan melakukan pembinaan dengan melatih pemuda setempat mengingat pelaku banyak tinggal di lingkungan kumuh dan tidak memiliki pekerjaan.
Anwar menambahkan, ia akan memberikan 56 program pelatihan bagi para pemuda di wilayahnya agar mereka tidak menghabiskan waktu dengan tawuran semacam ini. Selain itu, pemerintah juga akan membentuk satuan tugas anti-tawuran untuk mencegah hal serupa terjadi.
”Karena beberapa tahun lalu ada Covid-19, ekonomi kita kontraksi luar biasa. Banyak dari mereka di-PHK (pemutusan hubungan kerja), akhirnya menganggur, sehingga mereka tidak punya aktivitas. Saya tawarkan, kami punya 56 pelatihan, silakan daftar,” ucapnya.
Sebelumnya, terkait fenomena tawuran, sosiolog Universitas Negeri Jakarta, Syaifudin, mengatakan, diperlukan banyak pendekatan dan kebijakan ekstra dalam memutus tindakan tawuran yang selalu menimbulkan korban luka dan jiwa. Maraknya tawuran pemuda dipicu disfungsi sosial dari hilangnya peran keluarga, tokoh masyarakat sekitar, dan dunia pendidikan yang seharusnya menjadi agen pengendali sosial dan jembatan relasi untuk saling merangkul.
”Agen sosial makin berkurang dan tidak maksimal sehingga para pemuda ini kehilangan pegangan atau tuntunan baik dalam berperilaku sosial. Perkembangan teknologi, keberadaan medsos (media sosial) menjadi panggung mereka untuk eksistensi. Medsos menjadi tuntunan mereka. Medsos ruang ekspresi mereka, aksi kekerasan itu mereka rekam dan sebar. Ini mengkhawatirkan karena menjadi imitasi sosial oleh pemuda lainnya,” katanya (Kompas, 14/2/2023).