Lebaran Betawi, Simbol Erat dan Kompak Bangun Jakarta
Lewat perhelatan Lebaran Betawi, Pj Gubernur DKI Heru Budi Hartono mengharapkan seluruh elemen warga dan pemerintah daerah bahu-membahu menguatkan potensi ekonomi lokal, warga dan budaya dalam membangun Kota Jakarta.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Lebaran Betawi memeriahkan kawasan Monumen Nasional di Jakarta Pusat selama dua hari terakhir. Perayaan yang berlangsung setelah tiga tahun vakum karena pandemi Covid-19 itu mempererat silaturahmi sekaligus kompak membangun Kota Jakarta dengan segala potensinya.
Sejak Minggu (21/5/2023) pagi, warga berduyun-duyun ke Monumen Nasional (Monas) sebagai lokasi Lebaran Betawi. Deretan ondel-ondel, aneka warna kembang kelapa, dan spanduk menyambut kedatangan warga. Langkah mereka kian cepat seiring lantunan lagu daerah dengan iringan alat musik tradisional dari rumah Betawi.
Mula-mula berlangsung tradisi palang pintu menyambut Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono serta rombongan yang terdiri dari Gubernur DKI Jakarta 2007-2012 Fauzi Bowo; anggota Dewan Perwakilan Daerah, Sylviana Murni; dan tokoh pencak silat Mayor Jenderal (Purn) Eddie Marzuki Nalapraya. Mereka kompak mengenakan pakaian adat Betawi, ujung serong, sadariah, kebaya encim, dan pakaian lain bernuansa Betawi.
Tradisi palang pintu ini bertujuan guna membuka penghalang untuk masuk ke suatu daerah yang kerap berlangsung saat acara perkawinan atau acara umum, seperti menyambut tamu.
Mari bersukacita sebagai bagian dari Idul Fitri 1444 Hijriah sekaligus perekat warga dan kotanya.
Dua jawara memeragakannya. Satu sebagai empunya rumah dan seorang lagi sebagai perwakilan tamu. Keduanya berbalas pantun hingga tamu dan rombongannya diperkenankan masuk ke rumah Betawi.
Palang pintu berlanjut ke parade tanjidor. Orkes atau kelompok pemain musik memainkan alat musik Betawi untuk menghibur tamu.
Setelah itu, Heru dan rombongan menerima ragam hantaran dari wali kota dan bupati masing-masing wilayah administratif. Ada pecak, dodol, bir pletok, bebek oblok, burung kedondong, dan lainnya.
”Mari bersukacita sebagai bagian dari Idul Fitri 1444 Hijriah sekaligus perekat warga dan kotanya. Kita kompak membangun Kota Jakarta menuju kota bisnis berskala global setelah tak lagi jadi ibu kota negara,” tutur Heru.
Kompak artinya tidak ada perselisihan antarwarga ataupun warga dan pemerintah. Heru mengharapkan seluruh elemen warga dan pemerintah daerah bahu-membahu menguatkan potensi ekonomi lokal, warga dan budaya dalam membangun Kota Jakarta.
Lebaran Betawi 2023 mengusung tema ”Betawi Kompak, Jakarta Sukses, Indonesia Maju”. Tema ini mewujud dalam sikap yang tulus, ramah, hangat, dan kompak supaya timbul aman dan nyaman bagi warga asli ataupun pendatang di Jakarta.
Tari kolosal oleh 100 anak dan Soka Gakkai menutup pertunjukan kepada Heru dan rombongan. Suasana kian meriah meski di bawah terik matahari yang membuat peluh bercucuran.
Tradisi
Sebelumnya, Sekretaris Festival Lebaran Betawi 2023 Imron Hasbullah menyebutkan, Lebaran Betawi menjadi satu dari sekian upaya untuk menunjukkan eksistensi budaya Betawi. Perayaan tersebut berakar dari tradisi warga Betawi yang masih merayakan Lebaran dalam kurun dua minggu sampai tiga minggu setelah hari raya Idul Fitri.
Panjangnya masa perayaan Lebaran warga Betawi karena silaturahmi antarwarga dalam satu kawasan tidak terbatas pada keluarga terdekat saja. Kegiatan Lebaran Betawi seperti itu masih banyak bergulir di perkampungan Betawi, misalnya kawasan Cengkareng dan Rawa Buaya, Jakarta Barat.
Imron yang juga Sekretaris Umum Lembaga Kebudayaan Betawi mengatakan, silaturahmi dipegang kuat meski secara wilayah Kampung Betawi di tengah kota mulai jarang terlihat. Pemerintah daerah diminta memperhatikan dengan peraturan-peraturan yang lebih detail lagi tentang pelestarian budaya Betawi.
Selain aturan, edukasi lewat pelajaran di sekolah juga mesti digiatkan kembali untuk memperluas wawasan dan sejarah agar mengubah cara pandang terhadap budaya Betawi.
”Betawi dianggap ketinggalan zaman, stigmanya ke kami kurang baik, mirip lirik lagu Si Doel. Ini yang harus kita ubah agar persepsi mereka berubah. Peraturan soal pelestarian budaya Betawi sudah ada, tapi pelaksanaannya harus dipantau,” kata Imron (Kompas, 20 Mei 2023).