Pemimpin Harus Adil, Tema Khotbah di Masjid Sunda Kelapa
Dalam ibadah shalat Idul Fitri 1444 Hijriah di Masjid Agung Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta, Sabtu (22/4/2023), khatib menyerukan agar pemimpin negara lebih adil dan mengedepankan kepentingan rakyat.
Oleh
Stephanus Aranditio
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Lebih dari 5.000 umat Islam menunaikan shalat Idul Fitri 1444 Hijriah di Masjid Agung Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta, Sabtu (22/4/2023). Khotbah di masjid itu menyerukan agar pemimpin negara dapat lebih adil dan mengedepankan kepentingan rakyat.
Shalat Id di masjid yang dibangun sejak 1966 ini dipimpin oleh imam asal Mesir, Syekh Essam Al-Mizjaji. Sementara khotbah disampaikan oleh anggota Pembina Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, Abdullah Hehamahua.
Dalam khotbahnya, Abdullah mengimbau umat Islam untuk menjadi saleh tidak hanya sebagai individu, tetapi juga bagi sesama secara sosial. Setiap umat Islam harus menjadi warga yang baik bagi tetangga dekat dan yang jauh. Sementara itu, para pejabat harus bekerja tanpa korupsi, kolusi, nepotisme, serta tetap melaksanakan ibadahnya.
”Ayat Al Quran menegakan, seorang warga negara yang saleh atau salehah secara sosial tidak menimbulkan kerusakan di muka bumi. Dia tidak membuang sampah kecuali di tempat yang disediakan. Dia tidak mengambil sesuatu yang bukan haknya walau hanya satu rupiah. Dia tidak menebang pohon kecuali betul-betul diperlukan. Itu pun dia harus menggantinya dengan menanam pohon yang baru,” kata Abdullah.
Abdullah menambahkan, pemimpin dalam pemerintahan harus lebih adil dan mengedepankan kepentingan rakyat. Khususnya bagi para calon pemimpin atau petahana yang akan maju dan terpilih dalam kontestasi Pemilihan Umum 2024.
”Janganlah KKN dalam semua layanan publik. Mulai dari kepala desa, camat, bupati/walikota, gubernur, menteri, sampai dengan presiden/wakil presiden, sebagaimana kejujuran kita selama Ramadhan,” ucap mantan Penasihat Komisi Pemberantasan Korupsi periode 2005-2013 ini.
Dia juga meminta umat Islam untuk menjaga lingkungan sebab iklim semakin krisis karena ulah manusia. Abdullah lalu mengingatkan jemaah dengan mengutip hadis Abu Daud yang diriwayatkan dari Abdullah bin Hubsy bahwa Allah mengatakan, barang siapa yang menebang pohon bidara, akan dibenamkan dalam api neraka.
Menurut dia, ketidaksalehan sosial (menebang pohon) Itu mengakibatkan hutan Indonesia sudah dalam krisis yang berkategori stadium empat. Jika hal ini dibiarkan terus, dalam waktu 5 sampai 10 tahun mendatang, hutan akan habis.
”Kesalehan individual dan sosial seperti di atas akan melahirkan Muslim atau Muslimah yang berintegritas dan profesional,” tutur Abdullah.
Dalam momen Lebaran ini, umat Islam telah mencapai status takwa hari ini, menjadi seorang mutakin atau seorang Muslim yang melaksanakan semua yang diperintahkan Allah dan meninggalkan apa saja yang dilarang-Nya.
Setiap Muslim juga harus berinteraksi dengan orang lain. Dimulai dengan anggota keluarga. Dilanjutkan dengan tetangga dekat, lalu menjadi bermanfaat bagi lingkungan sosial yang lebih luas.
Bersama keluarga
Shalat Id dimulai pukul 07.00, tetapi sejak pukul 05.30 umat sudah berduyun-duyun mengenakan baju koko dan gamis sambil menenteng sajadah dan mukena. Sebagian warga datang bersama keluarga. Ada pula yang datang sendirian ke masjid. Sesampainya di masjid, mereka langsung mengambil wudhu lalu merapatkan saf.
Kapasitas 5.000 orang di Masjid Agung Sunda Kelapa tidak mampu menampung umat yang menjalankan ibadah shalat Id. Pihak masjid telah menutup jalan depan masjid sepanjang 200 meter sejak pukul 05.00.
Setelah khotbah selesai, jemaah langsung membubarkan diri, tidak ada acara halalbilhalal yang disiapkan pengurus masjid. Namun, hal itu tidak mengurangi kehangatan Lebaran 2023. Sebelum pulang, mereka saling bersalam-salaman dan bermaafan, serta berswafoto mengabadikan momen hari kemenangan.
”Semoga dengan ibadah kita selama Ramadhan ini negara kita menjadi lebih baik, tahun ini terlalu banyak kasus yang membuat kita prihatin, semoga tidak terjadi lagi,” kata Yeni (52), salah satu warga Menteng, Jakarta, seusai shalat.
Perbedaan hari raya Idul Fitri 1444 Hijriah antara Muhammadiyah dengan pemerintah dan Nahdlatul Ulama menurut dia justru menjadi momen untuk saling menghormati perbedaan. Sebab, harmoni antarmasyarakat lebih penting daripada mengedepankan ego masing-masing.
Tahun ini Muhammadiyah yang berpedoman pada metode hisab memastikan perayaan Idul Fitri 1 Syawal 1444 H jatuh pada Jumat, 21 April 2023. Sementara itu, pemerintah melalui sidang isbat yang dipimpin Kementerian Agama pada Kamis (20/4/2023) memutuskan 1 Syawal 1444 Hijriah jatuh pada Sabtu, 22 April 2023. Waktu Lebaran Nahdlatul Ulama juga sama dengan pemerintah.