Kurang Perhatian Pemerintah, Peran TPS3R Tangsel Menjadi Kontraproduktif
Minimnya perhatian pemerintah membuat sejumlah TPS3R di Tangerang Selatan justru kontraproduktif.
Oleh
NASRUN KATINGKA
·4 menit baca
TANGERANG SELATAN, KOMPAS — Fasilitas tempat pembuangan sampah reduce, reuse, recycle (TPS3R) di Tangerang Selatan justru kurang diperhatikan Pemerintah Kota Tangerang Selatan, Banten. Sistem pengolahan sampah yang diharapkan menjadi salah satu ikhtiar untuk mengurai sampah dengan melibatkan warga justru kontraproduktif karena minimnya perhatian pemerintah.
Saat ini Tangsel memiliki 41 TPS3R yang melayani 36.600 rumah tangga di tujuh kecamatan. Akan tetapi, sejumlah pengelola TPS3R mengeluhkan perhatian pemerintah sehingga produk yang dihasilkan justru tidak bisa dimanfaatkan.
”Kami kesulitan untuk memasarkan produk yang kami hasilkan. Pembeli masih ragu dengan kualitas karena kami hanya bergerak mandiri,” kata Koordinator Lapangan TPS3R Pasar Cantik Ciputat, Erwin Budiman (56), Jumat (14/4/2023).
TPS3R Pasar Cantik Ciputat yang melayani sedikitnya 9.000 rumah tangga itu bisa menghasilkan 20-25 ton sampah per hari. Produk yang dihasilkan TPS3R Pasar Cantik Ciputat, antara lain, kompos, maggot, hingga berbagai kerajinan tangan, ini baru mampu mengurangi sampah maksimal 10 persen.
”Tangsel bukan daerah dengan banyak lahan pertanian. Harusnya pemerintah hadir di sini mencari pengguna produk kami,” ujar Erwin.
Alhasil, produk yang dihasilkan TPS3R Pasar Cantik Ciputat kembali dibuang ke tempat pembuangan sampah (TPS). Dengan demikian, kontribusi penguraian sampah menjadi sia-sia.
Keluhan minimnya perhatian dari pemerintah juga diungkapkan pengelola TPS3R di Batan Indah, Setu. Sunarto (64), Koordinator Lapangan TPS3R Batan Indah, mengungkapkan, perhatian pemerintah masih sangat minim. Padahal, di tempatnya, penguraian sampah sudah cukup signifikan.
TPS3R Batan Indah melayani sampah dari sekitar 1.300 rumah tangga. Dalam sehari sampah yang masuk berkisar 2 ton. Adapun 50 persen berhasil diolah menjadi berbagai barang, seperti kompos hingga produk olahan sampah plastik setara batubara muda (refused derived fuel/RDF).
Meskipun sudah diolah, menurut Sunarto, Pemkot Tangsel lagi-lagi seolah lepas tangan. Dengan demikian, produk yang dihasilkan tidak semua bisa dipasarkan.
Sama seperti di TPS3R Pasar Cantik Ciputat, sejumlah produk olahan di Batan Indah terpaksa kembali menjadi sampah yang kemudian dikirim ke TPA Cipeucang.
Terbengkalai
Menurut Sunarto, minimnya perhatian dari Pemkot Tangsel membuat banyak TPS3R menjadi terbengkalai. ”Diskusi dengan sesama koordinator lainnya, saat ini, hanya kurang dari 10 TPS3R yang masih berjalan dengan baik, sisanya dalam keadaan setengah hidup. Bahkan 10 di antaranya sudah tidak beroperasi lagi,” ujar Sunarto.
Dengan begitu, hal ini membuat misi Pemkot Tangsel untuk mengurangi sampah masuk ke TPA Cipeucang hingga 30 persen dengan kehadiran TPS3R menjadi kontraproduktif.
Padahal, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Tangsel mencatat hampir 1.000 ton timbulan sampah setiap harinya dari luas wilayah 164,85 kilometer persegi. Artinya, TPA Cipeucang hanya mampu menerima 40 persen timbulan sampah harian.
Kepala Seksi Kemitraan dan Pemberdayaan Masyarakat DLH Tangsel Odji Restanto mengakui, saat ini tidak semua TPS3R berjalan optimal. Keluhan muncul dari para pegiat.
Odji menyebut, TPS3R yang mayoritas menghasilkan kompos justru kurang bisa diberdayakan, apalagi Tangsel bukan merupakan daerah dengan banyak lahan pertanian. Sementara itu, untuk produk olahan, menurut Odji, harga yang ditawarkan belum terjangkau di pasaran.
”Untuk kompos, ke depan kami akan berkoordinasi dengan Dinas Ketahanan Pangan Tangsel untuk kerja sama pemanfaatan. Adapun untuk produk lainnya, kami akan berkoordinasi dengan Dinas UMKM Tangsel,” ujar Odji.
Akibat kebijakan yang kurang mendapat dukungan ini, sirkulasi menjadi stagnan. Di TPS3R Pasar Cantik Ciputat, hasil produksi terpaksa kembali menjadi sampah yang dibuang ke TPA Cipeucang.
Di lokasi berdiameter 10 x 15 meter tersebut, timbunan sampah tampak menjulang hingga ketinggian 3 meter. Dalam sehari, sampah yang masuk ke TPS3R Pasar Cantik Ciputat berkisar 20-25 ton. Adapun sampah yang dibawa ke TPA Cipeucang 10-15 ton. Perbedaan volume sampah yang masuk dan keluar menyebabkan penumpukan sampah yang kian meninggi hari demi hari.
”Saat musim hujan, endapan sampah yang didominasi sampah organik kerap menimbulkan bau busuk yang menyengat. Hal ini biasanya mendatangkan protes dari warga yang tinggal dalam radius 0,5-1 kilometer,” kata Erwin.
Adapun di TPS3R Batan Indah, sampah per bulan cenderung menurun. Angka sampah yang terbawa TPA Cipeucang cenderung menurun. Di sisi lain, karena kurang mendapat perhatian pemerintah, sebagian produk yang dikreasikan kembali menjadi sampah.
”Padahal, kalau diberi perhatian, sampah yang tersisa mungkin bisa berkurang, dari sebelumnya sekitar 50 persen menjadi kurang dari 30 persen,” ujar Sunarto.