Lahan tersisa di TPA Cipeucang diprediksi hanya bisa menampung kiriman sampah kurang dalam sebulan.
Oleh
NASRUN KATINGKA
·3 menit baca
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Kondisi tempat pemrosesan akhir (TPA) sampah Cipeucang, Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Sabtu (25/5/2019).
TANGERANG SELATAN, KOMPAS — Lahan tersisa di Tempat Pembuangan Akhir atau TPA Cipeucang di Serpong, Tangerang Selatan, semakin kritis. Saat ini, TPA Cipeucang hanya mengandalkan satu dari tiga zona pembuangan atau landfill yang ada. Adapun ketinggian timbunan sampah di zona pembuangan tersisa mencapai batas tinggi maksimal.
”Karena lahan di landfill 3 hanya seluas 0,8 hektar, batas tinggi timbunannya hanya 15 meter. Kini, kami hanya bisa mengatur tata letak sampahnya sehingga tetap ada space tersedia,” kata Kepala Unit Pelaksana Teknis TPA Cipeucang Muhammad Firdaus, saat ditemui di Tangerang Selatan, Senin (10/4/2023).
Menurut Firdaus, TPA Cipeucang cukup kewalahan karena saat ini hanya mengandalkan zona 3 berkapasitas 123.000 meter kubik. Prediksi Firdaus, lahan tersebut hanya bisa menampung kiriman sampah kurang dari sebulan lagi.
Dalam sehari, tujuh kecamatan di Tangsel memproduksi timbulan sampah hingga 970 ton. Biasanya dalam sehari sebanyak 400 ton akan dikirim ke TPA Cipeucang. Sementara sisanya dikelola sejumlah pengembang perumahan di Tangsel.
Terbatasnya lahan pembuangan membuat TPA Cipeucang hanya mengandalkan penataan sampah. Hal ini membuat pembongkaran truk pengangkut sampah kerap tersendat.
Sejumlah truk pengangkut sampah mengantre di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipeucang, Serpong, Tangerang Selatan, Senin (10/4/2023).
Sejak Senin pagi, antrean truk pengangkut sampah tampak mengular di jalan masuk menuju TPA. Belasan truk ini tampak harus mengantre saat memasuki kawasan pembuangan menunggu ekskavator dan dozer yang membongkar serta merapikan timbunan sampah.
Selama bulan Ramadhan, sampah yang masuk ke TPA Cipeucang cenderung menurun. Dalam dua pekan Ramadhan, sampah yang masuk hanya berkisar pada angka 300 ton.
Akan tetapi, Firdaus berharap Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Tangsel bisa melanjutkan kerja sama dengan TPA Cilowong. Pengiriman sampah telah berhenti sejak akhir Desember 2022. TPA yang berada di Kota Serang tersebut biasanya mengangkut 500-600 ton sampah yang telah mengendap di TPA Cipeucang.
Dihubungi terpisah, Kepala DLH Tangsel Wahyunoto Lukman mengatakan, saat ini masih mencari pihak ketiga sebagai pengangkut sampah ke TPA Cilowong. ”Kami berharap sebelum Lebaran Idul Fitri uji coba sudah bisa dilakukan sehingga awal Mei sudah bisa dilanjutkan kembali,” kata Wahyunoto.
Alat berat dikerahkan untuk meratakan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipeucang di Kecamatan Serpong, Tangerang Selatan, Banten, yang nyaris penuh, Jumat (29/10/2021).
Solusi jangka panjang
Di sisi lain, Wahyunoto melihat pengiriman sampah ke TPA Cilowong hanya sebagai solusi jangka pendek. Dengan jarak TPA Cilowong yang cukup jauh, Pemkot Tangsel harus mengeluarkan biaya besar untuk jasa angkutan pengirim.
DLH Tangsel tengah menyiapkan skema solusi jangka panjang dengan menghadirkan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) di TPA Cipeucang. Menurut rencana, dalam sehari PLTSa tersebut akan mengurai sampah 800-1.000 ton.
”Ini merupakan program nasional. Untuk di Tangsel, saat ini sudah masuk dalam studi kelayakan. Semoga Mei nanti rampung dan berlanjut pada lelang tender dalam dua atau tiga bulan berikutnya,” ujar Wahyunoto.
Wahyunoto menargetkan pembangunan PLTSa ini bisa dilakukan pada awal 2024. Dengan masa pembangunan 2-3 tahun, Wahyunoto berharap proyek ini bisa menjadi solusi jangka panjang masalah sampah di Tangsel.
Tumpukan sampah yang siap dijual di Bank Sampah Tri Alam Lestari, Pesanggrahan, Jakarta, Kamis (6/10/2022).
Usaha lain
Selama ini DLH Tangsel juga gencar dengan mengedukasi pemaksimalan bank sampah, TPS reduce, reuse, recycle (TPS3R), serta budidaya ”maggot”. Akan tetapi, ratusan bank sampah serta puluhan TPS3R di tiap RW ternyata belum maksimal mengurai sampah harian.
”Kita beruntung, dari hampir 1.000 ton timbulan sampah harian, sebagian perumahan besar pengembang bisa mengelolah sampahnya sendiri,” tutur Wahyunoto.
Selain itu, sebagai bentuk edukasi dan pengurangan sampah harian, DLH Tangsel melalui UPT TPA Cipeucang juga tetap melanjutkan budidaya maggot.
Akan tetapi, budidaya maggot di tempat produksi kompos di TPA Cipeucang juga belum maksimal. Menurut Kepala Komposter UPT TPA Cipeucang Ues Sulkurni, dalam sehari hanya bisa mengurangi 1-1,5 ton sampah di TPA.
”Angkanya masih kecil, kami butuh ruangan yang lebih besar sehingga sampah yang diolah menjadi kompos dan pakan maggot bisa lebih besar juga,” kata Ues.