Tangsel Lirik Budidaya ”Maggot” untuk Solusi Atasi Sampah Organik
Pemkot Tangsel kini mulai melirik pembudidaya ”maggot” untuk mengatasi persoalan sampah organik. Apalagi, sebanyak 49,71 persen sampah yang dihasilkan merupakan sampah organik.
Oleh
NASRUN KATINGKA
·3 menit baca
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Kondisi tempat pemrosesan akhir (TPA) sampah Cipeucang, Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Sabtu (25/5/2019).
TANGERANG SELATAN, KOMPAS — Pemerintah Kota Tangerang Selatan, Banten, terus mencari solusi jitu untuk mengatasi persoalan sampah. Selama ini, dua tempat pembuangan akhir sampah yang diandalkan untuk menampung sampah rumah tangga warga Tangsel, yakni Cipeucang di Serpong dan Cilowong di Kota Serang, belum mampu mengatasi sampah rumah tangga, terutama sampah organik. Salah satu upaya alternatif yang sedang dipertimbangkan saat ini adalah dengan budidaya maggot.
Dinas Lingkungan Hidup Tangsel mencatat ada 970 ton sampah setiap harinya dari luasan wilayah 164,85 kilometer persegi tersebut. Dari angka tersebut, persentase sampah organik 49,71 persen. Adapun 50,24 persen merupakan sampah anorganik seta 0,05 berasal limbah B3 rumah tangga.
”Kalau sampah anorganik, sejauh ini kami terus memaksimalkan partisipasi masyarakat, yakni mengelola sampah di permukiman dengan keberadaan bank sampah serta TPS3R (tempat pengelolaan sampah reduce, reuse, recycle ),” kata Kepala Seksi kemitraan dan Pemberdayaan Masyarakat DLH Tangsel Odji Restanto, Senin (13/3/2023).
Pekerja bersiap membongkar sampah dari atas truk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipeucang di Kecamatan Serpong, Tangerang Selatan, Banten, yang nyaris penuh, Jumat (29/10/2021).
Dari total hampir 1.000 ton sampah dalam sehari di Tangsel, hanya sekitar 400 ton masuk ke TPA Cipeucang dan TPA Cilowong. Adapun sisanya mengandalkan partisipasi masyarakat. Saat ini, dari tujuh kecamatan di Tangsel, terdapat 356 bank sampah dan ada 41 TPS3R.
Namun, bank sampah dan TPS3R yang ada hanya mampu menangani sampah anorganik sehingga banyak sampah organik belum bisa dientaskan dan membebani TPA. Selain itu, Pemkot Tangsel juga mulai melirik sejumlah pengusaha budidaya maggot. Ada sebanyak 15 pembudidaya maggot yang mulai akan diberikan bantuan untuk membantu produksi.
”Selain itu, kami mendorong sejumlah rumah tangga untuk pelatihan pembesaran maggot rumahan,” ujar Odji.
Dadan Haeruromana (59), pembudidaya maggot asal Pamulang, sedang menunjukkan sejumlah wadah biopond tempat maggot berkembang biak.
Disiapkan
Maggot adalah larva lalat jenis black soldier fly (BSF). Sejak menetas dari telur, larva ini terus makan dan mengonsumsi bahan-bahan organik, termasuk sampah sisa makanan, hingga sekitar 27 hari sebelum masuk fase prepupa, pupa, hingga menjadi lalat.
Dadan Haeruromana (59), pembudidaya maggot asal Pamulang, menjadi salah satu yang dipersiapkan untuk menjadi bagian dari upaya maggot. Salah satu pemrakarsa budidaya maggot di Tangsel ini mengungkapkan, 1 kilogram maggot bisa menghabiskan 3-5 kilogram sampah anorganik.
”Jadi, ketika bank sampah hanya menerima sampah anorganik, kami tetap menerima sampah organik dari masyarakat,” kata Dadan.
Dalam sehari, Dadan bisa menerima 150 kilogram sampah organik dari rumah tangga. Di tempatnya, Dadan memiliki sembilan wadah biopondmaggot dengan kapasitas 7 kilogram per biopond. Artinya, selama empat hari transformasi maggot menjadi prepupa membutuhkan 300-400 kilogram sampah organik.
”Maggot selama 24 jam akan terus makan sehingga sampah-sampah tadi habis tidak bersisa,” ucapnya.
Dadan Haeruromana (59), pembudidaya maggot asal Pamulang, sedang menunjukkan sejumlah wadah biopond tempat maggot berkembang biak.
Dia optimistis, jika pembudidayaan maggot bisa didukung pemerintah, akan semakin menarik minat masyarakat untuk menjadi pembudidaya maggot. Apalagi dengan nilai ekonomis serta kemudahan dalam budidaya akan semakin menarik minat jika sosialisasi bisa dilakukan dengan maksimal.
”Akan semakin produktif, para pembudidaya yang ada saat ini bila didukung dengan aksi nyata, seperti penyuluhan secara maksimal, pengadaan wadah biopond, serta mesin pencacah sampah terkhusus untuk pembudidaya rumahan,” ujarnya.