Pengelola Blok B, Pasar Tanah Abang, memprediksi puncak volume pengunjung terjadi pada Kamis (13/4/2023) hingga Minggu (16/4/2023), sepekan sebelum Idul Fitri. Para pedagang beduk turut meramaikan momen ini.
Oleh
YOSEPHA DEBRINA RATIH PUSPARISA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sepekan jelang Lebaran, sejumlah pedagang Pasar Tanah Abang masih mengeluhkan turunnya animo penjualan pakaian grosir. Tahun ini, mereka lebih banyak disokong penjualan pedagang eceran.
Masyarakat berjejalan di sepanjang kawasan Pasar Tanah Abang, Jakarta, Kamis (13/4/2023). Sekitar sepekan sebelum Idul Fitri, lorong-lorong pasar dipenuhi para pelanggan yang melihat-lihat dan mencoba pakaian. Sebagian dari mereka membeli borongan, tetapi ada pula secara satuan.
Pemilik toko pakaian Kamiliano, Heri (63), mengatakan, sepekan jelang Lebaran ini menjadi saat puncak sekaligus kesempatan terakhir usahanya dapat meraup untung sebelum Idul Fitri. Puncak belanja masyarakat digadang-gadang terjadi hingga tiga hari mendatang. Mereka rata-rata berasal dari Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).
”Untuk (pelanggan) dari luar daerah, sudah enggak ada lagi. Kirimnya saja sudah susah ini, enggak tahu sampai tepat waktu atau enggak,” ujar Heri di Blok B, Tanah Abang, Jakarta, Kamis (13/4/2023).
Dengan makin dekatnya perayaan Idul Fitri, Heri terdorong untuk menghentikan pengiriman ke luar kota. Sebab, ia ragu bahwa pengiriman luar kota dapat sampai tujuan tepat waktu sebelum Lebaran, mengingat sibuknya jasa ekspedisi jelang hari raya.
Tahun ini, para pelanggan eceran lebih banyak menyokong usahanya ketimbang pedagang grosir. Heri menilai masyarakat cenderung berbelanja pakaian eceran sebelum pulang kampung.
”Mudah-mudahan saja ada yang belanja lagi,” kata Heri.
Pada 2022, Heri dapat mengantongi hingga Rp 10 juta per hari untuk pakaian-pakaian yang dijual satuan. Sementara itu, saat ini, ia meraup pendapatan Rp 5 juta per hari.
Hal senada dikatakan pedagang lain, Abiati (26), yang berjualan pakaian anak. Ia menganggap penjualan tahun ini masih lebih sepi ketimbang tahun lalu.
”Untuk orang-orang luar kota (yang mencari grosir) lebih banyak datang tahun lalu. Kalau sekarang, lebih sedikit, tapi untuk traffic (pesanan daring), ya, lumayan,” katanya.
Lantaran banyak pelanggan yang mencari pakaian satuan, Abiati pun akhirnya turut menjual barang eceran meski dalam kuantitas kecil. Walau demikian, sebagian pelanggannya tetap memesan pakaian grosir secara daring. Mereka berasal dari berbagai tempat, antara lain Makassar, Pontianak, dan Medan.
Berdasarkan data yang dihimpun Manajer Blok B Pasar Tanah Abang Ahmad Jafar, dalam sepekan terakhir setidaknya puluhan ribu orang datang berkunjung saban hari. Periode Kamis (6/4/2023) hingga Rabu (12/4/2023), rata-rata sekitar 36.400 orang per hari tercatat mendatangi Blok B, Pasar Tanah Abang. Angka tersebut belum termasuk mereka yang memasuki Blok B melalui jalur integrasi antargedung.
”Itu yang tercatat di lobi timur, selatan, dan barat. Kalau dari gedung Metro, Blok C, dan Blok A bisa lebih banyak lagi (pengunjungnya),” kata Jafar.
Ia bersama timnya memprediksi bahwa puncak keramaian jelang libur Lebaran akan dimulai hari ini hingga Minggu (16/4/2023) pekan ini. Kehadiran Pasar Tasik dianggap mendongkrak keramaian kawasan Tanah Abang.
”Lebih ramai kalau ada pasar Tasik karena masyarakat akan mampir ke Tanah Abang juga. Parkiran sampai lantai 11 juga terdampak,” kata Karno, anggota staf pengelola Blok B, Tanah Abang.
Seperti yang diutarakan pengelola pasar, sebagian konsumen berkunjung ke Pasar Tasik sebelum mampir ke Blok B. Maya (45), salah satu konsumen dari Kramat Jati, mengatakan bahwa ia berbelanja sejak pukul 05.30 untuk membeli pakaian di Pasar Tasik. Kemudian, Maya dan saudaranya lanjut membeli baju dan aksesori lain di Blok B.
”Kalau beli di pasar, harga lebih terjangkau daripada di mal, ya. Kalau di mal, di atas gopek (Rp 500.000). Kalau di sini, gopek bisa dapat lima,” ujar Maya.
Musiman berdagang beduk
Tak jauh dari kawasan Pasar Tanah Abang, di sepanjang Jalan K H Mas Mansyur, sejumlah pedagang beduk berdagang berderet. Mereka memanfaatkan momen ini sebagai pedagang musiman.
Pasangan suami-istri Tedy Sokat (54) dan Endang Kurnia (52) berdagang beduk sebelum memasuki bulan Ramadhan. Beduk-beduk yang dijual pun beragam, mulai diameter 28 cm hingga 60 cm. Jenis kulit sebagai dasar tabuh juga berbeda, yakni berasal dari kulit kambing dan sapi.
Beduk berukuran kecil dijual seharga Rp 150.000, sedangkan ukuran besar dapat dibeli dengan Rp 500.000. Jenis kulit tabuh yang dipilih dapat menentukan harga akhirnya. Harga kulit sapi lebih tinggi dibandingkan dengan kulit kambing sebab tebal dan lebih tahan lama walau suara yang dihasilkan tak begitu nyaring.
Tedy dan Endang berencana untuk menjual beduk hingga malam takbir. Hal ini dilakukan pedagang lain, Sulaiman (50), yang menjual beduk dengan ukuran yang lebih beragam.
Ia menjual beduk khusus anak-anak seharga Rp 60.000 hingga Rp 5 juta untuk beduk kayu. ”Semua dibuat sendiri, mulai dari merajut, memasang, sampai las,” kata Sulaiman.
Baik Tedy maupun Sulaiman merupakan pedagang musiman. Sehari-hari, Tedy bekerja sebagai tukang tambal ban di luar masa Ramadhan, sementara Sulaiman bekerja bersama rekannya di Pasar Kambing, Tanah Abang.