Korban Banjir di Bekasi Mulai Terserang Penyakit Gatal dan Demam
Sejumlah penyakit, seperti gatal-gatal, demam, dan batuk. mulai menyerang korban banjir di Desa Pantai Harapan Jaya, Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi.
Oleh
HIDAYAT SALAM
·3 menit baca
BEKASI, KOMPAS — Sejumlah penyakit, seperti gatal-gatal, demam, dan batuk, mulai menyerang korban banjir di Desa Pantai Harapan Jaya, Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Selain lambannya penanganan serangan penyakit, korban banjir itu juga mengeluhkan belum ada bantuan makanan dan selimut untuk mereka.
Banyak korban banjir yang terus bertahan di rumahnya meski sudah sepekan terendam banjir. Rumah di kawasan itu masih tergenang air dengan ketinggian 50-100 sentimeter (cm).
Pemerintah setempat telah menyiapkan tempat mengungsi di Kantor Desa Pantai Harapan Jaya. Namun, meskipun rumahnya terendam cukup parah, warga lebih memilih mengungsi sementara di rumah keluarganya yang tidak terendam banjir.
Menurut warga, mereka membutuhkan bantuan air bersih, makanan, dan pemeriksaan kesehatan. Sementara jalan untuk menuju kantor desa tidak bisa dilalui kendaraan. Warga memilih berjalan kaki atau menggunakan perahu untuk beraktivitas akibat jalanan lumpuh tergenang banjir.
Nunung (45), warga RT 002 RW 007 Pantai Harapan Jaya, mengeluhkan bantuan dan selimut dari pemerintah juga belum datang. Apalagi, selama sepekan terakhir suaminya tak bisa mencari nafkah karena dampak banjir.
”Bantuan yang datang sangat lambat. Banyak yang sudah mengeluhkan kelaparan termasuk keluarga saya,” katanya.
Wulandari (28), ibu dengan satu anak berumur lima tahun, mengatakan, anaknya sudah mulai mengeluh gatal-gatal karena suplai air bersih sangat minim. Air tergenang itu juga bercampur lumpur tebal dari persawahan.
”Kami berharap bantuan selimut segera datang karena banyak anak kecil, anak balita, dan warga lansia di sini,” ujar Wulandari.
Petugas posko di Puskesmas Pembantu Desa Pantai Harapan Jaya, Juherni, mengatakan, korban banjir mulai terserang penyakit. Sedikitnya 40 orang mengalami gatal-gatal karena kutu air. Ada juga yang terserang demam dan batuk.
”Paling banyak mengeluh gatal-gatal, kemudian radang tenggorokan. Kemungkinan juga nantinya ada yang terserang diare. Saat ini kebanyakan penderita adalah anak-anak,” katanya.
Pihaknya terus berupaya mengatasi serangan penyakit. Persediaan obat-obat juga dipastikan tercukupi, seperti salep, antibiotik, dan alat kontrol hipertensi.
Juherni menambahkan, jika tidak tertangani di posko tersebut, korban banjir akan dirujuk ke puskesmas atau rumah sakit terdekat. Ambulans juga selalu bersiaga dengan dibantu beberapa sukarelawan dari sejumlah lembaga filantropi.
Sementara itu, Koordinator Dapur Umum Taruna Siaga Bencana (Tagana) Desa Pantai Harapan Jaya Kurdi mengatakan, pihaknya terus menyalurkan bantuan makanan bagi warga terdampak banjir selama banjir berlangsung. Bantuan itu hanya berupa makanan siap makan yang dibagikan ke rumah warga.
”Sebanyak 1.500 nasi bungkus dibagikan setiap sore kepada warga yang terdampak banjir,” ucapnya.
Aktif melapor
Sekretaris Dinas Sosial Kabupaten Bekasi Kustanto mengatakan, pihaknya akan kembali berkoordinasi dengan pemerintahan desa setempat. Dia juga meminta masyarakat aktif melapor ke pemerintah desa jika belum tersentuh bantuan sosial.
Dinas Sosial Kabupaten Bekasi sudah menyalurkan bantuan bagi warga terdampak banjir, baik mereka yang mengungsi maupun bertahan di rumah. Bantuan yang diberikan berupa bahan pangan, seperti beras dan mi instan.
”Kami juga mendirikan dapur umum. Saat ini ada lima titik dapur umum,” kata Kustanto ketika dihubungi pada Jumat (3/3/2023), di Bekasi (Kompas.id, 3/3/2023).
Distribusi bantuan sosial, baik itu berupa bahan kebutuhan pokok, dapur umum, maupun nasi kotak, masih bakal berlangsung selama wilayah Kabupaten Bekasi terdampak banjir. Saat ini setiap hari pihaknya menyiapkan 4.000 nasi kotak.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bekasi, jumlah warga yang terdampak bencana hingga Rabu pukul 17.00 sebanyak 101.568 warga. Korban yang mengungsi sebanyak 4.112 jiwa. Banjir merendam wilayah di 19 dari 23 kecamatan.