Keluh Kesah Warga Tangsel di Hari Pertama Pemberlakuan Sistem Satu Arah
Sejumlah pengguna kendaraan menganggap hari pertama pemberlakuan sistem satu arah di beberapa ruas jalan di Kota Tangerang Selatan belum mampu mengurai kemacetan.
Oleh
NASRUN KATINGKA
·3 menit baca
TANGERANG SELATAN, KOMPAS —Dinas Perhubungan Tangerang Selatan resmi memberlakukan sistem satu arah atau SSA di sejumlah ruas jalan di Kota Tangerang Selatan, Kamis (2/3/2023). Sistem rekayasa lalu lintas tersebut berlaku mulai pukul 06.00-09.00 serta 16.00-18.30 pada hari kerja, Senin-Jumat. Akan tetapi, sejumlah pengendara merasa belum ada dampak signifikan dari pemberlakuan aturan tersebut pada hari pertama.
Adapun ruas jalan yang memberlakukan SSA adalah simpang Buaran-perempatan Viktor-lampu merah Muncul-Bundaran Tekno. Kendaraan hanya melaju satu arah dari Jalan Ciater Barat menuju perempatan Viktor. Begitu pun dari Jalan Puspitek arah Kampus B Universitas Pamulang hingga lampu merah Muncul juga berlaku satu arah. Kemudian, dari Jalan Raya Serpong menuju Bundaran Tekno, serta dari Jalan Tekno Widya hingga kembali ke Jalan Rawa Buntu yang tersambung dengan Jalan Ciater Barat Taman Kota 2 BSD.
Sejak pukul 06.00 proses peralihan dari penggunaan jalan dua arah menjadi satu arah mulai berlangsung. Terpantau, petugas dishub dibantu polisi lalu lintas membutuhkan waktu hingga 30 menit untuk melakukan peralihan tersebut.
Di sisi lain, pengendara tampak kebingungan saat saat hendak melewati ruas jalan yang telah berganti menjadi satu arah tersebut. Di tengah guyuran hujan, beberapa pengendara yang melaju dari arah Jalan Pasar Jengkol menuju ke Jalan Ciater Barat harus dihentikan oleh petugas. Mereka pun harus berputar arah melewati Jalan Puspitek, Jalan Raya Serpong, hingga Jalan Tekno Widya.
Arifin, pengendara sepeda motor, melaju dari Jalan Puspitek Universitas Pamulang tampak kebingungan melihat rambu-rambu pembatas jalan saat hendak melaju ke arah Stasiun Rawa Buntu melewati jalan Ciater Barat.
”Saya awalnya mengira yang satu arah itu dari sini ke bawah (perempatan Viktor ke Jalan Ciater Barat). Padahal, orang-orang kebanyakan mengarah ke Stasiun Rawa Buntu,” kata Arifin.
Keluhan juga diungkapkan salah seorang pengendara mobil yang melaju dari Jalan Puspitek arah Kampus B Universitas Pamulang menuju daerah Muncul. Pengendara tersebut harus menurunkan kecepatan mobilnya hingga hampir tak dapat bergerak karena kepadatan kendaraan di perempatan tersebut.
”Sama saja, kemacetannya saja yang berpindah. Sekarang di semua perempatan (jalan pemberlakuan SSA) menjadi padat semua,” katanya, sambil menggelengkan kepala sembari mencoba melajukan kembali mobilnya.
Kemacetan wajar
Kepala Bidang Keselamatan, Pengawasan, dan Pengendalian Operasional Dishub Tangerang Selatan Saidun mengungkapkan, kemacetan kendaraan yang terjadi pada hari pertama merupakan hal yang wajar.
Begitu pun dengan kebingungan warga yang masih terjadi. Pihak Dishub Tangsel sudah melakukan uji coba serta sosialisasi, baik itu publikasi di media massa maupun pemasangan spanduk di ruas jalan pemberlakuan SSA.
”Wajar kalau masih ada kemacetan pada hari pertama. Apalagi saat hujan, kepadatan kendaraan akan semakin bertambah,” kata Saidun saat ikut meninjau lalu lintas di perempatan Viktor.
Saidun menyebut, sistem ini mulai terlihat cukup efektif di sejumlah ruas jalan. Misalnya, dari arah Jalan Ciater Barat menuju perempatan Viktor. Dulunya, jalan yang hanya memiliki lebar sekitar 5 meter tersebut sering menjadi kawasan macet. Setelah pemberlakuan SSA dari arah tersebut kendaraan bergerak lancar.
Wajar kalau masih ada kemacetan pada hari pertama. Apalagi saat hujan, kepadatan kendaraan akan semakin bertambah.
Hal ini turut dirasakan Rumhani Ade, seorang pengemudi ojek daring. Pria yang sehari-hari sering melewati jalanan tersebut merasakan perbedaan signifikan. Jika biasanya saat pagi hari dia hanya bisa memacu kendaraan dengan kecepatan di bawah 20 km per jam, kini dia bisa memacu kendaraannya hingga 40-50 km per jam.
Akan tetapi, menurut Rumhani, hal tersebut hanya terjadi di jalan sepanjang 2,5 kilometer tersebut saja. Di ruas jalan lain, seperti Jalan Puspitek, Jalan Serpong Raya, dan Jalan Widya yang memiliki lebar jalan hingga 10 meter menjadi lebih padat dibandingkan sebelum penerapan SSA.
”Kalau keseluruhan, hampir tidak ada perubahan signifikan. Waktunya lebih lama, apalagi kendaraan tadi banyak yang terhenti di perempatan Viktor (titik peralihan SSA). Kalau bisa alternatif lain saja,” ujar Rumhani.